
Jurnal,Manado – Tidak adanya titik temu antara Partai
Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia – Perjuangan (PDI – P), dalam berkoalisi
akhirnya PDI – P dengan tegas menyatakan telah menutup pintu koalisi. Yang
menarik, Jokowi yang telah terpilih sebagai Presiden dan akan dilantik tanggal
20 Oktober nanti meyakini jika Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Pemilihan
Kepala Daerah (Perppu Pilkada) akan
ditolak oleh kubu Merah – Putih. Alhasil pemilihan langsung kepala daerah akan
gagal total.
Bila melihat fenomena politik di
sulut yang dalam waktu dekat akan melaksanakan Pemilihan Gubernur (Pilgub) dan Pemilihan
Walikota (Pilwako), merupakan tanda ‘awas’ bagi PDI –P dan koalisinya. Pasalnya
di DPRD Provinsi (Deprov) Sulawesi Utara (Sulut) dikuasai oleh Koalisi Merah –
Putih diantaranya, Gerindra 6 kuris, Golkar 9 kursi, Demokrat 6 kursi, PAN 3
kursi, PKS 2 kursi, PPP 1 kursi dengan total kursi 27. Sementara koalisi
Indonesia Hebat yang di komandani PDI – P hanya 18 kursi. Pun dengan yang di
DPRD Kota Manado. Dimana Demokrat 9 kursi, Golkar 5 kursi, Gerindra 5 kursi,
PAN 4 kursi, PKS 2 kursi dan PPP 1 kursi dengan jumlah total 26 kursi.
Sementara Koalisi Indonesia Hebat diantaranya PDIP 6 kursi, Nasdem 3 kursi,
Hanura 4 kursi, PKPI 1 kursi dengan jumlah total kursi 14.
Meski demikian persoalan berapa
banyak kursi yang diperoleh dapat berubah dengan pendekatan – pendekatan masing
– masing partai sebab hingga kini terlihat baik PDIP, Golkar dan Demokrat masih
terus melakukan komunikasi politik.
“Kami selalu terbuka dengan siapa
saja, termasuk PDIP atau partai manapun,” terang Ketua DPD Golkar Sulut Frieke
Runtu. Sembari menyatakan tetap mendukung pemilihan lewat DPRD. ‘Kita cari
menang namun yang menetukan sang pencipta.”
Senada dikatakan Sekretaris PDIP
Frangki Wongkar bahwa terus menjalin komunikasi dengan koalisi Merah – Putih termasuk
dalam pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
“PDIP tetap melakukan pendekatan
dan membuka diri bagi yang ingin bergabung dengan kami,” katanya. “Soal di
pusat dimana PDIP telah menuntup diri untuk berkoalisi, menurutnya itu
kasuistis. “Yang pasti hingga saat ini PDIP Sulut masih membuka diri, termasuk
jika Pilkada oleh DPRD.”
Sementara itu pengamat politik Taufik
Tumbelaka mengatakan, SBY selaku pimpinan tertiggi Partai Demokrat memberikan
bola panas sehingga partai – partai lain harus mengakui jika Demokrat
berpengaruh. Namun menurutnya segala kemungkinan bias terjadi, kompromi politik
dikalangan elit.
“Begitupun apabila memang Pilkada
harus dilaksanakan di DPRD, segala kemungkinan bisa terjadi. Termasuk koalisi
antara PDIP, Golkar, Demokrat atau partai mana saja."