Iklan

November 26, 2014, 18:53 WIB
Last Updated 2014-11-27T02:54:43Z
Pendidikan

Karena Pelajaran Sex, Kamu dan Aku Jadian



Kita jadian ya
Kenangan itu masih melekat erat dipikiranku. Ia humoris dan suka berikan kejutan. Ganteng dan jadi idola di sekolah, seakan tidak ada cela. bagai perlombaan, semua gadis berebut ingin menjadi pacarnya.

Bermula waktu saya dan Randy sama-sama masih disekolah menengah atas (SMA), Randy yang ganteng, cerdas juga berprestasi.

Dia kelas tiga jurusan IPA dan saya kelas 2 dijurusan yang sama. Di SMA kami ini kadang siswa kelas 3 dan kelas 2 sering belajar bersama, pertemuan kelas bersama ini diluar jam sekolah, jadi semacam les atau pelajaran tambahan yang dibagi dengan beberapa kelompok, kegiatan ini dimaksudkan agar siswa-siswa dijurusan yang sama bisa lebih memahami pelajaran dan bisa mempersiapkan mental menghadapi ujian akhir sekolah dan kenaikan kelas.

Randy, dengan predikat siswa cerdas dan di segani menjadi ketua kelompok belajar disetiap pertemuan. Secara kebetulan saya ikut di kelompok Randy, senang? pastinya! Siapa yang tidak menginginkan berdekatan dengan Randy, semua siswi disekolahku memimpikannya. Dan keberuntungan itu ada padaku, kelompok Randy hanya beranggotakan 30 siswa campuran kelas 3 dan 2.

Tapi walaupun Randy populer dan dikejar-kejar banyak perempuan, dia tidak sombong, itu dari pengamatanku saat belajar bersama, bahkan dia begitu sabar membantuku mengerjakan rumus Fisika yang tidak saya mengerti. Tidak seperti cerita yang banyak siswi abg lainnya katakan, Randy sombong, Randy arogan, Randy belagu. Waktu saya tanya, lebih tepatnya memberanikan bertanya, “kak Ran, kenapa mau membantuku? aku pikir kak Randy sombong“. Randy cuma menatapku sambil tersenyum, tak ada jawaban apapun. Saya menyimpulkan sendiri, Randy itu tidak sombong.

Tapi, diluar jam tambahan belajar itu, Randy memang sombong. Saat bertemu di kantin jam istirahat, saat saya sapa, Randy tidak sedikitpun melihat apalagi membalas sapaan saya. Huh!

Sudah hampir satu semester saya mengikuti program belajar bersama dan bertemu dengan Randy setiap harinya diluar jam sekolah. Tapi sikapnya selalu seperti itu terhadap semua orang. Kadang baik, kadang cuek, kadang menyebalkan, kadang saya dibuatnya dag dig dug karena perhatiannya yang berlebihan saat belajar bersama.

Seperti hari itu, siang hari yang terik, saya masih dikelas menunggu jam tambahan, tiba-tiba Randy datang menghampiri, dikelas itu cuma ada saya dan 2 orang teman lainnya. Siswa lain sudah keluar pulang kerumah masing-masing.

“Hai, Nadia.. hari ini kita nggak belajar kelompok dulu, ya”

“kenapa, kak?” saya heran karena biasanya jika tidak ada pelajaran tambahan, pemberitahuan ini disampaikan hari sebelumnya.

“Iya, hari ini semua sepakat libur, tapi lo harus temenin gw ke perpus sekolah dulu sebelum pulang, gw mau nyari bahan tulisan cerita ABG untuk diberikan ke anak-anak jalanan hari Minggu besok”

“Buat apaan, kak? kita juga masih ABG, kan?”

“Buat apaan? lo nggak tau ya? kalau ABG-ABG jaman sekarang ini, jaman kita ini pergaulannya semakin bebas, semakin diracuni oleh kecanggilan teknologi, lo pernah baca nggak? ada anak abg yang berbuat mesum di sekolah? cerita anak abg yang membuat video porno? cerita abg yang hamil lalu melahirkan di toilet. Heh?”

Randy, yang saya tau tak pernah berbicara banyak, siang ini dia terlihat sangat keren dan ganteng banget dengan menjelaskan maksudnya meliburkan jam belajar bersama, hanya untuk membuat tulisan tentang cerita abg.

