Jurnal,Manado- Demi mewujudkan adanya keamanan ditengah masyarakat Sulawesi
Utara (Sulut), terutama menghindari munculnya tindakan radikalisme
semacam Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Sulut, pengurus Forum
Peduli Nusantara (FPN) menggelar dialog publik, Selasa (31/3/15)
bertempat di Hotel Formosa Manado.
Kegiatan ini menghadirkan, KH Wahab
Abdul Gafur (Ketua MUI Sulut), Delmus Puneri Salim (Dosen IAIN Manado)
dan Kasdim 1309 Manado, Ikomang Suarsa sebagai narasumber.
Koordinator FPN Sulut, Amas Mahmud menuturkan bahwa kegiatan yang
dilakukan dengan tema ''Jangan Ada ISIS di Sulawesi Utara'' itu
bermaksud menangkal masuknya gerakan radikalisme seperti ISIS yang
mengusik persatuan dan kesatuan ditengah masyarakat.
''Perlu masyarakat Sulut diberikan pemahaman terkait dampak ISIS yang
membahayakan keutuhan NKRI, kita warga yang toleran dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kebersamaan di Sulut jangan dinodai dengan munculnya
gerakan ISIS. Sehingga itu kiranya kami FPN Sulut berinsiatif melakukan
dialog publik sekaligus mendeklarasikan bahwa Ormas, LSM dan aktivis
mahasiswa di Sulut menolak dengan tegas masuknya ISIS di daerah ini,''
ujar Amas yang juga alumnus FISPOL Unsrat Manado ini.
Sementara itu, Delmus Puneri Salim selaku pembicara pertama menyentil
tentang instrumen perluasan gerakan ISIS mengambil Media Sosial
(internet, Twitter, dan Facebook) sebagai sarana kampanye. Menurut
Delmus, warga Sulut tidak harus diusik dengan masuknya pemahaman yang
membawa dampak disintegrasi sosial.
Dengan demikian, tokoh agama, masyarakat dan pemerintah harus sama-sama membantu TNI, Polri dan para intelijen dalam mengantisipasi masuknya ISIS di Sulut. Bentuk sosialisasi menangkal ISIS bisa dilakukan lewat Khutbah Jumat atau ceraham di Masjid, kalau ini dilakukan saya kira semua kita akan aman,'' tegas pengajar IAIN Manado itu.
Dengan demikian, tokoh agama, masyarakat dan pemerintah harus sama-sama membantu TNI, Polri dan para intelijen dalam mengantisipasi masuknya ISIS di Sulut. Bentuk sosialisasi menangkal ISIS bisa dilakukan lewat Khutbah Jumat atau ceraham di Masjid, kalau ini dilakukan saya kira semua kita akan aman,'' tegas pengajar IAIN Manado itu.
Begitupun ditambahkan KH Wahab Abdul Gani yang menjelaskan kalau ISIS
ingin mendirikan negara Islam atau Khilafah al-Islamiyah. Konflik yang
terjadi di Timure Tengah juga membawa dampak global terhadap pergerakan
perekonomian Nasional, MUI telah mengambil langkah tegas mengeluarkan
fatwa apa yang dilakukan ISIS bukanlah jihad.
"Tentara Nasional Afganistan yang dibantu AS, belum mampu mengalahkan
tentara Muzahidin di Afganistan, ini juga peristiwa penting yang harus
kita telaah hingga bagaimana munculnya ISIS. Seperti itupun, organisasi
Islam juga dibenci ISIS dengan tuduhan kafir. Sementara dalam pandangan
Islam, misalkan dari MUI, diharamkan orang mengkafirkan. Ulama Indonesia
menyepakati bahwa mereka yang berjuang di jalan ISIS bukanlah mujahid,
bukan mati sahid tapi mati konyol,'' kata Abdul Gani.
Penegasan juga disampaikan Kasdim Ikomang Suarsa (Perwakilan Dandim 1309
Manado) yang menilai kinerja badan Intelijen makin berat dengan adanya
ISIS. Dia juga mengatakan konflik Poso menjadi bagian penting dalam
pergerakan ISIS yang harus diantisipasi di Sulut.
"Kerja intelijen
harus diperkuat. Poso itu merupakan luka lama, sehingga kegiatan bela
Negara juga perlu dilakukan secara massif. Iya memang, sasaran empuk
ISIS dalam proses perekrutan kader adalah pada anak-anak sekolah atau
generasi muda,'' tukas Kasdim.
Untuk diketahui, kegiatan ini dihadiri puluhan pimpinan Ormas, LSM,
jurnalis, dan aktivis mahasiswa. Terlihat Brigade Masjid, Brigade
Manguni Manado, HMI Cabang Manado, GMKI Cabang Manado, PMKRI Cabang
Manado, Senat mahasiswa, KAMMI Sulut dan sejumlah aktivis lainnya. (am3l)