Iklan

February 27, 2018, 16:52 WIB
Last Updated 2018-05-10T23:53:20Z
Dinamika

Assa : "Rumah tak boleh lewat sepadan sungai atau sepadan jalan drainase"

Jurnal , Manado - Kota Manado adalah kota yang memang sudah ada sejak dulu, sehingga berbagai pembangunan tak memikirkan secara dini peristiwa banjir. Berbeda dengan pembangunan kota baru yang memang didesain sedemikian rupa.

“Masalah drainase di kota ini sangat rumit, karena sudah ada dari dulu kala. Ini tak terencana. Tapi meski agak terlambat, kita juga harus lakukan penanggulangan,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Peter Karl Bart Assa.

Untuk itu, butuh waktu lama dan anggaran yang sangat besar sehingga Kota Manado benar-benar bebas dari banjir. Diakuinya, banjir merupakan masalah kompleks yang disebabkan tiga factor. “Banjir itu ada yang karena alam, manusia atau salah pengelolaan pemerintah,” ujar mantan Kepala Bappeda Kota Manado itu.

Lanjut doktor luar negeri ini, Kota Manado semakin hari, makin banyak pembangunan. Seiring dengan itu, makin tak mumpuni juga saluran air di kota ini. Masyarakat seharusnya sadar.

“Saya contohkan. Pelebaran jalan, curi ruang drainase. Warga buat rumah, pagarnya curi drainase. Kalau di pinggir sungai, mereka bangun masih ke arah sungai. Ini tak terkontrol,” ucap Assa yang pernah menjadi konsultan banjir ini.

Kota Manado sebenarnya punya peraturan daerah soal tata ruang, satu di antaranya rumah tak boleh lewat sepadan sungai atau sepadan jalan drainase.

“Sesuai dengan perda, yang kedapatan memang harus mendapat punishment. Tapi yah itu membutuhkan dana yang sangat bedat,” ujar Assa.(ipeh)