Iklan

February 16, 2015, 01:49 WIB
Last Updated 2015-02-16T09:49:50Z
Nasional

Terjepit Diantara Tangan Kekar Mafia, Susi Mengaku Lelah dan Capek


Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti

Jurnal,Jakarta – Diantara tangan – tangan yang kekar, seorang wanita terhimpit dan akhirnya tebelenggu hampir tak berdaya. 

Ungkapan itu sepertinya dialami oleh seorang wanita tangguh yang terpilih sebagai menteri. 

Susi Pudjiastuti Menteri Kelautan dan Perikanan akhirnya menegaskan dirinya tersiksa menjadi menteri Jokowi. 

Oleh karena itu, dia berniat mundur tahun depan. Niat Susi membatasi waktunya menjadi menteri hanya dua tahun itu pertama kali diungkapkan di acara talk show yang ditayangkan TV Swasta, Rabu (malam).

Keputusan Susi ini disayangkan banyak pihak. Pasalnya, Susi adalah menteri Jokowi dengan kinerja paling moncer. Dari penilaian tiga bulan pertama, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menempati peringkat teratas dalam hal tingkat kepuasan masyarakat. Hal itu diungkap oleh survei Lembaga Klimatologi Politik (LKP) minggu lalu.

Sementara itu dari perspektif media, Menteri Susi juga mengungguli 33 menteri lainnya di Kabinet Kerja. Menteri yang hanya lulusan SMP itu paling sering diberitakan secara positif oleh media. Sebanyak 49,39 persen pemberitaan mengenai Susi bernada positif.

Publik sangat menyayangkan niat Susi itu. Menteri lulusan SMP ini adalah menteri yang cukup fenomenal dengan gebrakan-gebrakannya. Kalau dia mundur, kinerja kabinet Jokowi bisa pincang. Pasalnya, menjadi menteri tidak cukup hanya dua tahun. Waktu dua tahun biasanya baru digunakan untuk perencanaan dan evaluasi. Kalau Susi mundur, bisa-bisa program-program yang dirancang Jokowi tidak terlaksana dengan baik.

Menarik untuk ditelisik adalah pernyataan bahwa dirinya lelah dan tersiksa. “Capek, siksaan terlalu banyak,” ucapnya dengan santai tapi menunjukkan gestur yang sangat serius.

Meski tak memberikan siksaan seperti apa yang dialaminya, orang langsung mafhum bahwa tekanannya adalah tarik-menarik kepentingan politik dan duit.

Terlampau banyak kepentingan di instansi pimpinan Susi ini, terutama adalah mafia ikan. Mafia-mafia perikanan ini memiliki modal besar, sehingga diduga mampu menempatkan orang-orangnya di pusat kekuasaan. Pemainnya berasal dari dalam negeri dan luar negeri.

Kegiatan utama mereka adalah ilegal fishing dan transhipment. Di samping itu, modus lain adalah menyelundupkan anak buah kapal (ABK) asing di dalam kapal ikan Indonesia.

Cara lainnya adalah manipulasi perizinan. Banyak perusahaan lokal mendaftarkan kapal, tapi ternyata digunakan oleh asing.

Pelelangan kapal asing hasil sitaan pun tak luput dari tangan mafia. Kapal ini seharusnya tak boleh lagi digunakan untuk menangkap ikan, dan uang hasil lelang masuk ke kas negara. Faktanya, banyak perusahaan asing mengambil kembali kapal mereka yang disita melalui pelelangan. Makanya, di era Susi, kapal yang tertangkap segera dibom!

Susi yang super tegas seperti ini tentu mendapat perlawanan. Pemain lama di bidang ini sudah mengakar, melibatkan semua pihak yang berwenang. Orang awam pun tahu siapa saja mereka. Sebagai orang baru, Susi diduga kalah energi dan dukungan.

Susi seperti berjalan sendiri, jadi tak heran dirinya menyebut dibelit kelelahan. Tak pernah duduk di jabatan publik, Susi mengalami gegar budaya politik Indonesia yang binal.

Di jabatan strategis seperti menteri kelautan, tekanan kanan dan kiri dirasakan Susi sebagai siksaan. Susi yang terbiasa bekerja dengan bebas merasa tak berdaya menghadapi tangan-tangan yang lebih kekar.(rmn)