Iklan

July 10, 2016, 06:22 WIB
Last Updated 2021-01-21T12:41:46Z
Pemerintahan

Serbia Butuh Eksport Ikan. Gubernur Dorong Eksport Perikanan

Foto bersama Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan Dubes indonesia untuk Serbia beserta rombongan
Jurnal,Belgrade-Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut) diharapkan dapat menjajal pasar baru ekspor perikanan di kawasan Eropa Tenggara melalui pintu masuk negara Serbia. 
 
 
Pasalnya, ekspor Sulawesi Utara ke Eropa didominasi produk komoditas perkebunan, kelapa dan pala. Demikian dikatakan Duta besar Indonesia untuk Serbia dan Montenegro, James Kandouw dalam pertemuan dengan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, di Hotel Radisson Belgrade, Sabtu (9/07/2016).


Menurutnya, wilayah Eropa Tenggara sebagian besar terdiri negara Balkan dan  dinilai prospektif untuk ekspor ikan kaleng. Belasan negara Balkan adalah wilayah pegunungan tidak memiliki laut seperti Albania, Bulgaria, Rumania dan Bosnia dengan jumlah penduduk mencapai 75 juta orang.



“Saya banyak menjumpai toko-toko di Belgrade menjual ikan kaleng produksi Bitung. Ikan kaleng kini menjadi konsumsi utama warga Serbia. Dan ikan kaleng Bitung hanya disaingi oleh ikan kaleng produksi Thailand,” terang Kandouw. Sembari mengatakan jika ikan kaleng bitung dieksport lebih menguntungkan.



Sementara itu, Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengatakan, ekspor komoditas hasil perkebunan pala dan kelapa ke Eropa Timur cukup tinggi ke negara Rusia, Polandia, Latvia, Ceko dan Ukrania. Berdasarkan catatan,  ekspor ke Eropa Timur 1,7 ton dengan nilai ekspor 3,2 juta dollar Amerika.


“Apabila ekspor perikanan kita genjot maka peluang pasar terbuka di kawasan Eropa semakin terbuka,” katanya.

Ia juga optimis dengan adanya tujuh pabrik ikan dan 25 unit pengolahan ikan di daerahnya. Jumlah pabrik ikan di Bitung dan unit pengolahan ikan hampir setengah dari jumlah pabrik di Tanah Air dengan kapasitas produksi mencapai 1.400 ton ikan setiap hari. Untuk itu Dondokambey berharap ketersediaan bahan baku ikan di Bitung tercukupkan setelah Menteri Kelautan dan Perikanan mengizinkan kapal penyanggah mengangkut ikan di laut dari kapal penangkap.


“Pabrik ikan di Bitung membutuhkan izin 150 buah kapal penyanggah agar dapat memulihkan ketersediaan bahan baku di sana. Pabrik ikan mengalami krisis bahan baku setelah moratorium kebijakan kapal ikan asing dan alih muat di laut dari Menteri Kelautan dan Perikanan, November 2014,” pungkasnya.(man)