Iklan

February 19, 2014, 16:14 WIB
Last Updated 2014-02-20T00:14:19Z
Ekonomi

Indonesia Bisa Bangkrut 10 Tahun ke Depan

Dalam artikel Analis kebijakan internasional, Kurt Avard beberapa hari sebelumnya memperkirakan Indonesia akan bangkrut dalam 10 tahun ke depan apabila tidak ada perbaikan dari pemerintah mulai dari sekarang. Jurnal,Jakarta-Mengomentari hal itu, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi mengakui peluang perekonomian Indonesia akan mengalami tekanan memang ada. "Kalau trennya begini terus iya, tapi kalau kita serius dengan proyek MP3EI, pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), termasuk hilirisasi tambang itu kan bagian dari itu, sehingga ekspor nanti menjadi barang-barang yang lebih bernilai tinggi, itu bisa kita balik trennya," kata Doddy, Rabu (19/2/2014). Demi terus mendorong kondisi ekonomi Indonesia yang nantinya mampu meningkatkan daya saing dengan beberapa negara berkembang lainnya, Doddy menekankan ada dua hal yang menjadi hal utama untuk diperhatikan. Pertama, pemerintah harus segera mempercepat realisasi proyek MP3EI yang dimana hal itu akan membangun sektor infrastruktur Indonesia. Sementara untuk hal kedua yaitu mendorong para pengusaha terutama dalam negeri untuk masuk ke sektor industri yang bersifat strategis. "Tahun lalu kita impor tinggi di bahan baku dan bahan modal, kalau kita bisa masuk ke wilayah itu, itu akan lebih baik," jelas Doddy. Seperti diketahui, Avard menjelaskan, dibandingkan negara anggota MINT (Meksiko, Indonesia, Nigeria, dan Turki) lainnya, Indonesia muncul sebagai negara dengan stabilitas politik terbaik. Namun di sisi lain ketergantungan yang terlalu besar pada sumber daya alam sebagai pencetak pendapatan negara menyebabkan pemerintah kesulitan mengembangkan pasar-pasar alternatif untuk mengoptimalkan penduduk menengah ke atas. Terlebih lagi, meskipun persentase tenaga kerja di bidang agrikultur terhitung rendah, perekonomian Indonesia masih akan terperangkap dalam middle income trap. Memang bagi Indonesia, Avard melihat adanya optimisme mengingat neraca perdagangan yang tercatat surplus pada November. Sayangnya, inflasi terus menggelembung membayangi pertumbuhan ekonomi dan berada di kisaran 8% per kuartal.(dtc)