
MESIR-Air sungai yang mengalir ke Mesir berasal dari Sungai Nil Biru di Ethiopia.
Ethiopia mempertahankan rencana untuk menbangun bendungan di Sungai Nil, menjelang pertemuan regional tentang penggunaan air sungai di Sudan.
Pertemuan tentang penggunaan air Sungai Nil ini akan dilangsungkan di ibukota Sudan Selatan, Juba, Kamis (20/06).
Minggu lalu, Ethiophia membuat marah pemerintah Mesir dengan meratifikasi penggunaan air Sungai Nil dan mengabaikan perjanjian abad ke-19 tentang penggunaan air sungai itu.
Dalam wawancara dengan BBC, Duta Besar Ethiopia untuk Inggris, Berhanu Kebede mengatakan negara itu tidak ambil bagian dalam perjanjian awal pembagian air sungai.
Namun ia mengatakan pembangunan bendungan baru akan membantu mengembangkan pembangkit listrik untuk Ethiopia dan negara-negara tetangga.
Kebede mengatakan para pakar menyimpulkan pembangunan gedung itu tidak akan membahayakan negara-negara di hilir termasuk Mesir.
"Bendungan ini dibangun untuk menghasilkan pembangkit tenaga air bagi Ethiopia dan negara-negara tetangga. Pembangunan ini bahkan dapat membuka babak baru dalam sejarah hubungan negara-negara di sepanjang sungai," kata Berhanu Kebede.
Bendungan senilai US$4,2 miliar itu akan menjadi proyek pembangkit tenaga air terbesar di Afrika dan dijadwalkan akan selesai tahun 2017.
Sekitar 86% air Sungai Nil yang mengalir ke Mesir berasal dari Sungai Nil Biru dari Ethiopia.
Sungai Nil Biru bergabung dengan Sungai Nil Putih di ibukota Sudan, Khartoum dan membentuk Sungai Nil yang mengalir ke Mesir.
Kairo mengatakan khawatir atas pembangunan bendungan itu.
Sungai Nil melintas di sepanjang 6.695 kilometer melewat 11 negara mulai dari Rwanda dan Burundi ke kawasan Laut Tengah.(dtc)
Ethiopia mempertahankan rencana untuk menbangun bendungan di Sungai Nil, menjelang pertemuan regional tentang penggunaan air sungai di Sudan.
Pertemuan tentang penggunaan air Sungai Nil ini akan dilangsungkan di ibukota Sudan Selatan, Juba, Kamis (20/06).
Minggu lalu, Ethiophia membuat marah pemerintah Mesir dengan meratifikasi penggunaan air Sungai Nil dan mengabaikan perjanjian abad ke-19 tentang penggunaan air sungai itu.
Dalam wawancara dengan BBC, Duta Besar Ethiopia untuk Inggris, Berhanu Kebede mengatakan negara itu tidak ambil bagian dalam perjanjian awal pembagian air sungai.
Namun ia mengatakan pembangunan bendungan baru akan membantu mengembangkan pembangkit listrik untuk Ethiopia dan negara-negara tetangga.
Kebede mengatakan para pakar menyimpulkan pembangunan gedung itu tidak akan membahayakan negara-negara di hilir termasuk Mesir.
Mesir khawatir
"Bendungan ini dibangun untuk menghasilkan pembangkit tenaga air bagi Ethiopia dan negara-negara tetangga. Pembangunan ini bahkan dapat membuka babak baru dalam sejarah hubungan negara-negara di sepanjang sungai," kata Berhanu Kebede.
Bendungan senilai US$4,2 miliar itu akan menjadi proyek pembangkit tenaga air terbesar di Afrika dan dijadwalkan akan selesai tahun 2017.
Sekitar 86% air Sungai Nil yang mengalir ke Mesir berasal dari Sungai Nil Biru dari Ethiopia.
Sungai Nil Biru bergabung dengan Sungai Nil Putih di ibukota Sudan, Khartoum dan membentuk Sungai Nil yang mengalir ke Mesir.
Kairo mengatakan khawatir atas pembangunan bendungan itu.
Sungai Nil melintas di sepanjang 6.695 kilometer melewat 11 negara mulai dari Rwanda dan Burundi ke kawasan Laut Tengah.(dtc)