Iklan

July 15, 2019, 17:18 WIB
Last Updated 2021-01-21T12:35:06Z
Pemerintahan

Hingga Maret 2019 Penduduk Miskin se - Sulut Terendah

JurnalManado - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara (Sulut) Ateng Hartono menerangkan bahwa persentase penduduk miskin di Sulut pada bulan Maret tahun 2019 sebesar 7,66% atau terendah se-Sulawesi. Bahkan angka ini juga berada di bawah nasional yang besarnya 9,41%.

Kendati demikian, Ateng menyebut angka kemiskinan Sulut tersebut meningkat sedikit atau sekitar 0,07 point dibandingkan dengan September 2018 yang besarnya 7,59%. Sedangkan jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2018 atau Maret 2018 yang mencapai 7,80%, berarti mengalami penurunan sebesar 0,14 point.

Kepala BPS Sulut menuturkan, peningkatan penduduk miskin maret 2019 dibandingkan dengan September 2018 disebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin di perkotaan. Maret 2019 penduduk miskin di perkotaan sebanyak 65,49 (ribu) jiwa atau sekitar 5,01% dari total penduduk perkotaan. Sedangkan pada bulan September jumlah penduduk miskin perkotaan sebanyak 62,11 ribu jiwa atau 4,82%.

“Sebagai bahan perbandingan, jumlah penduduk miskin di pedesaan pada bulan September 2018 sebanyak 126,93 ribu atau sekitar 10,57% dari total penduduk di pedesaan. Maret tahun 2019 menangalami penurunan menjadi 126,20 ribu atau sekitar 10,56% dari total penduduk pedesaan,” jelasnya, Senin (15/7/2019).

Tambah dia, peningkatan penduduk miskin di perkotaan ternyata juga diikuti dengan peningkatan indeks kedalaman kemiskinan dari 0,627 pada bulan September 2018 menjadi 0,773 pada bulan Maret 2019. Hal tersebut berarti rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perkotaan cenderung samakin jauh dari garis kemiskinan. Demikian juga dengan indeks keparahan kemiskinan perkotaan bulan Maret 2019 lebih tinggi dibandingkan dengan September 2018, masing-masing nilainya 0,112 menjadi 0,158. Artinya, ketimpangan rata-rata pengeluaran antara penduduk miskin di perkotaan semakin melebar.

Adapun untuk pedesaan, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan Maret 2019 lebih rendah dibandingkan dengan Septermber 2018. Hal ini berarti rata-rata pengeluaran penduduk miskin pedesaan semakin mendekati garis kemiskinan serta juga ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin semakin rendah.

Kendati demikian, Ateng menyebut angka kemiskinan Sulut tersebut meningkat sedikit atau sekitar 0,07 point dibandingkan dengan September 2018 yang besarnya 7,59%. Sedangkan jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2018 atau Maret 2018 yang mencapai 7,80%, berarti mengalami penurunan sebesar 0,14 point.

Kepala BPS Sulut menuturkan, peningkatan penduduk miskin maret 2019 dibandingkan dengan September 2018 disebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin di perkotaan. Maret 2019 penduduk miskin di perkotaan sebanyak 65,49 (ribu) jiwa atau sekitar 5,01% dari total penduduk perkotaan. Sedangkan pada bulan September jumlah penduduk miskin perkotaan sebanyak 62,11 ribu jiwa atau 4,82%.

“Sebagai bahan perbandingan, jumlah penduduk miskin di pedesaan pada bulan September 2018 sebanyak 126,93 ribu atau sekitar 10,57% dari total penduduk di pedesaan. Maret tahun 2019 menangalami penurunan menjadi 126,20 ribu atau sekitar 10,56% dari total penduduk pedesaan,” jelasnya, Senin (15/7/2019).

Tambah dia, peningkatan penduduk miskin di perkotaan ternyata juga diikuti dengan peningkatan indeks kedalaman kemiskinan dari 0,627 pada bulan September 2018 menjadi 0,773 pada bulan Maret 2019. Hal tersebut berarti rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perkotaan cenderung samakin jauh dari garis kemiskinan. Demikian juga dengan indeks keparahan kemiskinan perkotaan bulan Maret 2019 lebih tinggi dibandingkan dengan September 2018, masing-masing nilainya 0,112 menjadi 0,158. Artinya, ketimpangan rata-rata pengeluaran antara penduduk miskin di perkotaan semakin melebar.

Adapun untuk pedesaan, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan Maret 2019 lebih rendah dibandingkan dengan Septermber 2018. Hal ini berarti rata-rata pengeluaran penduduk miskin pedesaan semakin mendekati garis kemiskinan serta juga ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin semakin rendah.(man)