
Jurnal,Jakarta - Tes keperawanan bagi kandidat TNI wanita
menjadi topik hangat di Indonesia,
setelah Human Rights Watch mengeluarkan
laporan pada bulan November lalu, menampilkan wawancara dengan petugas militer
wanita yang mengatakan uji penetrasi digital membuat mereka trauma.
Dalam tes tersebut, petugas yang tidak disebutkan namanya itu mengaku bahwa ada sejumlah kejanggalan dalam tes tersebut. Bagaimana tidak, dalam tes itu dilakukan uji dua jari untuk menentukan apakah selaput dara masih utuh. Namun yang lebih memalukannya lagi, tes tersebut dilakukan oleh dokter laki-laki.
Dalam tes tersebut, petugas yang tidak disebutkan namanya itu mengaku bahwa ada sejumlah kejanggalan dalam tes tersebut. Bagaimana tidak, dalam tes itu dilakukan uji dua jari untuk menentukan apakah selaput dara masih utuh. Namun yang lebih memalukannya lagi, tes tersebut dilakukan oleh dokter laki-laki.
"Tahun 2013 saya telah mengikuti tes seleksi
akademi militer. Pada saat itu kita diwajibkan mengikuti tes kesehatan. Salah
satu di antaranya adalah tes keperawanan. Namun satu hal yang membuat saya
terkejut adalah ketika saya baru mengetahui bahwa dokter yang memeriksanya
adalah seorang laki-laki," Ujarnya ketika mengikuti tes keperawanan di
Akademi Militer Bandung, Jawa Barat, dilansir suff.co.nz, Minggu (17/05/2015).
Dengan adanya tes tersebut, Dia mengaku merasa risih dan tegang. Oleh karena itu, dia berharap tes keperawanan ini akan segera dihapus. "Makanya saya sangat berharap untuk seleksi tahun sekarang dan kedepannya salah satu tes tersebut harus dicabut. Karena menurut saya hal itu melanggar hak perempuan," imbuhnya.
Seperti diketahui, Akademi Militer memberlakukan tes keperawanan bagi para kandidat prajurit perempuan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Juru Bicara TNI Mayor Jenderal Fuad Basya mengatakan tes keperawanan tersebut ditujukan kepada kandidat perempuan sebagai bagian dari tes kesehatan sebelum tergabung.
Tes ini menggunakan uji dua jari untuk menentukan apakah selaput dara masih utuh. Menurut Fuad, hal ini ditujukan untuk memilih pasukan bersenjata terbaik.
"Hal ini dilakukan untuk mendapatkan orang-orang terbaik secara fisik dan mental," ujar Fuad.
Fuad menjelaskan tes ini sudah dilakukan sejak tahun 1977 ketika dia bergabung dalam militer. Fuad mengatakan setiap anggota militer membutuhkan mental yang sehat karena mereka harus membawa senjata untuk menjaga integritas dan kedaulatan Indonesia.(mdk)
Dengan adanya tes tersebut, Dia mengaku merasa risih dan tegang. Oleh karena itu, dia berharap tes keperawanan ini akan segera dihapus. "Makanya saya sangat berharap untuk seleksi tahun sekarang dan kedepannya salah satu tes tersebut harus dicabut. Karena menurut saya hal itu melanggar hak perempuan," imbuhnya.
Seperti diketahui, Akademi Militer memberlakukan tes keperawanan bagi para kandidat prajurit perempuan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Juru Bicara TNI Mayor Jenderal Fuad Basya mengatakan tes keperawanan tersebut ditujukan kepada kandidat perempuan sebagai bagian dari tes kesehatan sebelum tergabung.
Tes ini menggunakan uji dua jari untuk menentukan apakah selaput dara masih utuh. Menurut Fuad, hal ini ditujukan untuk memilih pasukan bersenjata terbaik.
"Hal ini dilakukan untuk mendapatkan orang-orang terbaik secara fisik dan mental," ujar Fuad.
Fuad menjelaskan tes ini sudah dilakukan sejak tahun 1977 ketika dia bergabung dalam militer. Fuad mengatakan setiap anggota militer membutuhkan mental yang sehat karena mereka harus membawa senjata untuk menjaga integritas dan kedaulatan Indonesia.(mdk)