Iklan

September 22, 2025, 14:50 WIB
Last Updated 2025-09-22T21:50:23Z
OlahragaUtama

Liem Swie King Beber Kelemahan Atlit Bulutangkis Indonesia Yang Terus Merosot


Jurnal Sport - Salah satu cabang olahraga di Indonesia yang ditakuti dunia yaitu bulutangkis. Indonesia dulunya sebagai salah satu raksasa bulutangkis namun sayangnya seiring waktu, dominasi yang dulu begitu kuat kini makin menipis.

Salah satu Legenda bulutangkis Tanah Air, Liem Swie King, menilai ada faktor penting yang membuat prestasi Indonesia belum kembali ke masa kejayaan, yakni kualitas latihan.


Liem Swie King menyoroti soal pola latihan pebulutangkis Indonesia. Dia menilai latihan yang dijalani saat ini belum cukup keras jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya

"Latihannya kurang keras. Kalau ngomong itu kan, itu alasan yang saya pelan-pelan. Mungkin kurang keras latihannya," ujar Liem Swie King di sela-sela final Polytron Superliga Junior 2025 di GOR Djarum Kudus pada Minggu (21/9/2025).


"Saya sekarang dengar kalau rubber gim, pemain Djarum atau pemain nasional kita banyak habis fisiknya. Itu artinya kurang keras latihannya," kata Liem Swie King.

Legenda bulu tangkis Indonesia Liem Swie King mengaku heran dengan performa wakil tunggal putra Merah Putih di Olimpiade Paris 2024. Hal ini dia sampaikan saat diwawancarai awak media di sela-sela Audisi Umum PB Djarum 2024 di GOR Djarum, Jati, Kudus pada Kamis (12/9/2024)



Menurutnya, latihan yang kurang intens berdampak pada fisik pemain ketika menjalani pertandingan panjang. Kondisi tersebut membuat banyak pemain kehabisan tenaga saat memasuki laga penentuan.


Selain itu, pria yang dikenal dengan jumping smash khasnya tersebut membandingkan pembinaan bulutangkis era 1970 hingga 1980-an dengan situasi saat ini. Menurutnya, dahulu program latihan fisik lebih keras sehingga membentuk daya tahan dan kekuatan pemain.


"Kalau dari fisik dulu lebih intens, lebih keras. Kalau dari teknik masing-masing pemain bisa belajar. Dengan adanya banyak turnamen itu, ikut turnamen bukan cuma ikut saja, sebetulnya dia belajar," ucapnya.


"Belajar dan pelatihnya juga menganalisis kalau sampai kalah. 'Kamu kalahnya bagaimana?' Bukan cuma ikut kalah ya sudah," tutur Liem Swie King.

Liem Swie King juga mengingat masa pelatnas saat masih aktif bermain. Saat itu, pelatnas bahkan tidak memiliki banyak pelatih. Namun, kondisi tersebut justru dimanfaatkan dengan baik para pemain.


"Seperti dulu saya waktu pelatnas, masa itu tidak ada pelatihnya. Itu yang saya ambil hikmahnya, bisa sparing dengan atlet-atlet top Indonesia waktu itu," ungkapnya.


"Itu yang saya manfaatkan. Saya harapkan juga pemain yang muda-muda juga begitu," terang peraih tiga gelar All-England itu.

Liem Swie King membeberkan contoh program latihan keras yang ia jalani pada masa lalu. Latihan tersebut, menurutnya, kini sudah jarang dilakukan oleh para pemain muda.


"Dulu saya seminggu sekali lari 25km. Lari seminggu sekali. Itu sekarang mana ada mereka. Terus dites 12 menit, berapa putar stadion? Itu coba, saya yakin yang sekarang tidak ada yang bisa sampai delapan putaran, delapan setengah putaran," ucapnya.


"Itu ukuran yang bisa kita catat. Dulu delapan setengah putaran, delapan putaran. Sekarang saya rasa tidak ada yang bisa segitu. Artinya kurang banyak latihannya, kurang keras," imbuh Liem Swie King.

(*)