“Tapi, kak”

Sebelum saya menanyakan lagi niatnya untuk ke perpus dan membuat cerita abg, Randy  menarik pergelangan tangan saya dengan cepat.

“Udah, nggak usah banyak tanya!” Dengan terburu-buru saya membereskan beberapa buku yang ada di meja.

Randy memindahkan tangannya dari pergelangan tangan lalu menggenggam tangan saya, kami melewati koridor sekolah menuju perpustakaan, melewati lapangan yang ditimpa matahari, melewati pohon besar di dekat kolam. Beberapa siswa yang masih ada di sekolah yang tergabung di program belajar bersama dikelompok lain memandang kami. Randy terus berjalan tanpa mengindahkan tatapan itu.

Di perpustakaan sepi, hanya ada petugas yang sedang membereskan beberapa buku di rak. Randy masih memegang tangan saya, saat diajak ke tumpukan buku ilmu pengetahuan, Randy lalu mencari beberapa buku yang berhubungan dengan sex dan percintaan remaja.

“Buat, apaan kak?” tanya saya heran, kenapa Randy mencari buku yang berhubungan dengan sex, apakah Randy ingin mempraktekan sex itu dengan saya?Aahh.

“Ya, buat belajar lah, lo pikir buat apaan? makanya itu otak jangan dibuat mikir kalau gw ini ganteng dan mesum terus! Sekali-kali lo pikirin nasib anak remaja lainnya yang kurang pendidikan seperti kita, pentingnya pendidikan sex sejak dini, supaya nggak terjerumus pergaulan bebas, supaya nggak sembarangan melakukan hal yang seharusnya belum boleh dilakukan!”

Saya terkesima mendengar penjelasan Randy, takjub luar biasa! Aaahh Randy Ganteng banget deh, Eh, Billy keren. Nggak cuma ganteng, pintar, berprestasi, tapi dia juga perduli dan perhatian dengan sesama. Nggak heran kalau Randy di gandrungi semua siswi disekolah kami. Tapi, kenapa Randy memilih saya untuk menemaninya mencari bahan tulisan cerita ABG ini, bukannya masih banyak siswa-siswi lainnya yang bisa membantunya?

Ah, saya tersinggung, jangan-jangan Randy berpikiran kalau saya ini sudah tidak perawan lagi, atau setidaknya pernah melakukan sex bebas seperti yang dia pikirkan tentang ABG-ABG lainnya seumuran kami? Apalagi tadi dia juga mengatakan kalau saya mesum.

“Maksud kak Randy saya ini perlu belajar sex? karena saya menganut sex bebas? Begitu?” Saya sedikit marah.

Billy buru-buru mengejar, waktu saya keluar dari perpustakaan karena tersinggung dengan perkataannya. Randy lalu meminta maaf, maksudnya bukan seperti itu.

“Kenapa gw cuma ngajak lo untuk nyari bahan tulisan ini? karena gw tau, cuma lo yang mikir kalau gw ini ganteng banget, dan karena gw juga berpikiran yang sama, karena lo itu cantik banget dimata gw”

Saya terdiam, mencerna kalimat yang Randy ungkapkan.

Randy lalu tertawa keras, menarik kembali tangan saya masuk ke dalam perpustakaan.

“Ssstt..” petugas perpus menegur kami yang berisik karena suara Randy. Padahal tidak ada siapa-siapa didalam sana, kami berisik juga tidak akan ada yang terganggu, kan?

“Masih mau bantuin gw nggak?” Tanya Randy setelah kami masuk ke perpus dan duduk memandangi tumpukan buku yang dia pilih, yang berhubungan dengan cerita abg, sex remaja dan sebagainya.

“Ok!” Jawabku pendek.

Randy lagi-lagi tersenyum dan mulai membuka-buka buku, jarang sekali saya melihat Randy tersenyum, karena selama saya mengenal Randy disetiap pertemuan belajar bersama atau secara tidak langsung bertemu di sekolahan, dia tak pernah menunjukkan senyumnya yang ajaib itu. Senyum yang mampu melelehkan hati gadis-gadis seperti saya.

Tiba-tiba Randy mendekatkan badannya di samping saya, setelah sekitar 15 menit kami tak ada suara dan sibuk membaca buku yang dia cari tadi. Saya kaget dengan pandangan bertanya.

“Nad, tau nggak? Berduaan diperpustakaan sama lo seperti ini, kayak kita baru aja jadian dan kita pacaran”

Hah? saya cuma mengeluarkan satu kata itu ketika tatapan Randy yang begitu intens dan setajam silet menerobos masuk ke dalam hati dan membuatnya berbunga-bunga tanpa henti.

