
![]() |
Kita jadian ya |
Bermula waktu saya dan Randy
sama-sama masih disekolah menengah atas (SMA), Randy yang ganteng, cerdas juga
berprestasi.
Dia kelas tiga jurusan IPA dan
saya kelas 2 dijurusan yang sama. Di SMA kami ini kadang siswa kelas 3 dan
kelas 2 sering belajar bersama, pertemuan kelas bersama ini diluar jam sekolah,
jadi semacam les atau pelajaran tambahan yang dibagi dengan beberapa kelompok,
kegiatan ini dimaksudkan agar siswa-siswa dijurusan yang sama bisa lebih memahami
pelajaran dan bisa mempersiapkan mental menghadapi ujian akhir sekolah dan
kenaikan kelas.
Randy, dengan predikat siswa
cerdas dan di segani menjadi ketua kelompok belajar disetiap pertemuan. Secara
kebetulan saya ikut di kelompok Randy, senang? pastinya! Siapa yang tidak
menginginkan berdekatan dengan Randy, semua siswi disekolahku memimpikannya.
Dan keberuntungan itu ada padaku, kelompok Randy hanya beranggotakan 30 siswa
campuran kelas 3 dan 2.
Tapi walaupun Randy populer dan
dikejar-kejar banyak perempuan, dia tidak sombong, itu dari pengamatanku saat
belajar bersama, bahkan dia begitu sabar membantuku mengerjakan rumus Fisika
yang tidak saya mengerti. Tidak seperti cerita yang banyak siswi abg lainnya
katakan, Randy sombong, Randy arogan, Randy belagu. Waktu saya tanya, lebih
tepatnya memberanikan bertanya, “kak Ran, kenapa mau membantuku? aku pikir kak
Randy sombong“. Randy cuma menatapku sambil tersenyum, tak ada jawaban apapun. Saya
menyimpulkan sendiri, Randy itu tidak sombong.
Tapi, diluar jam tambahan belajar
itu, Randy memang sombong. Saat bertemu di kantin jam istirahat, saat saya
sapa, Randy tidak sedikitpun melihat apalagi membalas sapaan saya. Huh!
Sudah hampir satu semester saya
mengikuti program belajar bersama dan bertemu dengan Randy setiap harinya
diluar jam sekolah. Tapi sikapnya selalu seperti itu terhadap semua orang.
Kadang baik, kadang cuek, kadang menyebalkan, kadang saya dibuatnya dag dig dug
karena perhatiannya yang berlebihan saat belajar bersama.
Seperti hari itu, siang hari yang
terik, saya masih dikelas menunggu jam tambahan, tiba-tiba Randy datang
menghampiri, dikelas itu cuma ada saya dan 2 orang teman lainnya. Siswa lain
sudah keluar pulang kerumah masing-masing.
“Hai, Nadia.. hari ini kita nggak
belajar kelompok dulu, ya”
“kenapa, kak?” saya heran karena
biasanya jika tidak ada pelajaran tambahan, pemberitahuan ini disampaikan hari
sebelumnya.
“Iya, hari ini semua sepakat
libur, tapi lo harus temenin gw ke perpus sekolah dulu sebelum pulang, gw mau
nyari bahan tulisan cerita ABG untuk diberikan ke anak-anak jalanan hari Minggu
besok”
“Buat apaan, kak? kita juga masih
ABG, kan?”
“Buat apaan? lo nggak tau ya?
kalau ABG-ABG jaman sekarang ini, jaman kita ini pergaulannya semakin bebas,
semakin diracuni oleh kecanggilan teknologi, lo pernah baca nggak? ada anak abg
yang berbuat mesum di sekolah? cerita anak abg yang membuat video porno? cerita
abg yang hamil lalu melahirkan di toilet. Heh?”
Randy, yang saya tau tak pernah
berbicara banyak, siang ini dia terlihat sangat keren dan ganteng banget dengan
menjelaskan maksudnya meliburkan jam belajar bersama, hanya untuk membuat
tulisan tentang cerita abg.
“Tapi, kak”
Sebelum saya menanyakan lagi
niatnya untuk ke perpus dan membuat cerita abg, Randy menarik pergelangan tangan saya dengan cepat.
“Udah, nggak usah banyak tanya!”
Dengan terburu-buru saya membereskan beberapa buku yang ada di meja.
