
Jurnal Manado - Dengan 11.744 kematian hingga hari Sabtu
(4/4), Spanyol berada di urutan kedua setelah Italia, menjadi negara dengan
korban terbanyak akibat Covid-19. Jumlah infeksi terus berlipat dengan total
124.736.
Di tengah kekhawatiran wabah virus corona yang terus memakan
korban, ada cerita sebuah kota kecil di kawasan Andalusia yang sukses melakukan
lockdown. Hingga kini, belum ada satupun warga kota Zahara de la Sierra yang
terjangkit penyakit itu.
Sebuah langkah cepat dan drastis dilakukan Wali kota,
Santiago Galvan yang berusia 40 tahun. Dia memutuskan langsung menutup akses
lima pintu masuk ke kota itu pada 14 Maret lalu ketika pemerintah Spanyol
menyatakan keadaan bahaya mulai berlaku. Satu dari lima pintu masih bisa
diakses untuk keadaan darurat.
Setelah dua pekan lockdown dan jumlah infeksi di seluruh
Spanyol telah mencapai seratus ribu lebih, di Zahara, tidak ada satu pun kasus
Covid-19 yang tercatat di antara 1.400 penduduknya. Sementara kota dan desa di
sekitarnya telah tercatat konfirmasi infeksi dan beberapa kematian akibat virus
corona.
"Sudah lebih dari dua minggu, dan saya pikir itu
pertanda baik," kata Galvan kepada CNN.
Langkah drastis sang wali kota memang mendapat dukungan
penuh dari seluruh penduduk, terutama para warga senior. Hampir seperempat dari
penduduk Zahara berusia lebih dari 65 tahun; ada lebih dari 30 orang yang
tinggal di panti jompo.
Rumah-rumah berwarna putih dan jalan-jalan sempit menempel
di lereng bukit yang curam, dengan pemandangan benteng-benteng abad pertengahan
dan turun menuju reservoir dan kebun zaitun.
Kota ini berjarak satu jam dari Sevilla dan menjadi
destinasi populer bagi pengunjung dari seluruh dunia. Galvan menuturkan, saat
lockdown diberlakukan, beberapa hari pertama mereka harus menolak kedatangan
wisatawan dari Prancis dan Jerman.
Satu-satunya akses keluar masuk kota, hanya dijaga oleh
seorang polisi. Kendaraan yang melintas akan diperiksa dan disemprot
disinfektan oleh dua pria yang mengenakan pakaian pelindung.
"Tidak ada mobil yang melewati pos pemeriksaan yang
tidak didisinfeksi," kata Galvan.
Galvan mengakui, tindakan itu memang tidak memberikan
jaminan bebas virus. "Kami telah berhasil memberikan ketenangan kepada
tetangga kami. Mereka tahu tidak ada orang yang tidak dikenal bisa masuk."
Tindakan pencegahan sanitasi serupa telah diperkenalkan di
dalam Zahara. "Setiap Senin dan Kamis pukul 5.30 malam, sekelompok sekitar
10 orang keluar di jalan-jalan untuk mendisinfeksi kota, semua jalan, plaza,
dan di luar rumah," kata Galvan.
Salah satunya adalah petani setempat Antonio Atienza, yang
traktornya digunakan untuk kendaraan penyemprotan disinfektan di jalanan.
Bagi warga yang ingin berbelanja bahan makanan, sebuah toko
grosir menyediakan dua orang pelayan untuk melakukan pengiriman barang belanja
dan obat-obatan untuk mengurangi jumlah orang di jalanan, terutama mereka yang
paling rentan terkena virus. Mereka melayani pemesanan 11 jam sehari.
Salah satu dari mereka, Auxi Rascon yang berusia 48 tahun,
mengatakan tanggapan dari warga lain sangat luar biasa. "Mereka sangat
bahagia, karena mereka tidak perlu keluar, mereka merasa dilindungi dan merasa
percaya diri," katanya.
Rascon juga bangga dengan respons cepat kota itu.
"Mereka mengambil langkah yang tepat pada saat yang tepat, dan sekarang
kami melihat hasilnya," katanya kepada CNN.
Selain mengatur layanan pengiriman, asosiasi wanita
Zaharilla menjaga para lansia yang tidak bisa memasak untuk diri mereka sendiri
(dengan meninggalkan makanan di pintu depan mereka) dan mengatur perbaikan
dasar untuk mereka.
Sebuah halaman Facebook juga dibuat untuk warga lansia telah
memulai upaya untuk menerbitkan foto-foto lama mereka secara online. Luisa Ruiz
Luna, yang memulai prakarsa ini, mengatakan bahwa program ini merupakan
"cara yang baik bagi Zaharenos yang tinggal di luar negeri untuk berinteraksi
dengan kami, selain dari melatih ingatannya."
Kota ini juga dilengkapi dua mobil dengan musik dan lampu,
"sehingga anak-anak dapat datang ke balkon mereka dan menikmatinya,"
kata Galvan.(merdeka/jmc)