Iklan

January 4, 2016, 21:04 WIB
Last Updated 2021-01-21T11:51:27Z
Lipsus

Gubernur Pimpin Tim Pemantau Semburan Uap Panas

Jurnal,Manado - Di lolasi panas bumi Lahendong, Sulawesi Utara telah terjadi semburan uap air di sekitar lokasi sumur produksi kluster LHD-24 di dusun Tondangow. Peristiwa tersebut diawali dengan pemunculan uap pada berapa titik kecil pada akhir November 2015, yang berlanjut dengan semburan, yang pada saat ini berjumlah 5 titik.  Terhembus kabar bahwa peristiwa tersebut adalah semburan lumpur panas “Lapindo” yang disertai gas beracun. Berdasarkan pengamatan tim Pusat Penelitian Panas Bumi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dan kajian yang telah dilakukan oleh operator lapangan panas bumi Lahendong (PT. Pertamina Geothermal Energi), peristiwa tersebut adalah semburan uap air pabum.
Dari hasil pengamatan tim geologi UGM pada tanggal 30 Desember 2015, lumpur yang terlontar pada titik-titik semburan berupa tanah permukaan yang terlarutkan oleh uap air, dengan ciri warna seperti tanah-tanah di daerah yang tidak mengalami semburan uap. Berdasarkan analisis batuan bawah permukaan yang berasal dari sebagian besar sumur-sumur pemboran panas bumi di Lahendong oleh ahli-ahli geologi Universitas Gadjah Mada jauh sebelum semburan uap terjadi diketahui bahwa batuan reservoar sistem panas bumi Lahendong  berupa batuan produk gunung api masa lampau yang bersifat solid. Berdasarkan pemantauan kadar gas-gas di lokasi semburan oleh PT. PGE hingga saat keterangan ini diturunkan tidak ditemukan gas-gas berbahaya baik dari segi jenis dan kadarnya.

Peristiwa semburan uap ini, seperti halnya dengan fenomena pemunculan matair panas, dikategorikan sebagai manifestasi panas bumi, atau tanda adanya potensi panas bumi bertemperatur tinggi. Asal-usul manifestasi semburan ini perlu diselidiki dengan seksama sehingga dapat ditentukan cara-cara penanganannya secara tepat sasaran. Ada dua kemungkinan penyebab, yakni: 1) dinamika alamiah sistem panas bumi Lahendong, atau 2) adanya kerusakan konstruksi sumur yang berada di dekat lokasi semburan. Pada saat ini operator tengah berkonsentrasi meneliti kemungkinan penyebab yang ke dua, dengan meneliti kondisi selubung sumur (casing). Bila ditemukan kebocoran maka sumur yang bersangkutan akan di sumbat. Namun apabila ternyata semburan merupakan bagian dari dinamika alamiah sistem panas bumi Lahendong maka manusialah yang harus menyesuaikan diri, dengan mengatur kembali penggunaan lahan dan aktivitasnya di daerah tersebut, seperti halnya yang harus di lakukan di daerah-daerah berpotensi bahaya geologi yang lainnya.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah membentuk tim pemantauan dan penanganan semburan uap di lapangan panas bumi Lahendong yang dipimpin langsung oleh Gubernur Sulawesi Utara Dr. Soni Sumarsono, di mana kondisi dan status penanganan terkini akan selalu dilaporkan kepada masyarakat. Anggota dari unsur Pemerintah Daerah adalah Ir. Marly Gumalag, M.Si. (Kepala Dinas ESDM Provinsi Sulut), Ir. Roy Mewoh (Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulut), Dr. Franky Manumpil (Kepala Biro Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Provinsi Sulut), Berthy Mendur dan Feri Rende (staf khusus  Gubernur Sulut). Dari operator lapangan adalah Ir. Salvius Patangke, DipGeothermTech (General Manager PT. PGE AGH Lahendong), Ir. Ahmad Yani (Manager Teknik PT. PGE AGH Lahendong) beserta staf lapangan. Dua orang ahli geologi dari Universitas Gadjah Mada,yakni Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D. (ahli geologi panas bumi/Kepala Pusat Penelitian Panas Bumi UGM) dan Dr. I Wayan Warmada, S.T. (ahli geologi bahan galian) termasuk dalam tim ini. Gubernur Sulut beserta jajarannya telah memeriksa lokasi pada tanggal 1 Januari 2016.

Berdasarkan pentauan langsung sejumlah Wartawan Pos Pemprov Sulut bersama Kepala Biro SDA Setda Provinsi Sulut DR Frangky Manumpil, Spi Selasa siang (5/1) kemarin, kondisi lapangan lokasi semburan tidak membahayakan masyarakat sekitar, pihak Pertamina juga telah membersihkan tanah yang tercampur dengan uap air yang keluar dari dalam tanah aliran semburan uap panas tidak dialirkan ke sungai namun telah dialirkan kedalam kolam penampungan milik perusahaan.
Menurut penjelasan Humas PGE Bagus Dimas Wibisono terkait kejadian ini bahwa pihak pertamina sejak tanggal 31 Desember 2015 lalu hingga saat telah melakukan penanganan dan investigasi. “Pihak pertamina telah memeriksa hingga zona reservoir, apabila memang cashing bor  bermasalah tidak mungkin mencapai kedalaman (1600 meter) pengecekan dalam waktu 3 hari,” ujarnya. Namun pihaknya akan terus mencari penyebabnya kenapa sumur ini bisa membias sehingga mengeluarkan uap air di beberapa titik sekitar sumur.
Factor lain keluarnya uap air karena meletusnya gunung soputan kemarin mungkin juga berdampak pada semburan sumur di Tondangow, akibat pengaruh kerak bumi yang bergeser.(adv)