Randy memindahkan tangannya dari
pergelangan tangan lalu menggenggam tangan saya, kami melewati koridor sekolah
menuju perpustakaan, melewati lapangan yang ditimpa matahari, melewati pohon
besar di dekat kolam. Beberapa siswa yang masih ada di sekolah yang tergabung
di program belajar bersama dikelompok lain memandang kami. Randy terus berjalan
tanpa mengindahkan tatapan itu.
Di perpustakaan sepi, hanya ada
petugas yang sedang membereskan beberapa buku di rak. Randy masih memegang
tangan saya, saat diajak ke tumpukan buku ilmu pengetahuan, Randy lalu mencari
beberapa buku yang berhubungan dengan sex dan percintaan remaja.
“Buat, apaan kak?” tanya saya
heran, kenapa Randy mencari buku yang berhubungan dengan sex, apakah Randy
ingin mempraktekan sex itu dengan saya?Aahh.
“Ya, buat belajar lah, lo pikir
buat apaan? makanya itu otak jangan dibuat mikir kalau gw ini ganteng dan mesum
terus! Sekali-kali lo pikirin nasib anak remaja lainnya yang kurang pendidikan
seperti kita, pentingnya pendidikan sex sejak dini, supaya nggak terjerumus
pergaulan bebas, supaya nggak sembarangan melakukan hal yang seharusnya belum
boleh dilakukan!”
Saya terkesima mendengar
penjelasan Randy, takjub luar biasa! Aaahh Randy Ganteng banget deh, Eh, Billy
keren. Nggak cuma ganteng, pintar, berprestasi, tapi dia juga perduli dan
perhatian dengan sesama. Nggak heran kalau Randy di gandrungi semua siswi disekolah
kami. Tapi, kenapa Randy memilih saya untuk menemaninya mencari bahan tulisan
cerita ABG ini, bukannya masih banyak siswa-siswi lainnya yang bisa
membantunya?
Ah, saya tersinggung,
jangan-jangan Randy berpikiran kalau saya ini sudah tidak perawan lagi, atau
setidaknya pernah melakukan sex bebas seperti yang dia pikirkan tentang ABG-ABG
lainnya seumuran kami? Apalagi tadi dia juga mengatakan kalau saya mesum.
“Maksud kak Randy saya ini perlu
belajar sex? karena saya menganut sex bebas? Begitu?” Saya sedikit marah.
Billy buru-buru mengejar, waktu
saya keluar dari perpustakaan karena tersinggung dengan perkataannya. Randy
lalu meminta maaf, maksudnya bukan seperti itu.
“Kenapa gw cuma ngajak lo untuk
nyari bahan tulisan ini? karena gw tau, cuma lo yang mikir kalau gw ini ganteng
banget, dan karena gw juga berpikiran yang sama, karena lo itu cantik banget
dimata gw”
Saya terdiam, mencerna kalimat
yang Randy ungkapkan.
Randy lalu tertawa keras, menarik
kembali tangan saya masuk ke dalam perpustakaan.
“Ssstt..” petugas perpus menegur
kami yang berisik karena suara Randy. Padahal tidak ada siapa-siapa didalam
sana, kami berisik juga tidak akan ada yang terganggu, kan?
“Masih mau bantuin gw nggak?”
Tanya Randy setelah kami masuk ke perpus dan duduk memandangi tumpukan buku
yang dia pilih, yang berhubungan dengan cerita abg, sex remaja dan sebagainya.
“Ok!” Jawabku pendek.
Randy lagi-lagi tersenyum dan
mulai membuka-buka buku, jarang sekali saya melihat Randy tersenyum, karena
selama saya mengenal Randy disetiap pertemuan belajar bersama atau secara tidak
langsung bertemu di sekolahan, dia tak pernah menunjukkan senyumnya yang ajaib
itu. Senyum yang mampu melelehkan hati gadis-gadis seperti saya.
Tiba-tiba Randy mendekatkan
badannya di samping saya, setelah sekitar 15 menit kami tak ada suara dan sibuk
membaca buku yang dia cari tadi. Saya kaget dengan pandangan bertanya.
“Nad, tau nggak? Berduaan
diperpustakaan sama lo seperti ini, kayak kita baru aja jadian dan kita
pacaran”
Hah? saya cuma mengeluarkan satu
kata itu ketika tatapan Randy yang begitu intens dan setajam silet menerobos
masuk ke dalam hati dan membuatnya berbunga-bunga tanpa henti.
