Iklan

March 28, 2014, 21:36 WIB
Last Updated 2014-03-29T04:36:24Z
Olahraga

Upeti Buat Si Tuan Besar

Jurnal,Inggris-Bayern sedang menepi di Marakesh ketika sebuah kabar tiba. Dia tersenyum lebar mendengar kabar itu. Natal tiba lebih cepat rupanya.

Bagaimana tidak, ketika sedang berusaha menaklukkan satu lagi perang di tanah orang, dua musuhnya yang terus merongrong-nya selama ini menderita kekalahan. Dengar-dengar, dua musuhnya itu berencana untuk mengambil takhtanya ketika dia sedang pergi ke tanah orang.

Bayern puas bukan main. Betapa bodohnya mereka, dia pikir. Tidak ada yang lebih memuaskan daripada ini. Satu lagi upaya pemberontakan telah gagal.

Dua pemberontak itu, Leverkusen dan si Keras Kepala Dortmund, mengira diri mereka lebih pintar dariku, gumam Bayern lagi. Hari itu, benaknya tidak henti-henti menggoda egonya. Ego yang dia beri makan banyak-banyak hingga membengkak. "Lihat, kan... Aku tidak pernah salah!"

Bayern ingat beberapa tahun silam ketika si Keras Kepala itu dengan digdayanya mencoreng wajahnya terang-terang. Warna kuning jelek itu, pikirnya... Betul-betul membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. "Berani-beraninya mereka berpikir bisa menjatuhkanku," amarah Bayern menggerung-gerung. Tapi, kali ini bukan amarah biasa. Ini adalah amarah penuh dengan kepuasan.

Hari itu, matahari di Marakesh bersinar terang. Ini sebuah pertanda bagus untuk sebuah hari yang indah, mungkin. Keesokan harinya dia berangkat berperang dan satu lagi takhta berhasil dia jatuhkan; Takhta Dunia. Betul-betul perang yang mudah.(dtc)