
Jurnal,Manado - Di lolasi panas
bumi [pabum] Lahendong, Sulawesi Utara telah terjadi semburan uap air di
sekitar lokasi sumur produksi kluster LHD-24 di dusun Tondangow. Peristiwa
tersebut diawali dengan pemunculan uap pada berapa titik kecil pada akhir
November 2015, yang berlanjut dengan semburan, yang pada saat ini berjumlah 5
titik. Terhembus kabar bahwa peristiwa
tersebut adalah semburan lumpur panas “Lapindo” yang disertai gas beracun.
Berdasarkan pengamatan tim Pusat Penelitian Panas Bumi Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada dan kajian yang telah dilakukan oleh operator lapangan
panas bumi Lahendong (PT. Pertamina Geothermal Energi), peristiwa tersebut
adalah semburan uap air pabum.
Dari hasil pengamatan tim geologi
UGM pada tanggal 30 Desember 2015, lumpur yang terlontar pada titik-titik
semburan berupa tanah permukaan yang terlarutkan oleh uap air, dengan ciri
warna seperti tanah-tanah di daerah yang tidak mengalami semburan uap.
Berdasarkan analisis batuan bawah permukaan yang berasal dari sebagian besar
sumur-sumur pemboran panas bumi di Lahendong oleh ahli-ahli geologi Universitas
Gadjah Mada jauh sebelum semburan uap terjadi diketahui bahwa batuan reservoar
sistem panas bumi Lahendong berupa
batuan produk gunung api masa lampau yang bersifat solid. Berdasarkan
pemantauan kadar gas-gas di lokasi semburan oleh PT. PGE hingga saat keterangan
ini diturunkan tidak ditemukan gas-gas berbahaya baik dari segi jenis dan
kadarnya.
Peristiwa semburan uap ini,
seperti halnya dengan fenomena pemunculan mata air panas, dikategorikan sebagai
manifestasi panas bumi, atau tanda adanya potensi panas bumi bertemperatur
tinggi. Asal-usul manifestasi semburan ini perlu diselidiki dengan seksama
sehingga dapat ditentukan cara-cara penanganannya secara tepat sasaran. Ada dua
kemungkinan penyebab, yakni: 1) dinamika alamiah sistem panas bumi Lahendong,
atau 2) adanya kerusakan konstruksi sumur yang berada di dekat lokasi semburan.
Pada saat ini operator tengah berkonsentrasi meneliti kemungkinan penyebab yang
ke dua, dengan meneliti kondisi selubung sumur (casing). Bila ditemukan
kebocoran maka sumur yang bersangkutan akan di sumbat. Namun apabila ternyata
semburan merupakan bagian dari dinamika alamiah sistem panas bumi Lahendong
maka manusialah yang harus menyesuaikan diri, dengan mengatur kembali
penggunaan lahan dan aktivitasnya di daerah tersebut, seperti halnya yang harus
di lakukan di daerah-daerah berpotensi bahaya geologi yang lainnya.
Pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara telah membentuk tim pemantauan dan penanganan semburan uap di lapangan
panas bumi Lahendong yang dipimpin langsung oleh Gubernur Sulawesi Utara Dr.
Soni Sumarsono, di mana kondisi dan status penanganan terkini akan selalu
dilaporkan kepada masyarakat. Anggota dari unsur Pemerintah Daerah adalah Ir.
Marly Gumalag, M.Si. (Kepala Dinas ESDM Provinsi Sulut), Ir. Roy Mewoh (Kepala
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulut), Dr. Franky Manumpil (Kepala Biro Sumber
Daya Alam Sekretariat Daerah Provinsi Sulut), Berthy Mendur dan Feri Rende
(staf khusus Gubernur Sulut). Dari
operator lapangan adalah Ir. Salvius Patangke, DipGeothermTech (General Manager
PT. PGE AGH Lahendong), Ir. Ahmad Yani (Manager Teknik PT. PGE AGH Lahendong)
beserta staf lapangan. Dua orang ahli geologi dari Universitas Gadjah
Mada,yakni Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D. (ahli geologi panas bumi/Kepala Pusat
Penelitian Panas Bumi UGM) dan Dr. I Wayan Warmada, S.T. (ahli geologi bahan
galian) termasuk dalam tim ini. Gubernur Sulut beserta jajarannya telah
memeriksa lokasi pada tanggal 1 Januari 2016.
Kondisi penanganan terkini (4
Januari 2016) adalah bahwa sumur panas bumi LHD-24 tengah didinginkan untuk
memungkinkan investigasi kondisi selubung sumur. Zona pengamanan lokasi
semburan telah diperluas untuk kelancaran operasional dan pergerakan alat
berat, serta untuk keamanan pekerja dan pengunjung. Dinding-dinding pengaman
juga sedang dipasang. Lumpur disalurkan
ke kolam penampung (balong). Bronjong ijuk sudah mulai dipasang untuk menyaring
lumpur yang melimpas secara alamiah dari titik semburan ke sungai terdekat.
Selama ini panas bumi telah
memasok hampir 40% kebutuhan listrik di Sulawesi Utara. Kesuksesan penanganan
semburan uap akan sangat berarti bagi ketahanan energi di wilayah ini.
Kerjasama yang baik dari seluruh pemangku kepentingan panas bumi Pemerintah,
operator lapangan, masyarakat, dan akademisi) merupakan kunci penting. Terkait
dengan peristiwa ini masyarakat dihimbau untuk tetap waspada namun tenang
sambil turut membantu memantau situasi di lapangan, dan selalu berkoordinasi
dengan aparat yang berwenang dalam melakukan aktivitasnya, sehingga pihak-pihak
yang ditugaskan melakukan penanganan di lapangan dapat berkonsentasi bekerja.(adv)