Jurnal,Manado – Selain menjadi pembicara pada diskusi
panel tokoh demokrasi kepemimpinan politik dan kesejahteraan rakyat, Gubernur Sulut, DR SH Sarundajang, selaku
Ketua Umum PP AIPI (Asosiasi Ilmu Politik Indonesia), periode 2008-2015, dalam
Seminar Nasional (Semnas) XXVI dirangkaikan Kongres IX AIPI,
Berkesempatan meluncurkan Buku bertajuk " Sistem Presidensial Indonesia
dari Soekarno ke Jokowi ". Yang dilaksanakan di ruang Seminar Widya Graha
LIPI Lt 1, Jakarta. Kamis, (27/08/2015).
Acara
diawali pengantar kata oleh Kepala LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia),
Prof Dr Ir Iskandar Zulkarnaen, selanjutnya oleh Gubernur Sulut SH
Sarundajang, menyempatkan memberi sambutan dimana salah satu tujuan
diselenggarakan kegiatan ini adalah mencari solusi atas pelbagai masalah bangsa
ini selama kurun waktu 70 tahun, olehnya Pengurus Pusat AIPI , merasa perlu
membahas serta mendiskusikan problema bangsa ini dalam sesi panel tokoh serta
makalah utama, dengan menghadirkan para Ilmuwan Politik, Praktisi, Pejabat
Politik, maupun mantan Pejabat Politik.
Agenda Seminar bertema " Membaca 70 tahun
Indonesia Merdeka Tantangan Menuju Negara Demokrasi Berkeadilan Sosial"
selain DR SH Sarundajang, juga menghadirkan panelis diantaranya Menpolhukam RI,
Jend Purn (TNI) Luhut B Panjaitan, Prof Dr Azyumardi Azra (Mantan Rektor UIN
Syarif Hidayatullah, Jkt), Prof Dr Emil Salim, dengan moderator
Prof Dr Dewi Fortuna Anwar,MA, selaku Deputi bid IPSK LIPI.
Sementara
itu, DR SH Sarundajang, dalam seminar ini menguraikan pokok pokok pikiran bahwa
dalam rentang 70 thn Indonesia Merdeka, masih terdapat beberapa catatan yang
harus dibenahi, diantaranya Penegakan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih
dari korupsi, perlunya peran negara utk mewujudkan kemakmuran dan keadilan
sosial, dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan melindungi segenap bangsa
Indonesia termasuk menjamin hak hidup bagi minoritas agama dan kepercayaan.
Lebih
jauh dipaparkan SH Sarundajang, bahwa bangsa ini patut bersyukur karena
Indonesia pasca Orde Baru, sempat tercabik2 oleh konflik komunal di sejumlah
daerah, namun eksisistensi NKRI tetap utuh. Untuk itu pd forum ini SH
Sarundajang memberi apresiasi atas prestasi bangsa Indonesia berdemokrasi
selama kurun waktu 15 tahun.
Turut
hadir pada Seminar ini sejumlah cendekiawan semisal, Prof Dr Syamsudin Haris,
Prof Dr Ikrar Nusa Bhakti, Dr Adriana Elisabeth, Dr Ferry Daud Liando, Dr Nico
Haryanto, Dr Nurlia Nurdin, Drs Philep M Regar.(tim)