Jurnal,Manado – Pagelaran adat tulude yang merambah se-sulut semakin ramai. Terbukti, Pemerintah dan Masyarakat Kepulauan Siau Taggulandang Biaro (Sitaro), di lapangan sepak bola Ulu Siau, Selasa (3/02/2015) lalu, sukses merayakan tulude.
Meski diguyur hujan deras antusiasme
warga tak pernah surut menyaksikan pesta adat awal tahun dari warga yang
mendiami tanah karangetang, mandolokang kolo-kolo.
Gubernur Sulut inyo Hari Sarundajang
mengajak warga Sitaro untuk terus melestarikan nilai-nilai budaya adat tulude,
karena lewat tulude mampu menyatuhkan semua unsur golongan agama di dalamnya.
Pun dengan pagelaran yang dilaksanakan di Lapangan Koni Manado yang diprakarsai
oleh Forum Komunikasi Masyarakat Nusa
Utara (FKMNU) bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sulut melalui Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulut dilapangan Koni Sario Manado,
Sabtu (7/02/2015) berlangsung spektakuler.
Sarundajang Laoh Tambuwun, Wagub Dr Djouhari Kansil MPd yang
juga selaku Ketua Umum FKMNU bersama Ibu Mieke Kansil Tatengkeng, unsur
Forkopimda Sulut, Dubes RI untuk Serbia Montenegro James Kandou SH,
mantan Direktur Penindakan BNN Irjen Benny Mamoto, Wakil Konjen Philipina di
Manado Jan Wenceslao serta sejumlah tokoh nustar diantaranya Ketua IKISST Sulut
Drs Hengky Baramuli SH bersama isteri larut dalam suasana pesta adat yang
memiliki ritual keagamaan itu.
Gubernur menyatakan rasa syukurnya karena Provinsi Sulut dianugerahi Tuhan dengan ragam kekayaan seni budaya yang dimiliki oleh tiga etnis besar yang mendiami negeri ini, yaitu Minahasa, Nusa Utara dan Bolaang Mongondow yang merupakan warisan dari para leluhur.
Gubernur menyatakan rasa syukurnya karena Provinsi Sulut dianugerahi Tuhan dengan ragam kekayaan seni budaya yang dimiliki oleh tiga etnis besar yang mendiami negeri ini, yaitu Minahasa, Nusa Utara dan Bolaang Mongondow yang merupakan warisan dari para leluhur.
Tapi sebelumnya Sulut memiliki empat
etnis
besar yang disebut Bohusami, sebelum Gorontalo menjadi Provinsi, namun
demikian pagelaran seni budaya gorontalo setiap tahun di laksanakan di manado
oleh Pemprov Gorontalo, ini pertanda kebersamaan kita dengan warga Gorontalo
tetap terpelihara dengan baik, jelas Sarundajang.
Sementara terkait dengan pelaksanaan upacara adat tulude menurut Sarundajang, selain bermakna spiritual keagamaan oleh warga nustar, tapi juga memberikan nilai edukasi dan wawasan bagi masyarakat sebagai upaya pelestarian nilai-nilai budaya daerah, yang disampaikan melalui doa dan ungkapan syukur kepada Tuhan.
dan bukan hanya milik dari masyarakat nustar saja, namun juga
menjadi milik masyarakat Sulut pada umumnya, sehingga perlu terus dilestarikan
secara bersama-sama sebagai suatu kekayaan dalam khasanah budaya daerah dan
bahkan budaya bangsa terutama dalam menghadapi derasnya arus modernisasi dan
globalisasi, ajak SHS sembari menyetujui usul dari Wagub Sulut, bahwa guna
menopang program pembangunan Pariwisata Sulut kiranya setiap tanggal 7 Pebruari
dijadikan iven tetap tahunan perayaan tulude tingkat Provinsi Sulut,
mendahului Perda, nanti akan saya buatkan Pergub agar tulude tingkat
provinsi bisa dilaksanakan setiap tahun, janji SHS.
Wagub menyebutkan, tulude 2015 mengusung Tema "Sengkanaung
Supegaghighile, Lumempang Sengkalempang, Melaging Pato Pebawiahe" yang
bermakna "Erat Bersatu, Berjalan dan Berkarya Bersama". Usai tulude dilanjutkan dengan pagelaran seni budaya nustar yang menampilkan tarian masamper,empat wayer, musik bambu, paduan suara Pniel Tuna, hadra serta tarian kabela dari Nyong dan Noni Sulut. Hadir pula Walikota ManadoVecky Lumentut, Wawali Harley Mangindaan selaku Wakil Ketua Umum Panpel yang telah menyampaikan ucapan terima kasih, Bupati Minut Sompie Singal, Wabup Julisa Baramuli SH selaku Ketua Umum Panpel yang telah menyampaikan ucapan selamat datang, Bupati Sitaro Toni Supit, Wabup Sangihe Jabes Ghagana, para pejabat teras serta rukun-rukun nustar.(***)