Iklan

January 11, 2015, 03:18 WIB
Last Updated 2015-01-12T11:26:49Z
Manado

Walikota Tanggap darurat bencana



Walikota dalam salah satu kegiatan pemantauan korban banjir (ist)
Jurnal,Manado- Seperti yang diinformasikan dalam surat edaran dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sabtu lalu (10/11/2014) bahwa curah hujan yang intens tidak hanya terjadi di Manado tetapi di beberapa daerah sekitar seperti Tomohon, Minahasa hingga Bolaang Mongoondow. 

Hasil koordinasi Walikota Manado GS Vicky Lumentut melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), hujan juga terjadi di Hulu, Tomohon, Minahasa dan Minahasa Utara. Untuk itu GSVL turun langsung lakukan pemantauan di lokasi-lokasi rawan banjir dan tanah longsor.

Pondok Pesantren Bailang dan kompleks sungai Buha Bailang (ist)

“Saya memantau terus sejak jam 10 malam, memasuki jam 12 malam menuju jam 1 subuh ternyata kondisi permukaan air semakin tinggi. Alat ukur yang kita gunakan di Komo Luar. Sebenarnya yang pertama kali banjir di Malalayang karena saluran airnya tersumbat ,jalan di RS Prof Kandou tidak bisa dilewati sekitar jam 12, ditambah ada pohon yang tumbang,” terang GSVL. 

Walikota pun langsung memberi petunjuk kepada camat untuk berada di lapangan, siaga di semua wilayah bersama lurah, melakukan tindakan penyelamatan yang diperlukan. Memasuki jam 2 subuh, kepala BPBD yang memantau di tempat pos pengendalian melaporkan perkembangan sampai titik tertinggi 3,6 meter. 

Walikota pantauan di Buha,Bailang-Tuminting (ist)
“Ketinggian air maksimal terjadi 3,6 meter. Pada posisi memasuki di atas 2,5 meter, sudah diperintahkan agar semua yang ada di pinggiran sungai untuk segera mengungsi. Lebih baik kita mencegah daripada nanti kesulitan. Ketika air mencapai 3,6 m, semua yang ada di daerah berbahaya, telah diungsikan ke tempat yang aman”, ujar GSVL dalam konfrensi pers di sekitar lokasi banjir, kelurahan Dendengan luar.

Walikota GSVL sebelumnya juga memantau dari Sungai di Kima Atas, Bailang di Cempaka. Bailang sendiri, Sungai Buha airnya cukup tinggi yakni  lebih dari 1 meter diatas permukaan jalan sehingga menggenangi ratusan rumah, Pesantren, Gereja dan pemukiman. Selanjutnya GSVL lakukan pemantauan di daerah Ternate Tanjung dan Kampung Tubir. 

Tindakan selanjutnya yang diambil oleh Walikota selaku Pemerintah Kota adalah melakukan langkah yang dibutuhkan masyarakat dengan menetapkan payung hukum.
“Mungkin ada pertanyaan, pada posisi seperti ini apa yang dilakukan. Pertama, kami perlu tetapkan payung hukum, lalu kita melakukan langkah yang dibutuhkan masyarakat. kalau tidak, kita bisa dipersalahkan karena melanggar hukum,” kata GSVL

Walikota di Lokasi Pengungsian Dendengan Luar (ist)
“Setelah dievaluasi, dikaji kondisi bencana yang terjadi, apakah sudah bisa dikategorikan layak ditetapkan statusnya bencana sehingga bisa mendapatkan bantuan. Kita telah kaji dan tetapkan, kondisi banjir yang terjadi layak ditetapkan Tanggap Darurat. Cakupan banjir cukup luas di beberapa kecamatan. Ada 3000 warga yang diungsikan. Sejak hari ini sampai 7 hari ke depan, Manado berada dalam masa Tanggap Darurat.” 


Walikota menambahkan, dengan adanya penetapan ini, maka kita boleh melanjutkan kegiatan membantu masyarakat. Dalam masa tanggap darurat ini Pertama adalah memberikan makanan kepada warga yang terdampak bencana banjir dan longsor seperti di Bailang, Taas, Teling Bawah, dan lainnya. Dari Dinas Sosial telah membuka dapur umum di beberapa titik untuk melayani masyarakat yang mengungsi. Juga ada satu titik dapur umum dari Provinsi.


“Dari pantauan saya, masyarakat sudah kembali ke tempatnya, dari awal subuh tadi mengungsi dan mulai kembali dan membersihkan. Besok (Senin, 12/01-red) saya akan membantu dengan pompa air untuk membersihkan rumah-rumah yang ditinggalkan sesudah banjir. Kemudian kegiatan lainnya, pekerjaan fisik sesudah banjir, akan dilakukan oleh Dinas PU untuk penanganan. Sampai saat ini, kami masih melakukan pemantauan, agar warga dapat memperoleh makanan sebagai langkah awal membantu.”(MedCo/luq)