Iklan

February 1, 2015, 11:43 WIB
Last Updated 2015-02-01T21:30:59Z
Manado

Wawali : "Katuwo Katamang Sulimang Duata, Katuwo Katamang Pehiking Banua"


Wawali dan Istri dalam penyambutan di Pesta Adat Nusa Utara "Tulude"

Jurnal,Manado- Pesta Adat Nusa Utara 'TULUDE' hingga saat ini masih ramai dilaksanakan di berbagai tempat. TULUDE yang berasal dari kata "suhude" yang secara harafiah berarti tolak, atau mendorong. Secara luas dapat diartikan sebagai orang Sangihe menolak untuk terus bergantung pada hal - hal di tahun yang lampau dan siap menyongsong kehidupan yang baru di tahun yang baru. 

Setelah Tumumpa dan Karangria, Wakil Walikota (Wawali) Dr. Harley Mangindaan bersama Ibu Seyla Mangindaan-Kudati menghadiri syukuran Tulude Jemaat GMIM Diaspora Karame.

Pesta adat yang dihadiri oleh Ketua BPMW Mawakom, Pdt. E. Katihokang,STH, Ketua Jemaat Diaspora Karame, Pdt. Yuddy Tunari MTh, Tokoh Nusa Utara Zeth Walo serta Lurah Karame Joy Manueke, diawali dengan penjemputan secara adat dan pemasangan Paporong (topi) untuk Wawali sebagai lambang Pemimpin Kota yang terus berkembang dan memelihara Kota Manado. Dilanjutkan dengan pembasuhan kaki dan tangan kepada Wawali dan Istri.

Dalam perayaan tersebut, Wawali menyampaikan harapannya, "Semoga perayaan Tulude ini bukan hanya seremonial belaka namun juga diharapkan tetap terjalinnya hubungan antar saudara.

Tulude merupakan ungkapan syukur mengawali tahun yang baru serta sebagai pesta adat menolak bala dan malapetaka sehingga tahun ini kita semua dapat terus diberkati."




Dalam dialek Nusa Utara, Wawali menyerukan ; "Katuwo katamang sulimang duata, katuwo katamang pehiking banua" (bertumbuh dan bertumbuhlah ditangan Allah. Bertumbuh dan bertumbuhlah untuk negeri tercinta."

Wawali menyampaikan harapan Semoga Tahun 2014 menjadi lampu sorot untuk tahun 2015 agar dapat menerangi dan berbagai dengan sesama.



Sedikit informasi tentang Upacara adat masyarakat Nusa Tulude ini, pada hakekatnya adalah kegiatan upacara pengucapan syukur kepada Mawu Ruata Ghenggona Langi (Tuhan yang Mahakuasa) atas berkat-berkat-Nya kepada umat manusia selama setahun yang lalu. Dahulunya dilaksanakan pada tanggal 31 desember, akan tetapi setelah agama Kristen masuk ke daerah Sangihe, tanggal pelaksanaannya diubah menjadi tanggal 31 Januari. Alasan diubah tanggal pelaksanaannya, yakni agar supaya tidak mengganggu perayaan Natal dan Tahun Baru Kristen (red_*sejarah singkat upacara Tulude). (luq)

.