Iklan

March 7, 2015, 01:13 WIB
Last Updated 2015-03-07T09:14:08Z
Utama

Athoe : Jangan Bangun Panti Pijat di Pemukiman Warga

Pemerhati Lingkungan, Athoe Sasauw
Jurnal,Manado – Berjarak 70 meter dari pintu gerbang Balai Kota, ternyata sudah sekian tahun dijadikan lokasi transaksi seks. Bahkan pekerja seks komersial (PSK) yang saban hari nangkring 
disitu mengaku sudah 18 tahun menggeluti profesinya di tempat tersebut.

Pemerhati lingkungan, Athoe Sasauw, menyayangkan kondisi lokasi tersebut seperti terjadi pembiaran. Yang memiriskan lagi malah di seputar Jln. Balai Kota tepatnya di jalan Pinaesaan, justru sementara di bangun tempat pijat.

“Izin katanya sementara di urus di pemkot. Sayang sekali di lingkungan pemukiman akan di bangun tempat pijat pulus-plus,” kecam Athoe, Sabtu (7/03/2015).

Diceritakan oleh Athoe, di era tahun 80, Jl. Balai Kota I atau lebih dikenal dengan sebutan lorong pinaesaan telam menjadi tempat negatif kota manado. Dimana, diujung jalan timur, terdapat tempat yang berama Wisma Nusantara. Pusat esek-esek di manado dan terkenal hingga daerah lain.

“Hingga sekarang ini, warga sekitar masih merasakan dampak negatif. Kaum perempuan sering mendapat tindakan yang tidak senonoh dari pengendara atau siapa saja yang melintas di lorong tersebut karena dianggap penghuni wisma nusantara alasi wanita bispak,” beber Atoe.

Meski demikian, Lelaki yang juga konsultan arsitektur ini mengaku, jika dua dasawarsa terakhir lorong pinaesaan terasa tenang dan nyaris tanpa keributan selain pada saat mengalami banjir di awal 2014. Tapi ternyata ketenangan itu terusik ketika akan didirikan wisma pijat.
Untuk itu, Ia menyerukan kepada pemerintah kota manado agar tidak menghadirkan wisma pijat di lorong pinaesaan.

“Tolong dengar akang torang pe suara yang menyatakan tidak untuk pembangunan panti pijat di lorong pinaesaan,” tandasnya.(man)