Iklan

September 5, 2015, 20:52 WIB
Last Updated 2021-01-21T11:51:27Z
Lipsus

Dunia Pariwisata Kota Manado Semakin Berkembang

Sumbangan PAD Dari Sektor Pariwisata 

Jurnal,Manado - Geliat Kota Manado menjadikan Daerah Tujuan Wisata (DTW) terus berkembang. Berbagai iven bertaraf internasional selang 2010 hingga 2015 dilaksanakan di ibukota Provinsi Sulawesi Utara ini. Mulai dari Meeting, Incentive, Converence dan Exhibition (MICE), hingga berbagai ivent olahraga, pemerintahan dan budaya terus dimaksimalkan.
Tekad Pemerintah Kota Manado melalui Walikota DR Ir GS Vicky Lumentut (GSVL) menjadikan Manado sebagai sentral di kawasan Indonesia Timur dan pusat perkembangan berbagai ivent di kawasan bibir Asia –Pasific terus digenjot.
Alhasil, selain Kota Manado mendunia, seiring melonjaknya kunjungan wisatawan ke daerah ini, juga multiplayer effect yang dihasilkan mulai terasa bagi warga Kota, terutama dengan berubahnya pola pikir kearah yang lebih baik. Bertumbuhnya tingkat hunian hotel berbintang serta sejumlah restoran bonavit plus kawasan pembelajaan dan tempat hiburan, ikut menjadi daya ungkit serapan tenaga kerja di Kota Manado.
Selain itu, Manado juga diperkaya dengan berbagai kawasan wisata dan cagar budaya. Tercatat ada 30 objek wisata dengan 66 cagar budaya, yang terletak di ujung jazirah utara pulau sulawesi, pada posisi geografis 124°40' - 124°50' BT dan 1°30' - 1°40' LU.
Dengan luas wilayah daratan 15.726 hektare. Manado termasuk kota pantai yang memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer, dan dikelilingi oleh perbukitan dan barisan pegunungan. Wilayah daratannya didominasi oleh kawasan berbukit dengan sebagian dataran rendah di daerah pantai. Interval ketinggian dataran antara 0-40% dengan puncak tertinggi di gunung Tumpa.
Gunung Tumpa adalah kawasan ekowisata yang menyimpan kekayaan alam flora dan fauna endemic, memiliki daya tarik bagi pengembangan wisata alam. Manfaatnya sangat besar, salah satunya mendongkrak perolehan kunjungan wisatawan (lokal, nusantara dan mancanegara), dan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menjadi sarana wisata pendidikan, penelitian, tracking, hiking dan pelestarian lingkungan, konservasi fauna langka seperti Monyet hitam (Maccaca nigra), Tangkasi (Tarsius spectrum), Kus-kus kerdil (Stigo kus-kus Celebensis), Babi rusa, Rusa dan beberapa jenis koleksi burung langka (Moleo, Rangkong/burung Taong).
Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau bunaken, pulau Siladen dan pulau Manado Tua, yang memiliki pemandangan luar biasa yang menyimpan banyak specis langka, diantaranya ikan purba Coelacanth, hingga di kenal dunia. Banyak turis asing menghabiskan waktu pelesirnya dikawasan ini, termasuk petinggi negeri Paman Sam USA.
Bahkan, saat Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Robert Blake bersama keluarga serta Konjen AS di Surabaya Mr Joaquin F Monserrate  didampingi Walikota DR Ir GS Vicky Lumentut bersama istri Prof DR Paula Runtuwene MS DEA, berkunjung ke pulau Bunaken, pada awal Januari 2015 lalu, menyempatkan diri menanam pohon Sirsak serta beribadah bersama jemaat GMIM Ayalon, Kelurahan Alungbanua. Menariknya, petinggi negeri paman Sam ini juga diajak mencicipi makanan khas Tinutuan di kawasan wisata kuliner Wakeke.
