
![]() |
Pemerhati Lingkungan, Athoe Sasauw |
Jurnal,Manado –
Berjarak 70 meter dari pintu gerbang Balai Kota, ternyata sudah sekian tahun
dijadikan lokasi transaksi seks. Bahkan pekerja seks komersial (PSK) yang saban
hari nangkring
disitu mengaku sudah 18 tahun menggeluti profesinya di tempat
tersebut.
Pemerhati lingkungan, Athoe Sasauw, menyayangkan kondisi
lokasi tersebut seperti terjadi pembiaran. Yang memiriskan lagi malah di
seputar Jln. Balai Kota tepatnya di jalan Pinaesaan, justru sementara di bangun
tempat pijat.
“Izin katanya sementara di urus di pemkot. Sayang sekali di
lingkungan pemukiman akan di bangun tempat pijat pulus-plus,” kecam Athoe,
Sabtu (7/03/2015).
Diceritakan oleh Athoe, di era tahun 80, Jl. Balai Kota I
atau lebih dikenal dengan sebutan lorong pinaesaan telam menjadi tempat negatif
kota manado. Dimana, diujung jalan timur, terdapat tempat yang berama Wisma
Nusantara. Pusat esek-esek di manado dan terkenal hingga daerah lain.
“Hingga sekarang ini, warga sekitar masih merasakan dampak
negatif. Kaum perempuan sering mendapat tindakan yang tidak senonoh dari
pengendara atau siapa saja yang melintas di lorong tersebut karena dianggap
penghuni wisma nusantara alasi wanita bispak,” beber Atoe.
Meski demikian, Lelaki yang juga konsultan arsitektur ini
mengaku, jika dua dasawarsa terakhir lorong pinaesaan terasa tenang dan nyaris
tanpa keributan selain pada saat mengalami banjir di awal 2014. Tapi ternyata
ketenangan itu terusik ketika akan didirikan wisma pijat.
Untuk itu, Ia menyerukan kepada pemerintah kota manado agar
tidak menghadirkan wisma pijat di lorong pinaesaan.
“Tolong dengar akang torang pe suara yang menyatakan tidak
untuk pembangunan panti pijat di lorong pinaesaan,” tandasnya.(man)