Iklan

July 13, 2013, 07:32 WIB
Last Updated 2013-07-14T16:59:37Z
Utama

Isak Tangis Warnai Kepergian Rico, 55 Miliar Tak cukup

Samosir - Hendra Rico Naibaho (25), sipir yang tewas terpanggang akibat kerusuhan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Tanjung Gusta Medan, dimakamkan di kampung halamannya di Huta Parik Kelurahan Siogungogung, Kabupaten Samosir Sumatera Utara. Rico dimakamkan Sabtu sore pukul 15.00 WIB.

Pemakaman Rico diiringi isak tangis seluruh keluarga terutama kedua orangtuanya Tamba Naibaho (53) dan Hepi Sinurat (50). Kesedihan mendalam juga dirasakan ke enam adiknya yang berteriak histeris seakan tak rela ditinggal sang kakak.

Di depan peti jenazah, ibu korban tak henti-hentinya menyebut dan memanggil-manggil namanya.

"Anakku, aku pikir bisa kucium kau di rumah sakit itu, anakku, jawab dulu pertanyaanku," ratap Hepi Sinurat berulang kali.

Pemakaman ramai dihadiri warga dan rekan kerja korban. Selain itu, teman masa kecil dan teman satu gerejanya di GKPS Pangururan juga hadir dan larut dalam kesedihan.

Melihat rekan kerja dan rekan gerejanya, ibu korban kembali menangis sembari mengelus-elus peti jenazah anaknya.

"Anakku, jawab dulu kedatangan temanmu ini, jawab dulu nak," teriak ibu korban.

Sebelum dimakamkan, jenazah Rico disemayamkan di rumah korban yang berbentuk rumah adat batak. Rumah itu dihiasi foto-foto korban semasa hidup.

Horas Sitanggang, tetangga korban mengaku semasa kecil korban merupakan remaja yang baik. Rico merupakan anak pertama dan menjadi tulang punggung bagi keluarga.

"Semasa kecil hingga remaja dia kita kenal anak yang baik. Dia bisa menjadi contoh buat adik adiknya," ujar Horas Sitanggang.

Sementara akibat Kerusuhan yang berujung pembakaran fasilitas di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas I Medan di Tanjung Gusta, Medan, menyebabkan kerusakan yang besar. Perhitungan sementara kerugian yang timbul mencapai Rp 55 miliar.

Kepala LP Kelas I Medan, Muji Raharjo menyatakan, pendataan dan penghitungan akibat kerusakan itu masih dalam perhitungan. Petugas masih mendata untuk mengetahui peralatan dan fasilitas apa saja yang rusak. Namun sudah ada gambaran awal tentang nilai kerusakan.

“Diperkirakan sekitar 55 miliar rupiah,” kata Muji Raharjo kepada wartawan di LP Tanjung Gusta, Jalan Pemasyarakatan, Medan, Sabtu (13/7/2013).

Besarnya nilai kerugian itu karena banyaknya fasilitas yang rusak. Ruangan perkantoran di bagian depan komplek LP musnah dibakar para napi. Tidak ada peralatan yang dapat diselamatkan.

“Semuanya habis,” kata Muji.

Kerusuhan yang berujung pembakaran LP Tanjung Gusta terjadi pada Kamis (11/7) sore. Lima orang meninggal dunia dalam kejadian ini, dan sejumlah napi melarikan diri.(dtc)