Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti |
Jurnal,Jakarta – Diantara tangan – tangan yang kekar,
seorang wanita terhimpit dan akhirnya tebelenggu hampir tak berdaya.
Ungkapan
itu sepertinya dialami oleh seorang wanita tangguh yang terpilih sebagai
menteri.
Susi Pudjiastuti Menteri Kelautan dan Perikanan akhirnya menegaskan
dirinya tersiksa menjadi menteri Jokowi.
Oleh karena itu, dia berniat mundur
tahun depan. Niat Susi membatasi waktunya menjadi menteri hanya dua tahun itu
pertama kali diungkapkan di acara talk show yang ditayangkan TV Swasta, Rabu
(malam).
Keputusan Susi ini disayangkan
banyak pihak. Pasalnya, Susi adalah menteri Jokowi dengan kinerja paling
moncer. Dari penilaian tiga bulan pertama, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi
Pudjiastuti menempati peringkat teratas dalam hal tingkat kepuasan masyarakat.
Hal itu diungkap oleh survei Lembaga Klimatologi Politik (LKP) minggu lalu.
Sementara itu dari perspektif
media, Menteri Susi juga mengungguli 33 menteri lainnya di Kabinet Kerja.
Menteri yang hanya lulusan SMP itu paling sering diberitakan secara positif
oleh media. Sebanyak 49,39 persen pemberitaan mengenai Susi bernada positif.
Publik sangat menyayangkan niat
Susi itu. Menteri lulusan SMP ini adalah menteri yang cukup fenomenal dengan
gebrakan-gebrakannya. Kalau dia mundur, kinerja kabinet Jokowi bisa pincang.
Pasalnya, menjadi menteri tidak cukup hanya dua tahun. Waktu dua tahun biasanya
baru digunakan untuk perencanaan dan evaluasi. Kalau Susi mundur, bisa-bisa
program-program yang dirancang Jokowi tidak terlaksana dengan baik.
Menarik untuk ditelisik adalah
pernyataan bahwa dirinya lelah dan tersiksa. “Capek, siksaan terlalu banyak,”
ucapnya dengan santai tapi menunjukkan gestur yang sangat serius.
Meski tak memberikan siksaan
seperti apa yang dialaminya, orang langsung mafhum bahwa tekanannya adalah
tarik-menarik kepentingan politik dan duit.
Terlampau banyak kepentingan di
instansi pimpinan Susi ini, terutama adalah mafia ikan. Mafia-mafia perikanan
ini memiliki modal besar, sehingga diduga mampu menempatkan orang-orangnya di
pusat kekuasaan. Pemainnya berasal dari dalam negeri dan luar negeri.
Kegiatan utama mereka adalah
ilegal fishing dan transhipment. Di samping itu, modus lain adalah
menyelundupkan anak buah kapal (ABK) asing di dalam kapal ikan Indonesia.
Cara lainnya adalah manipulasi
perizinan. Banyak perusahaan lokal mendaftarkan kapal, tapi ternyata digunakan
oleh asing.
Pelelangan kapal asing hasil
sitaan pun tak luput dari tangan mafia. Kapal ini seharusnya tak boleh lagi
digunakan untuk menangkap ikan, dan uang hasil lelang masuk ke kas negara.
Faktanya, banyak perusahaan asing mengambil kembali kapal mereka yang disita
melalui pelelangan. Makanya, di era Susi, kapal yang tertangkap segera dibom!
Susi yang super tegas seperti ini
tentu mendapat perlawanan. Pemain lama di bidang ini sudah mengakar, melibatkan
semua pihak yang berwenang. Orang awam pun tahu siapa saja mereka. Sebagai
orang baru, Susi diduga kalah energi dan dukungan.
Susi seperti berjalan sendiri,
jadi tak heran dirinya menyebut dibelit kelelahan. Tak pernah duduk di jabatan
publik, Susi mengalami gegar budaya politik Indonesia yang binal.
Di jabatan strategis seperti
menteri kelautan, tekanan kanan dan kiri dirasakan Susi sebagai siksaan. Susi
yang terbiasa bekerja dengan bebas merasa tak berdaya menghadapi tangan-tangan
yang lebih kekar.(rmn)