Jurnal,
Amerika- Kala itu memasuki awal musim panas. Puluhan tim elite Amerika Serikat
bergerak di keremangan malam, di sebuah sudut Suriah. Mereka tengah
melaksanakan misi sangat rahasia.
Pasukan ini harus menyerbu sebuah markas kelompok militan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) untuk menyelamatkan seorang wartawan bernama James Foley dan beberapa warga Amerika lainnya. Ini bukan film. Ini nyata.
Pasukan ini harus menyerbu sebuah markas kelompok militan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) untuk menyelamatkan seorang wartawan bernama James Foley dan beberapa warga Amerika lainnya. Ini bukan film. Ini nyata.
Salah
langkah sedikit saja, nyawa para sandera akan melayang dengan cara mengenaskan.
Kelompok yang ingin mendirikan Negara Islam di Irak dan Suriah itu sudah
dikenal kejam dan keji.
Operasi penyerbuan itu disokong puluhan pasukan operasi khusus dari berbagai kekuatan militer negara adidaya itu, termasuk 160th special operations aviation regiment. Dikutip dari laman The Guardian edisi 21 Agustus 2014, misi ini juga dikawal helikopter dan pesawat super canggih.
Berbekal informasi yang didapat, pasukan itu yakin Foley dan korban penculikan lainnya ada di lokasi yang mereka tuju. Pada akhirnya, operasi itupun berujung baku tembak.
Operasi penyerbuan itu disokong puluhan pasukan operasi khusus dari berbagai kekuatan militer negara adidaya itu, termasuk 160th special operations aviation regiment. Dikutip dari laman The Guardian edisi 21 Agustus 2014, misi ini juga dikawal helikopter dan pesawat super canggih.
Berbekal informasi yang didapat, pasukan itu yakin Foley dan korban penculikan lainnya ada di lokasi yang mereka tuju. Pada akhirnya, operasi itupun berujung baku tembak.
Namun,
setelah berhasil menembak mati beberapa anggota ISIS, pasukan militer piihan AS
itu harus menerima kenyataan pahit. Wartawan berusia 40 tahun itu dan sandera
lainnya tak ada di sana. Entah di mana mereka berada.
Pentagon
baru mengungkapkan perihal misi penyelamatan yang gagal itu, sehari setelah video
eksekusi biadab terhadap Foley dirilis ISIS di dunia maya, Selasa 19
Agustus lalu. Dalam video itu, seorang anggota ISIS yang mengenakan pakaian
serba hitam dan bertutup kepala, mengeksekusi Foley dengan pisau.
Tak ingin operasi itu disebut sebagai misi gagal, salah satu pejabat Pentagon Laksamana John Kirby mengatakan, "Para sandera tidak muncul di lokasi yang ditargetkan."
Berapa jumlah warga AS yang disandera ISIS tak jelas betul. Namun, setidaknya ada satu wartawan Amerika lainnya yang diketahui masih ada di tangan ISIS, yakni Steven Sotloff.
Tak ingin operasi itu disebut sebagai misi gagal, salah satu pejabat Pentagon Laksamana John Kirby mengatakan, "Para sandera tidak muncul di lokasi yang ditargetkan."
Berapa jumlah warga AS yang disandera ISIS tak jelas betul. Namun, setidaknya ada satu wartawan Amerika lainnya yang diketahui masih ada di tangan ISIS, yakni Steven Sotloff.
Ancam sandera lain
Pengungkapan
misi penyelamatan yang gagal di awal musim panas itu justru dikhawatirkan malah
akan mengancam nyawa Sotloff. Sebab, ISIS sebelumnya mengancam akan membunuh
lagi sandera lain jika AS tak juga angkat kaki dari Irak.
Menanggapi nasib Sotloff, Kirby mengatakan, "Amerika Serikat tidak akan menoleransi penculikan warga ini. Kami juga akan menangkap para penculik."
Penasihat bidang kontraterorisme Gedung Putih, Lisa Monaco, menambahkan, "Pikiran dan doa kami bersama dengan keluarga para sandera yang tersisa dan orang yang mereka cintai selama masa sulit ini."
Menanggapi nasib Sotloff, Kirby mengatakan, "Amerika Serikat tidak akan menoleransi penculikan warga ini. Kami juga akan menangkap para penculik."
Penasihat bidang kontraterorisme Gedung Putih, Lisa Monaco, menambahkan, "Pikiran dan doa kami bersama dengan keluarga para sandera yang tersisa dan orang yang mereka cintai selama masa sulit ini."
Veteran
intelijen Angkatan Laut, Robert Caruso, mengatakan ISIS sama seperti organisasi
militan lainnya. "Mereka berbohong mengenai posisi mereka, dan di mana
posisi mereka dua jam berikutnya. Mereka tidak akan membicarakan masalah ini
lewat telepon," kata Caruso.
Dia juga mempertanyakan kebijakan AS yang malah mengungkapkan operasi penyerbuan di Suriah itu. "Ini membahayakan nyawa para sandera. Itu bukan opsec (operational security)," tegasnya.
Seorang pejabat AS pun mengakui adanya risiko dari pengungkapan misi penyerbuan markas ISIS di Suriah itu. "Ada kekhawatiran, pengungkapan misi ini akan mengancam sandera yang tersisa."(vvn)
Dia juga mempertanyakan kebijakan AS yang malah mengungkapkan operasi penyerbuan di Suriah itu. "Ini membahayakan nyawa para sandera. Itu bukan opsec (operational security)," tegasnya.
Seorang pejabat AS pun mengakui adanya risiko dari pengungkapan misi penyerbuan markas ISIS di Suriah itu. "Ada kekhawatiran, pengungkapan misi ini akan mengancam sandera yang tersisa."(vvn)