Jurnal,Bali
- Penggemar electronic dance music atau yang lebih dikenal dengan EDM di
Indonesia baru saja menikmati pesta besar bertajuk Dreamfields Festival di
Garuda Wisnu Kencana, Bali, malam tujuh belasan baru lalu. Dreamfields Festival
merupakan festival dugem terbesar di dunia yang berasal dari negara Belanda.
Dreamfields Festival diadakan
dari tanggal 11-17 Agustus di GWJ Uluwatu, Bali dengan tagline: Experience the
power of mighty garuda and electronic dance music. Acara ini dihadiri oleh DJ
kelas dunia, seperti Dash Berlin dan Sidney Samson. Pre party dimulai dari
tanggal 11-15 di Sky Garden, baru di acara puncaknya tanggal 16 Agustus di GWK
Uluwatu. Kemudian ada after party tanggal 17 Agustus di SkyGarden.
Pihak BlackRock Entertainment
asal Indonesia bekerjasama dengan Club The Matrixx dari Belanda bekerja sama
mewujudkan Dreamfields Festival 2014 ini. Ribuan partygoers pun berpesta
semalam suntuk di GWK.
Pesta yang digelar di areal
Garuda Wisnu Kencana ini didatangi ribuan anak muda tidak cuma dari Jakarta,
tapi juga dari seluruh dunia.
Andin adalah seorang karyawan
bank swasta besar yang berkantor pusat di Sudirman. Sore itu dia berangkat ke
Bali dengan Garuda Business Class dengan tujuan untuk menghadiri sebuah party
Dreamfields Festival yang diadakan di GWK, Uluwatu.
"Indonesia butuh party
berkelas yang beginian. Kalau gak, devisa kita kabur! Gue sering banget harus
ke SG buat party gini, karena di Jakarta atau Bali gak ada yang bikin event.
Padahal kalau mau, bisa loh. Gue pikir, soal kelas, party di Indo gak kalah
kualitas! Top banget," ujarnya ditemui di Bali, Sabtu (16/8).
Seorang pengusaha minuman keras
asal Malang mengatakan bahwa dalam acara seperti ini, di malam puncaknya,
sedikitnya Rp 5 miliar akan dibelanjakan orang untuk beli minuman keras.
"Tahun lalu aja, aku supply
buat satu party besar yang gak sebesar ini, semalam Rp 2 miliar habis
ludes," ujarnya. Pengusaha ini mengatakan kalau biasanya minuman yang
dijual di acara begini adalah minuman impor yang per botol minimal dijual dengan
harga Rp 100.000 untuk beer dan sedikitnya Rp 750.000 untuk liquor. Cocktail
yang merupakan minuman keras dicampur dengan berbagai olahan juice dijual
dengan rata-rata Rp 250.000 per gelas.
Seorang artis kelas B yang enggan
disebutkan namanya mengatakan, "Gue pikir acara ini paling hot di Asia. Gw
udah ikut party di mana-mana, dari Hong Kong, Singapore, Bangkok sampai Manila.
Semuanya gak ada yang bisa ngalahin Dreamfields. Selain lokasinya yang bagus
banget, ini acara di open space sampai pagi. Jadi bisa lihat sunrise."
Acara seperti ini, hanya terjadi
setahun sekali dan jarang yang bisa benar-benar bagus. "Elu kira bikin
party beginian mudah? Kagak lah, effortnya besar, bro. Dari sound system sampe
boozenya gak nanggung-nanggung". Booze yang dimaksud adalah minuman keras.
Dia bilang rata-rata pengunjung rela mengeluarkan uang Rp 1 juta ke atas untuk
minum di acara beginian.
"Bayangin, kalau crowd-nya
yang datang pada kere semua. Apa acaranya bakal asik? Gak dong! Acara gini
butuh crowd yang bagus, yang punya kelas dan selera musik. Lalu musti punya
duit, kalau gak, gak bakalan seru," ujarnya.
Seorang pengusaha minuman di
Malang yang tak mau disebut namanya mengaku, acara rave party seperti ini hanya
bisa dinikmati dengan alkohol dan drugs karena musiknya trans. "You tahan
tiga jam goyang dengan musik begituan? Kalau you tahan ya udah pasti you nelen
sesuatu. Ini beda sama konser yang musiknya bisa dinikmati"
"Tapi you pikir ini cuma
alkohol? Bodoh you! Alkohol gak ada apa-apanya dibanding sama drugs. Drugsnya
di party beginian gak habis-habis supply-nya! Nilainya jauh lebih gede
lagi."
Peredaran drugs di kalangan
partygoers bukan rahasia. Memang masih sembunyi-sembunyi, tetapi apabila sudah
tahu jalurnya, suplainya tidak terbatas.
"You butuh berapa? Berapapun
jumlahnya, kapanpun you butuh, aku punya jalurnya. You bisa beli pakai duit
tanpa seri dan suplainya juga gak bakal habis. Omong kosong kalau gak ada
barang, yang ada you gak dipercaya sama supplier you. Barang selalu ada,"
ujarnya.
Gunawan seorang DJ asal Surabaya
yang dihubungi merdeka.com melalui telepon mengaku sudah di Bali sejak 11 Agustus
lalu untuk acara ini. "Aku udah di Bali sejak tanggal 11. Capek mas,
setiap hari party. Ini nanti malam finalnya. Aku bakal ikut sampai pagi.
Katanya kalau matahari terbit nanti, suasananya muncul," kata Gunawan.
DJ keturunan Tionghoa ini
mengatakan bahwa dari 20 orang temannya yang datang dari Surabaya rata-rata
adalah partygoer yang datang buat menikmati musik plus-plus. Budget mereka
rata-rata Rp 8-15 juta buat tiket, minuman, dan hotel. "Goyang doang gak
akan nikmat tanpa makai. Sesekali kan, 5 tahun sekali menghabiskan tabungan
buat benar-benar happy," katanya.
Sementara ratusan orang pecinta
"dugem" nampak melongo karena tidak dapat tiket yang harganya
berkisar dari Rp. 500 ribu hingga 1,5 juta, itu. Sebanyak 12 ribu tiket
Dreamfields Festival ludes terjual.
Event yang baru kali pertama
dihelat di GWK ini sejak pukul 11.00 Wita sudah dipadati sejumlah pengunjung
yang datang dari luar Bali maupun turis asing. Bahkan kemacetan sudah terjadi
hingga mencapai 6 Km di bawah bukit. Dipastikan, hentakan musik akan memecah
keheningan bukit karang GWK dari pukul 18.00 Wita hingga rencana pukul 04.00
WITA.
Pihak penyelenggara dari dua
perusahaan yang punya nama besar di Eropa, yaitu Matrixx Event dan MBFH.