Iklan

April 18, 2014, 01:54 WIB
Last Updated 2014-04-18T08:54:03Z
Utama

Nurul Siswi SMA Negeri 3 Rela Jual Ginjal Untuk Biaya Sakit Keluarganya

Nurul berseragam sekolah bersama keluarga
Jurnal,Jakarta-Nurul Faridatul Hasanah (18), siswi SMA Negeri 3 Surabaya, Jawa Timur rela menjual ginjalnya kepada siapa saja yang ingin membelinya karena tak tahan melihat penderitaan keluarganya. Kenekatan ABG warga Bulak Banteng, Kelurahan Bandar Rejo ini demi membiayai pengobatan ayah, ibu dan adiknya yang tengah sakit.

Ayah Nurul, yaitu Didik Sutanto menderita strok, sedang ibunya, Nur Hayati bersarang kanker rahim. Dan lengkap sudah deritanya, tatkala adiknya, Ayu yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) mengerang kesakitan karena kanker getah bening.

Dia mengaku, harus minta tolong kepada siapa demi untuk mengobati orang-orang yang dicintainya. Tanpa berfikir panjang, Nurul-pun nekat hendak menjual ginjalnya kepada siapa pun yang bersedia membelinya.

Keinginan Nurul itu, sempat disampaikan kepada teman-teman sebayanya di sekolah. Meski disarankan agar tidak menjual ginjal, Nurul tetap ngotot demi membiayai pengobatan keluarganya.

"Saya sudah tak tega melihat penderitaan kedua orang tua saya. Apalagi jika melihat adik saya. Tiap hari rasanya ingin nangis terus," ucap Nurul perih saat ditemui di rumahnya.

Ditanya ingin dijual berapa ginjalnya? Dengan polos dia menjawab Rp 70 juta. Bahkan, dia mengaku, seminggu lalu ada orang yang tertarik dan menemuinya untuk membeli ginjalnya. Namun orang tersebut menawar terlalu murah dan transaksipun batal.

Nurul tetap berupaya mencari pembeli lainnya. Tentu dengan harga yang sesuai. Meski sempat tidak memberitahukan niatnya itu kepada orang tuanya, kenekatan Nurul-pun akhirnya diketahui kedua orang tuanya.

Baik sang ayah maupun ibunya, melarang ide konyol Nurul. Namun, keinginannya tidak bisa diganggu gugat, Nurul tetap ngotot menjual ginjalnya. Orang tuanya-pun tak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi sakit yang dideritanya.

Asa agar kedua orang tua dan adiknya segera sembuh terus membayangi. Sementara gaji ayahnya yang hanya guru SMP yang kini sudah tidak bisa mengajar, habis untuk biaya makan dan pengobatan.

Selain itu, mereka juga terjerat utang kepada rentenir, yang terus berbunga untuk biaya pengobatan. "Saya dan bapak sudah tak bisa melarang lagi keinginan Nurul. Kami sudah tak punya apa apa lagi, juga tabungan. Kami sudah banyak berhutang untuk biaya pengobatan kami sebelumnya," kata sang ibu meratap.

Nur Hayati juga berharap, kalau keluarganya sudah tidak perlu lagi menambah beban utang yang belum juga terbayar. "Apalagi harus meminta bantuan orang lain. Kami takut dan sungkan. Kami tak tahu harus mengeluh ke siapa. Saat ini, hanya kepada Tuhan kami meminta kesembuhan penyakit kami bertiga," ratap dia lagi sembari mengelus kepala Nurul.

Sementara itu, kabar kenekatan Nurul inipun, sampai di telinga Pemkot Surabaya. Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, M Ihsan dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rahmanita-pun akhirnya datang ke rumah keluarga Nurul.

Kedatangan dua pejabat Pemkot Surabaya ini, untuk meninjau langsung kondisi kedua orang tua dan adik Nurul. Begitu mengetahui kondisinya secara langsung, baik Ihsan maupun Febria sepakat membawa ketiganya ke rumah sakit milik Pemkot Surabaya, yaitu RSUD dr Suwandi.

Mereka dibawa ke rumah sakit menggunakan mobil dinas Pemkot Surabaya. "Ini langkah awal yang kami tempuh untuk menolong keluarga Nurul. Agar kondisinya tidak semakin parah. Sesampainya di rumah sakit nanti, akan diperiksa lagi terkait penyakitnya masing-masing," papar Febria.

Dia juga memastikan, semua biaya perawatan dan pengobatan akan ditanggung oleh pihak Pemkot Surabaya. "Karena keluarga Nurul ini tergolong keluarga tidak mampu, jadi semua beban pengobatannya ditanggung oleh pihak Pemkot Surabaya," janji dia.

Sementara itu, M Ihsan meminta kepada Nurul agar mengurungkan niatnya untuk menjual ginjal. Sebab, kata dia kepada Nurul, selama Pemkot Surabaya bisa menangani penyakit kedua orang tua dan adiknya, Nurul tidak perlu khawatir soal biaya pengobatannya. "Karena sudah ditangani Pemkot Surabaya, kita meminta dan berharap kepada Nurul untuk segera mengurungkan niatnya itu," tandas dia.(mdk)