“Maksud kak Randy apa?”
“Apa seperti itu reaksi
cewek-cewek abg saat ditembak cowok?” Tanya Randy dengan pandangan gemas.
“Apa perlu kita membuat satu
cerita ABG yang menghebohkan sekolah? cerita tentang kalau gw ngajak lo
pacaran? cerita ABG tertangkap basah berduaan diperpustakaan?” Randy
melanjutkan kalimatnya dengan berbisik saat ada beberapa siswa lain masuk ke
perpustakaan dan melewati meja kami untuk mencari buku yang mereka butuhkan.
“Tapi, kita nggak sambil berbuat
yang tidak-tidak, kan, kak? nge-sex diperpustakaan contohnya?” tanya saya polos
dan degdegan atas ajakan Randy untuk berpacaran.
“Astaga, Nadia.. lo pikir gw
cowok apaan?? gw ngajakin lo nyari buku tentang pendidikan sex dini itu bukan
berarti gw ngajakin lo untuk berbuat yang tidak-tidak, gw udah bilang kan?
tujuan kita mencari buku ini tadi? selain yang utama adalah, gw memang suka sama lo, sejak lo masuk kelompok belajar
semester kemarin, ngerti?”
Dengan gemas dan sedikit kesal
Randy mengacak-ngacak rambut saya dan mulai membereskan buku-buku dimeja.
“Kita pulang, gw laper!” Randy
beranjak dari kursi tanpa mempedulikan saya yang masih linglung oleh ajakin
Randy untuk pacaran yang tiba-tiba, tanpa angin tanpa hujan.
Gantian lalu saya menahan lengan
Randy, “Kak Randy nggak mau mendengar jawabanku?”
“Tanpa lo jawab juga, gw tau
kalau lo mau jadi pacar gw” jawaban Randy yang begitu percaya diri itu membuat
saya langsung melepaskan tangannya yang memegang tumpukan buku pendidikan sex
remaja, saya berdiri lalu melewatinya berjalan ke arah petugas perpus untuk
membantunya meminjam buku-buku dengan kartu perpustakaan milik saya.
“Huuh, GR!!”
“Tapi gw bener, kan?”
Saya tersenyum dan mengangguk,
Randy yang mempesona itu memang tidak bisa ditolak, karena saya juga tau
reputasinya disekolah sebagai cowok populer dan digilai cewek-cewek di sekolah
itu belum pernah terdengar punya pacar. Kalau begitu, boleh dong saya bangga?
karena menjadi cewek satu-satunya yang di ajak Randy pacaran.
“Kalau begitu, kita balik lagi
yuk ke kelas tambahan, temen-temen pasti udah nungguin kita”
Saya menghentikan langkah dan
meminta jawaban dari pernyataannya barusan, bukankah dia bilang kelas tambahan
kelompok belajar sepakat diliburkan?
“Gw..boong, Nad..”
“Jadi?”
“Jadi..kita pacaran dong Nadia
cantik, jadi kita sekarang seperti anak-anak abg lainnya yang punya cerita abg
romantis di sekolah, jadi gw punya pacar manis kayak lo. Tapi gw janji Nad, gw
akan berusaha jagain lo supaya kita terhindar dari cerita abg yang memalukan,
itulah kenapa gw nyari-nyari buku ini? selain untuk membuat tulisan cerita ABG
yang akan kita bagikan ke anak jalanan dan seluruh siswa disekolah kita ini,
buku-buku ini juga akan gw pelajari, baik dan buruknya sex bebas di usia remaja
seperti kita.”
Saya terdiam tidak bisa berkata
apa-apa lagi, apakah siswi-siswi disekolah ini tau? betapa saya memang beruntung
bisa berdekatan dengan Randy?
Aaahhh, Randy Ganteng banget deh.
“Aku juga janji akan jadi cewek
manis yang kak Randy kenal” Jawabku tersipu malu.
Kami berdua sama-sama tersenyum
seperti remaja yang sedang jatuh cinta dan melanjutkan tugas sebagai pelajar,
mematuhi aturan-aturan sekolah, agama dan menjaga diri agar tidak terjerumus
dengan pergaulan bebas. Saya juga berjanji pada diri sendiri, akan membantu
Randy memberikan edukasi tentang sex remaja dibantu para guru disekolah dan
orang tua tentunya.(***)
Cerpen ini hanya fiksi penulis