
![]() |
Ilustrasi |
Dimana semua harga termasuk dari pemeliharaan hingga penjualannya terus melambung tinggi apalagi menjelang hari besar dan pergantian tahun.
Seperti diungkapkan salah satu
pengusaha sapi di manado Ramli Pitalau bahwa kenaikan BBM berdampak pada
naiknya harga sapi per ekor sehingga secara otomatis harga eceran daging
sapipun ikut naik.
“Kita tidak lagi menunggu
kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga sapi dan penjualan daging sapi
eceran sebab pengusaha sapi akan rugi,” terangnya, Selasa (25/11/2014), di
pasar pinasungkulan.
Apalagi sekarang ini lanjut
Ramli, banyak pembeli sapi dari luar daerah yang langsung membeli lewat
peternak sapi yang ada di sulut dengan harga yang tinggi dan dalam jumlah yang
besar sehingga pedagang sapi local yang biasanya mengambil lewat peternak sapi
kewalahan dengan harga yang ditawarkan oleh pembeli dari luar daerah.
“Harga daging sapi eceran
melambung tinggi karena selain kenaikan BBM, juga harga sapi dari peternak tinggi. Banyak pedagang
sapi dari luar daerah yang memborong sapi ke peternak dengan harga tinggi dan
dalam jumlah yang banyak, otomatis peternak sapi local mengikuti harga
tertinggi. Kami pedagang local yang kewalahan sebab sapi – sapi itu akan dijual
kembali dalam bentuk daging eceran dengan harga lebih tinggi, kasihan konsumen,”
jelas pengusaha muda lulusan Ekonomi Manajemen di Unsrat Manado.
Jika terus begini kata Ramli,
pedagang sapi eceran yang menengah bisa bangkrut karena tidak memiliki modal
yang cukup untuk bersaing, dan akhirnya terjadi monopoli pasar. Untuk itu ia
menghimbau kepada pemerintah untuk mengontrol penjualan sapi dan bila perlu
dilakukan pembatasan penjualan sapi ke luar daerah.
“Kalau begini terus stok sapi di
sulut akan semakin berkurang dan akhirnya harga melambung tinggi, pedagang
eceran sapi bisa bangkrut. Konsumen juga jadi susah dengan harga yang tinggi,”
pungkasnya.(luq)