
Jurnal,Manado - Sehari pasca dilanda pemadaman
listrik besar-besaran di Kota Manado, Penjabat (Pj) Walikota Manado, Ir. Royke
O. Roring, Senin (18/01) pagi tadi, melaksanakan kunjungan marathon, mendatangi
kantor wilayah PLN Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo (Suluttenggo) serta
mendatangi Kantor PT Air Manado di Pall 2.
Di
Kantor PT PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo, Roring diterima langsung oleh
General Manager (GM) PT PLN Wilayah, Ir. Baringin Nababan. Meski sudah membaca
rilis resmi yang dikeluarkan oleh PLN Wilayah terkait black out yang terjadi
akhir pekan lalu, kedatangan orang nomor satu di Manado ini bermaksud
meneruskan keluhan masyarakat terkait sering padamnya listrik di Manado serta
mendengarkan langsung berbagai upaya strategis dalam menghadapi krisis listrik
termasuk rencana beroperasinya kapal pembangkit tenaga listrik di Amurang.
Roring
yang juga menjabat sebagai Kepala Bappeda Sulut ini juga berharap agar PLN
Wilayah Suluttenggo bisa secepat mungkin memberikan penjelasan bila terdapat
gangguan-gangguan teknis agar masyarakat tidak mengira-ngira, tapi bisa tahu
persis duduk persoalan yang dihadapi PLN.
Usai
bertemu petinggi PLN, Penjabat Walikota Manado menyambangi Kantor PT Air Manado
di bilangan Paldua. Kedatangan Ketua Forum Komunikasi Pria Kaum Bapa PGI ini
disambut Direktur Utama PT Air Manado, Ir. Otniel Kojansow.
Dalam laporan dan presentasinya
di hadapan Pj Walikota, Kojansow mengemukakan berbagai kendala yang dialami
oleh PT Air Manado sebagai bentukan WMD dan PDAM Manado, target-target yang
ditetapkan dalam melayani kebutuhan air bersih, serta harapan terhadap support
Pemerintah Kota kepada eksistensi PDAM Manado.
Sementara itu, Roring menjelaskan
tujuan utama kedatangannya ke PT Air Manado adalah untuk memastikan efek
pemadaman listrik terhadap layanan air bersih. Selain itu, dalam pertemuan
tersebut juga terungkap bahwa layanan PT Air Manado kepada para pelanggan
dilakukan melalui 7 (tujuh) instalasi, 3 instalasi di antaranya menggunakan
layanan gravitasi yang dapat melayani 20-30 persen pelanggan, sementara 4
instalasi lainnya yang melayani sekitar 70 – 80 persen pelanggan digerakkan
oleh tenaga listrik.
"Nah,
jika listrik padam, gangguan terhadap layanan PT Air kepada para pelanggan
sangat berpengaruh karena seluruh genset yang dioperasikan bermasalah akibat
banjir bandang 15 Januari 2014 lalu, dan layanannya mati total, meski sudah
berusaha diperbaiki," aku Kojansow.
Kojansow
sendiri mengakui jika PT Air Manado masuk dalam klasifikasi tidak sehat dan
perlu pembenahan serius baik dari sisi cash flow, layanan pembayaran rekening,
dukungan peralatan, dan teknologi yang digunakan. Pembiayaan operasional yang
mencapai 3 Milyar per bulan diperkirakan hanya bisa melayani kebutuhan
operasional saja.(lipsus)