
Harga minyak
mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) saat ini memang menurun, menjadi
sekitar US$ 80 per barel. Bila dihitung dengan dolar Rp 12.000, harga premium
tanpa subsidi memang Rp 8.600/liter. Tapi bukan ini yang jadi dasar perhitungan
pemerintah.
Pemerintah menghitung anggaran
subsidi dengan menggunakan rata-rata ICP dan nilai tukar dari awal tahun. Dari
awal tahun hingga sekarang, harga rata-rata bensin premium tanpa subsidi, atau
harga keekonomian adalah Rp 10.000/liter. Kok bisa?
Direktur Pemasaran dan Niaga PT
Pertamina (Persero) Hanung Budya mengatakan, perhitungan harga BBM subsidi,
terutama bensin premium tidak bisa dihitung harga minyak dunia saat ini. Tapi
harus dihitung secara rata-rata dari Januari hingga Oktober.
"Kalau dihitungm rata-rata
harga minyak mentah atau Indonesian Crude Price (ICP) dari awal tahun sampai
Oktober, harganya masih tinggi, di atas US$ 100 per barel," ucap Hanung,
seperti dikutip Selasa (18/11/2014).
Ada dua komponen dalam
perhitungan BBM baik yang disubsidi maupun non subsidi, yakni ICP dan nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS.
Berdasarkan data Kementerian
ESDM, ICP tahun ini adalah:
Januari US$ 105,8 per barel
Februari US$ 106,08 per barel
Maret US$ 106,90 per barel
April US$ 106,20 per barel
Mei US$ 106,44 per barel
Juni US$ 108,95 per barel
Juli US$ 104,63 per barel
Agustus US$ 99,51 per barel
September US$ 94,97 per barel
Oktober US$ 83,72 per barel
Jadi bila dihitung secara
rata-rata, ICP dalam 10 bulan terakhir sekitar US$ 102,32 per barel.
"Kalau harga minyak mentah
saat ini US$ 80 per barel dengan kurs Rp 12.000 maka harga premium keekonomian
atau non subsidi Rp 8.600 per liter, tapi kalau dihitung rata-rata harga minyak
US$ 100 per barel dengan kurs Rp 12.000 per dolar, maka harga premium
keekonomian Rp 10.000 per liter," ungkap Ali.
Menteri Perencanaan dan
Pembangunan Nasional (Bappenas) Andrinof Chaniago menjelaskan, jangan melihat
harga premium non subsidi murah saat ini, karena harga minyak sedang turun.
Tapi kalau dihitung rata-rata harga premium non keekonomian masih tinggi.
"Kita tidak menghitungnya
harga premium keekonomian bulan ini saja, tapi sejak awal tahun di mana harga
minyak masih tingggi sampai beberapa bulan terakhir, harga minyak mentah itu
tidak ada yang bisa memprediksi kapan terus murahnya, bisa saja besok atau lusa
harganya kembali tinggi," kata Andrinof semalam.
"Jadi jangan diartikan kalau
harga minyak turun harga premium non subsidi Rp 8.600 per liter, sehingga
dengan kenaikan Rp 2.000 maka premium subsidi Rp 8.500 per liter artinya
pemerintah hanya beri subsidi Rp 100 per liter, bukan. Hitungnya tidak begitu,
tapi dihitung rata-rata dari awal tahun sampai sekarang," tutup Andrinof.(dtc)