Iklan

June 29, 2014, 06:54 WIB
Last Updated 2014-06-29T13:54:31Z
Olahraga

Pemain Muslim Aljazair Dilema

Jurnal - Pemain Muslim Aljazair dalam tim Piala Dunia mengalami dilema. Setelah berhasil lolos ke babak 16 besar, pertandingan bakal digelar saat memasuki bulan Ramadan.  "Kami harus membicarakannya di antara kami sendiri," kata Djamel Mesbah. "Sudah jelas bahwa agama Islam sangat penting bagi tim, jadi kita akan berbicara tentang hal itu dan melihat bagaimana kelanjutannya."

Atlet di Olimpiade 2012 juga menghadapi rintangan yang sama karena berlangsung pada Bulan Puasa. Banyak tim yang menyerahkan keputusan kepada pemain dan diharapkan membatalkan puasa selama bulan Ramadhan agar tidak mengganggu kinerja mereka. Penggantinya bisa dilakukan puasa di lain hari atau membayar fidyah sebagai pengganti puasa berupa bahan makanan sesuai ketentuan.


Adapun pengecualian Muslim  boleh atau diizinkan tidak berpuasa di Bulan Ramadan selama ini adalah orang sakit, hamil, lemah atau lansia. Mereka bepergian, atau pergi ke perang, juga dikecualikan dan itu yang masuk kategori sebagian besar atlet sebagai alasan membatalkan puasa dan menggantinya di hari lain.


Kapten Aljazair Madjid Bougherra menunjukkan bahwa kondisi itu adalah sebuah tantangan bagi pesepakbola Muslim di klub-klub Eropa. Hal ini juga pernah dialaminya ketika ia bersama Rangers, ia berpuasa tapi memastikan tetap bisa mempertahankan tingkat penampilannya.  "Hal yang paling sulit adalah tetap terhidrasi," katanya.


Bougherra mengatakan,  beberapa pemain akan menunda puasa mereka untuk lain waktu, namun tergantung pada kondisi fisik masing-masing. “Kalau  saya, saya pikir saya akan berpuasa."

Bacary Sagna, pemain Muslim di skuad Prancis, mengatakan bahwa banyak pemain yang tetap berpuasa di liga-liga Eropa dan tetap bisa bermain dengan baik. "Sebagai seorang Muslim saya tahu bahwa ada aturan-aturan tertentu yang memungkinkan kita untuk menghindari hal itu," katanya. “Tapi saya tetap berpuasa.”(tpo)