Selain kawasan wisata kuliner Wakeke, untuk menunjang pariwisata dan mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan, GSVL mengeluarkan kebijakan dengan menetapkan kawasan pantai Malalayang dan sekitarnya sebagai lokasi pengembangan klaster wisata kuliner tradisional.
Penetapan pantai Malalayang sebagai lokasi wisata kuliner jelas GSVL, karena potensi kawasan tersebut yang sudah dikenal sejak dulu sebagai daerah wisata menarik."Pemerintah tinggal melanjutkan apa yang sudah diawali oleh masyarakat dengan menjadikan daerah ini sebagai daerah wisata potensial,"ingat Walikota Manado.
Sementara potensi wisata religi dan budaya spektakuler adalah ditetapkannya ivent tahunan perayaan Cap Go Meh di kawasan Chinatown di pusat Kota Manado. Setiap tahunnya ribuan wisatawan datang ke Manado yang untuk menyaksikan berbagai atraksi menarik dari warga Manado etnis Tiongkok.
Tak kalah menariknya, festival budaya suku Bantik yang penuh daya magis ikut menjadi daya tarik tersendiri, termasuk cagar budaya Batu Buaya, Batu Kuangang, Batu Bantik Rudis gubernuran Bumi Beringin, Batu Nipo, dan Batu Sumanti Tikala Ares Waruga kompleks pekuburan Borgo, Waruga Dotu Lolonglasut, Makam Kanjeng Sri Kedaton, Klenteng Ban Hin Kiong, Gereja Centrum, Minahasa Raad, Makam Tentara Jepang (Pekuburan Teling), Meriam Kuno (kantor gubernur Sulut), Katedral Gereja Katolik. 
“30 objek wisata dan 66 cagar budaya di Kota Manado, diantaranya, Patung Yesus Memberkati, Taman Nasional Bunaken, kawasan wisata gunung Tumpa, pantai Malalayang, air terjun Kima Atas. Sementara ada 31 Velbox ( Velbox adalah sebuat tempat perlindungan atau pertahanan yang dibangun pada masa penjajahan Jepang di Manado sekitar tahun 1940-an), 12 Goa Jepang, 4 bunker,”terang Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Manado, Hendrik Warokka, S.Pd, DEA.
Data kunjungan wisatawan ke Kota Manado, baik wisatawan Nusantara maupun Mancanegara yang tercatat pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan  Kota Manado serta Dinas Pariwiata Provinsi Sulut, dengan entry point melalui bandara Sam Ratulangi dan pelabuhan Samudera Bitung, dari tahun –tahun terus mengalami peningkatan.
Hasilnya ditangan GSVL peningkatan kunjungan wisatawan 2014 mengalami peningkatan hingga 124,18 persen, yakni dari target 697.766 orang menjadi 866.458 wisatawan baik local nusatara maupun Mancanegara. Pada tahun 2010 sebanyak 355.583, tahun 2011 sebanyak 552.397, tahun 2012 sebanyak 571,255, tahun 2013 sebanyak 732,428, tahun 2014 sebanyak 866.458 dan tahun 2015 per bulan Juni sebanyak 419.082. (lihat grafis, red). 
Sementara, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terserap melalui sektor pariwisata (pajak Hotel, Restoran dan Hiburan) terus meningkat dalam masa kepemimpinan Walikota Manado DR Ir GS Vicky Lumentut.

Berikut perkembangan dan peningkatan PAD tahun 2010-2014: Tahun 2010 posisi PAD Rp 12,931,005,518. Tahun 2011 melonjak drastis hingga Rp 40,529,909, 657. Kemudian pada tahun 2012 menjadi Rp 47,009,645, 506 dan pada tahun 2013 sebesar Rp 62,764,077,343. Selanjutnya tahun 2014 mencapai Rp 65, 131,476,722. (lihat grafis).

“Untuk mencapai ini semua, memang diperlukan kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas, sesuai arahan Walikota Manado. Kemudian ditunjang dengan Sumber Daya Manusia (SDM) Dinas Pariwisata Kota Manado,”terang Warokka. (lipsus)