“Maksud kak Randy apa?”

“Apa seperti itu reaksi cewek-cewek abg saat ditembak cowok?” Tanya Randy dengan pandangan gemas.

“Apa perlu kita membuat satu cerita ABG yang menghebohkan sekolah? cerita tentang kalau gw ngajak lo pacaran? cerita ABG tertangkap basah berduaan diperpustakaan?” Randy melanjutkan kalimatnya dengan berbisik saat ada beberapa siswa lain masuk ke perpustakaan dan melewati meja kami untuk mencari buku yang mereka butuhkan.

“Tapi, kita nggak sambil berbuat yang tidak-tidak, kan, kak? nge-sex diperpustakaan contohnya?” tanya saya polos dan degdegan atas ajakan Randy untuk berpacaran.

“Astaga, Nadia.. lo pikir gw cowok apaan?? gw ngajakin lo nyari buku tentang pendidikan sex dini itu bukan berarti gw ngajakin lo untuk berbuat yang tidak-tidak, gw udah bilang kan? tujuan kita mencari buku ini tadi? selain yang utama adalah, gw memang  suka sama lo, sejak lo masuk kelompok belajar semester kemarin, ngerti?”

Dengan gemas dan sedikit kesal Randy mengacak-ngacak rambut saya dan mulai membereskan buku-buku dimeja.

“Kita pulang, gw laper!” Randy beranjak dari kursi tanpa mempedulikan saya yang masih linglung oleh ajakin Randy untuk pacaran yang tiba-tiba, tanpa angin tanpa hujan.

Gantian lalu saya menahan lengan Randy, “Kak Randy nggak mau mendengar jawabanku?”

“Tanpa lo jawab juga, gw tau kalau lo mau jadi pacar gw” jawaban Randy yang begitu percaya diri itu membuat saya langsung melepaskan tangannya yang memegang tumpukan buku pendidikan sex remaja, saya berdiri lalu melewatinya berjalan ke arah petugas perpus untuk membantunya meminjam buku-buku dengan kartu perpustakaan milik saya.

“Huuh, GR!!”

“Tapi gw bener, kan?”

Saya tersenyum dan mengangguk, Randy yang mempesona itu memang tidak bisa ditolak, karena saya juga tau reputasinya disekolah sebagai cowok populer dan digilai cewek-cewek di sekolah itu belum pernah terdengar punya pacar. Kalau begitu, boleh dong saya bangga? karena menjadi cewek satu-satunya yang di ajak Randy pacaran.

“Kalau begitu, kita balik lagi yuk ke kelas tambahan, temen-temen pasti udah nungguin kita”

Saya menghentikan langkah dan meminta jawaban dari pernyataannya barusan, bukankah dia bilang kelas tambahan kelompok belajar sepakat diliburkan?

“Gw..boong, Nad..”

“Jadi?”

“Jadi..kita pacaran dong Nadia cantik, jadi kita sekarang seperti anak-anak abg lainnya yang punya cerita abg romantis di sekolah, jadi gw punya pacar manis kayak lo. Tapi gw janji Nad, gw akan berusaha jagain lo supaya kita terhindar dari cerita abg yang memalukan, itulah kenapa gw nyari-nyari buku ini? selain untuk membuat tulisan cerita ABG yang akan kita bagikan ke anak jalanan dan seluruh siswa disekolah kita ini, buku-buku ini juga akan gw pelajari, baik dan buruknya sex bebas di usia remaja seperti kita.”

Saya terdiam tidak bisa berkata apa-apa lagi, apakah siswi-siswi disekolah ini tau? betapa saya memang beruntung bisa berdekatan dengan Randy?

Aaahhh, Randy Ganteng banget deh.

“Aku juga janji akan jadi cewek manis yang kak Randy kenal” Jawabku tersipu malu.

Kami berdua sama-sama tersenyum seperti remaja yang sedang jatuh cinta dan melanjutkan tugas sebagai pelajar, mematuhi aturan-aturan sekolah, agama dan menjaga diri agar tidak terjerumus dengan pergaulan bebas. Saya juga berjanji pada diri sendiri, akan membantu Randy memberikan edukasi tentang sex remaja dibantu para guru disekolah dan orang tua tentunya.(***)
Cerpen ini hanya fiksi penulis