Foto bersama Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan Dubes indonesia untuk Serbia beserta rombongan |
Jurnal,Belgrade-Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Sulawesi Utara (Sulut) diharapkan dapat menjajal pasar baru ekspor perikanan di
kawasan Eropa Tenggara melalui pintu masuk negara Serbia.
Pasalnya, ekspor
Sulawesi Utara ke Eropa didominasi produk komoditas perkebunan, kelapa dan
pala. Demikian dikatakan Duta besar Indonesia untuk Serbia dan Montenegro,
James Kandouw dalam pertemuan dengan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey,
di Hotel Radisson Belgrade, Sabtu (9/07/2016).
Menurutnya, wilayah
Eropa Tenggara sebagian besar terdiri negara Balkan dan dinilai prospektif untuk ekspor ikan kaleng.
Belasan negara Balkan adalah wilayah pegunungan tidak memiliki laut seperti
Albania, Bulgaria, Rumania dan Bosnia dengan jumlah penduduk mencapai 75 juta
orang.
“Saya banyak
menjumpai toko-toko di Belgrade menjual ikan kaleng produksi Bitung. Ikan
kaleng kini menjadi konsumsi utama warga Serbia. Dan ikan kaleng Bitung hanya
disaingi oleh ikan kaleng produksi Thailand,” terang Kandouw. Sembari
mengatakan jika ikan kaleng bitung dieksport lebih menguntungkan.
Sementara
itu, Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengatakan, ekspor komoditas hasil
perkebunan pala dan kelapa ke Eropa Timur cukup tinggi ke negara Rusia,
Polandia, Latvia, Ceko dan Ukrania. Berdasarkan catatan, ekspor ke Eropa Timur 1,7 ton dengan nilai
ekspor 3,2 juta dollar Amerika.
“Apabila
ekspor perikanan kita genjot maka peluang pasar terbuka di kawasan Eropa
semakin terbuka,” katanya.
Ia juga
optimis dengan adanya tujuh pabrik ikan dan 25 unit pengolahan ikan di
daerahnya. Jumlah pabrik ikan di Bitung dan unit pengolahan ikan hampir
setengah dari jumlah pabrik di Tanah Air dengan kapasitas produksi mencapai
1.400 ton ikan setiap hari. Untuk itu Dondokambey berharap ketersediaan bahan
baku ikan di Bitung tercukupkan setelah Menteri Kelautan dan Perikanan
mengizinkan kapal penyanggah mengangkut ikan di laut dari kapal penangkap.
“Pabrik ikan
di Bitung membutuhkan izin 150 buah kapal penyanggah agar dapat memulihkan ketersediaan
bahan baku di sana. Pabrik ikan mengalami krisis bahan baku setelah moratorium
kebijakan kapal ikan asing dan alih muat di laut dari Menteri Kelautan dan
Perikanan, November 2014,” pungkasnya.(man)