Iklan

February 8, 2015, 03:00 WIB
Last Updated 2015-02-08T11:00:38Z
Olahraga

Begini Caranya Atleti Permalukan Ronaldo Cs



REKOR tak terkalahkan Atletico atas Real Madrid musim ini kembali terjaga. Tidak hanya atas Los Galacticos, pada pertemuan mereka yang keempat ini Atletico bahkan mempermalukan Real Madrid dengan skor telak 4-0.

Real
Madrid terlihat kalah segalanya dari Atleti. Meski unggul tipis dalam hal penguasaan bola 48%-52%, Ronaldo dkk hanya mampu melakukan empat tembakan sepanjang laga. Bandingkan dengan tuan rumah yang membukukan hingga 17 tembakan ke gawang.

El Real keropos di area bertahan, tiga bek utama mereka tak bisa tampil sekaligus. Pepe dan Sergio Ramos mengalami cedera sedangkan Marcelo masih menjalani hukuman kartu. Real hanya mendapatkan sedikit harapan dengan kembalinya Ronaldo pasca mendapatkan hukuman. Namun ternyata Ronaldo pun gagal menunjukan penampilan yang baik pada pertandingan kali ini.
Mematikan Lini Tengah Real Madrid

Simeone sepertinya sangat paham bagaimana meredam permainan Real Madrid. Skema
4-3-3 yang diperagakan oleh Ancelotti memang menitik beratkan pada tiga penyerang di depan melalui ketajamannya. Namun ketiga penyerang ini tidak akan mampu menjalankan tugasnya, tanpa suplai bola dari lini tengah. Ibaratnya tiga gelandang di tengah adalah mesin utama yang menjadi penggerak roda Real Madrid.

Maka lini tengah menjadi bagian yang diisolir oleh Simeone. Salah satu caranya adalah dengan memotong jalur umpan antara lini belakang dengan tengah. Cara yang sebenarnya serupa dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya musim ini.

Atletico melakukan pressing ketat hingga ke area bertahan Real Madrid. Empat bek yang ada tak pernah dibiarkan berlama-lama dengan bola. Memaksa lawan melakukan umpan panjang maupun pendek yang berujung pada kesalahan.

Minimal selalu ada tiga pemain yang tetap berada di wilayah Real Madrid dengan salah satu atau dua di antaranya aktif mengejar bola. Pergerakannya juga dinamis, tak terpaku pada Mandzukic atau Griezmann yang menjadi penyerang saja. Misalkan ketika Arda Turan sedang membayangi bek lawan, maka Mandzukic tidak segan untuk sedikit mundur dan melebar untuk menutup ruang kosong yang ditinggalkan Turan tadi.
Cara ini mereka terapkan hampir di sepanjang pertandingan Jika diamati secara rinci, pressing Atleti ini baru mengendur 10 menit menjelang bubaran. Artinya, sepanjang 80 menit mereka terus menerus menekan lini belakang Real Madrid tiada henti.

Praktis tidak ada asupan bola ke lini depan Real Madrid karena lini belakang Atletico punya antisipasi yang baik terkait bola-bola panjang. Hal inilah yang menjadi penyebab kenapa hanya ada empat tembakan yang dilakukan oleh Real Madrid sepanjang pertandingan.

Menumpuk Pemain di Sisi Sayap

Selain saat bertahan, Atletico juga mampu membuat lini tengah Real Madrid seolah sedang tak berguna malam itu ketika mereka melakukan serangan. Area tengah lapangan sebisa mungkin dihindari dengan mengalirkan bola ke sayap.
Para pemain tengah Atletico pun bergerak melebar dan membuat pertarungan di sisi lapangan ini mutlak milik mereka.
Tak tanggung-tanggung terutama di sisi kanan duet Juanfran dan Arda Turan dibantu oleh dua gelandang tengah sekaligus, Tiago dan Gabi. Selain akhirnya kuat dalam menyerang karena pola segitiga yang dibuat membuat opsi mengumpan menjadi banyak. Hal ini juga bertujuan agar ketika bola terlepas dari penguasaan mereka jadi lebih mudah mengambil alih kembali.

Melihat hal ini Ancelotti mencoba menetralisir keadaan. Pada babak kedua ia memasukan Jese, seorang pemain yang piawai menyisir lapangan untuk menggantikan Khedira. Ternyata cara ini juga tak mengubah banyak karena pemain muda Spanyol tersebut masih kalah bertarung melawan gelandang Atleti.

Bukti keampuhan dari permainan sayap yang dilakukan oleh Simeone adalah semua gol yang terjadi berawal dari serangan sayap, dengan tiga di antaranya lewat sisi kanan.
Karena mengandalkan sayap dalam menyerang, maka otomatis akan banyak umpan silang kemudian yang dilancarkan oleh Atletico. Meski begitu tiga dari empat gol yang dilakukan oleh Atletico justru diperoleh dari assist di kotak penalti.

Hasil umpan silang tersebut beberapa kali diumpan ke orang kedua ketimbang eksekusi langsung. Hal ini karena penjagaan pemain dan membaca bola yang buruk dari bek tengah Real Madrid. Memang tak bisa menyalahkan hanya ke kedua bek tengah saja, mudahnya Atleti melakukan umpan silang juga patut dipertanyakan.

Absennya tiga bek utama Real Madrid ternyata punya pengaruh besar terhadap hasil pertandingan. Pada laga sebelumnya saat Sergio Ramos tampil, ia membuat dua kesalahan fatal yang mengakibatkan gol untuk Atleti di ajang Copa Del Rey silam. Tetapi secara umum penampilannya tidak terlalu buruk, mampu menghalau terutama bola-bola di udara.

Coentrao yang bermain menggantikan Marcelo terus menerus dihajar sayap Atleti dan membuatnya kepayahan. Jangankan membantu serangan dengan maju ke sepertiga akhir, mencegah umpan silang saja ia tak mampu. Masalah yang sama juga dialami oleh Carvajal yang turut bertanggung jawab atas gol kedua oleh Saul Niguez.
Lini pertahanan yang buruk secara langsung juga mempengaruhi lini tengah Real Madrid yang tak leluasa menyerang. Toni Kroos yang menjadi jenderal di lapangan tengah sebenarnya bermain apik, hingga menit 70 akurasi umpannya sempurna tanpa kesalahan. Tetapi posisinya amat jarang berada di tempat yang tepat untuk mengumpan ke sepertiga akhir lawan. Berkutat terus menerus melindungi bek membuatnya hanya beroperasi sebagian besar di wilayah sendiri.

Kesimpulan

Ancelotti gagal menemukan formula tepat mengalahkan Atletico. Sementara Simeone tetap mampu tersenyum karena musim kini ia belum terkalahkan melawan rival sekotanya tersebut. Cara yang dilakukan tetap sama, yakni melakukan pressing untuk menutup aliran bola.

Di linimasa semalam sempat ramai anggapan bahwa Real Madrid bermain tidak semangat. Terutama ditujukan kepada pemain terbaik dunia Cristiano Ronaldo. Bahkan urusan percintaannya pun sempat menjadi topik pembahasan. Mungkin ada benarnya, tetapi jika kita lebih dalam, Ronaldo memang tidak mendapatkan aliran bola yang cukup pada pertandingan kali ini. Jadi bagaimana dia menunjukan kemampuan maksimalnya jika mendapatkan bola pun dia kesulitan.

Real
Madrid kalah segalanya dari Atletico mulai dari penempatan pemain, pemilihan taktik hingga semangat bertanding jika ingin diselipkan. Lini depan boleh melakukan klaim sebagai yang terbaik di dunia, tetapi tak ada gunanya kemudian jika bola dari lini kedua ternyata macet. Musim sebelumnya masih ada nama Di Maria yang siap mendobrak dari sisi ini jika sedang mengalami kebuntuan. Pemain yang kini berseragam Man United itu juga yang menjadi kekuatan utama melakukan serangan balik berbahaya. Jurus ampuh yang mengantarkan mereka menjadi jawara Eropa musim lalu.

Meski tetap kokoh di puncak klasemen sementara, bahkan jika pesaing terdekatnya
Barcelona malam ini menang. Real Madrid masih perlu waspada dan mencari cara lain jika mengalami kondisi yang demikian. Bahkan kesebelasan yang mematahkan rekor tak terkalahkan mereka Valencia, juga memakai cara ini. Bukan tidak mungkin posisinya akan tergelincir dan kehilangan gelar paling tidak di Liga Domestik setelah disingkirkan oleh Atletico di ajang Copa Del Rey.(dtc)