Iklan

November 25, 2020, 15:17 WIB
Last Updated 2020-11-25T23:17:12Z
BitungDinamika

KOTA DIGITAL, UNTUK BITUNG LEBIH BAIK

 KALEIDOSKOP MAURITS MANTIRI - HENGKY HONANDAR


Oleh : Reymoond ‘Kex’ Mudami 

Penulis adalah Penulis 


DUA fakta otentik yang menghentar program Kota Digital, Maurits Mantiri dan Hengky Honandar realistis dikedepankan, sebagai solusi kota Bitung bergerak maju, tersebab; Pertama ; dunia ada di era global yang ditandai dengan meluasnya pengaruh kebudayaan dan ilmu pengetahuan ke seluruh penjuru dunia,  dimana  setiap komunitas harus melakukan adaptasi agar tidak tersapu dan ketinggalan jaman, dan sebab Kedua,  secara nasional, kota digitalisasi selaras dengan program Pemerintah Pusat yang telah menginisiasi penyelenggaraan Gerakan Menuju 100 Smart City, sebagai bagian mewujudkan mimpi bangsa menjadi digital nation. 

PERAN SENTRAL 

Lalu apa dan bagaimana isi dari konsepsi ‘Kota Digital’ ala Maurits-Hengky,  sepintas visi ini seperti terlihat sukit di-ejewantah, walau sesungguhnya dengan melihat dua fakta yang dipapar awal,  serta memperhatikan dengan seksama grand strategi yang terjabar dalam Visi-Misi serta Program Maurits Hengky, maka Kota Digital sebuah keniscayaan yang reasonable. 

Kata kunci dari bakal suksesnya perwujudan Kota Digital terletak pada kecakapan Maurits dan Hengky sebagai pengendali program (Pimpinan Daerah nantinya), keduanya memiliki kapasitas sumberdaya yang besar, ditopang jejaring partai, sinergitas dengan Pemerintah Pusat-Pemerintah Provinsi, serta tentu warga kota Bitung yang mengimpikan adanya kemajuan di segala lini, terutama peningkatan derajad hidup. Sinergitas kolaboratif ini modal segar dan besar Maurits dan Hengky. 


Pada porsi peran sentral Pimpinan Daerah, pernah diingatkan Kementerian Kominfo melalui Direktorat Layanan Aplikasi Informatika Pemerintahan (LAIP),  menjadi vital dalam membangun atmosfer yang baik bagi tumbuhnya smart city di daerahnya. “Semua kembali kepada pimpinan di daerah, di mana amanat rakyat ditumpukan kepada mereka untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemudahan mengatasi masalah yang ada,” tandas Direktur LAIP Kemkominfo Bambang Dwi Anggono.

Di sisi regulasi masa depan Kota Digital sangat terbuka, Pemerintah Pusat  banyak memberikan ruang, ada Peraturan Menteri Kominfo No. 8/2019 yang memberikan kesempatan daerah untuk bisa berinovasi dengan leluasa, Pemerintah juga mengeluarkan Perpres Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Perpres Satu Data Indonesia. “Selain itu semakin meningkatnya pengguna internet, semakin tumbuhnya e-commerce, dan munculnya talenta-talenta kreatif di Indonesia menjadi peluang bagi pembangunan kota pintar,” tandas Amggona.

PERSENYAWAAN YANG UNIK

Fakta tersebut di atas telah cukup lama dipelajari dan menjadi bahan kajian khusus Maurits Mantiri, sebelum tahapan Pilkada dilangsungkan ia menaruh minat besar bagi eksistensi kota berbasis digital. Sejumlah ivent dengan tema Smart City,  baik di luar negeri maupun di tingkat nasional ia ikuti dengan cermat,  sambil melakukan telaah dan proyeksi.

“Pemerintah kota Bitung banyak melakukan studi dan observasi terkait penerapan smart city di beberapa kota di Indonesia dengan harapan ke depannya kota Bitung bisa segera merealisasikannya," urai Maurits di forum The 4rd Conference on Innovation and Industrial Application (CINIA), konferensi untuk berbagi pengetahuan dan mendiskusikan inovasi dan trend terbaru untuk menghadapi tantangan- tantangan di masa yang akan datang serta mencari solusi yang diterapkan dalam pengembangan Smart City yang digelar di Hotel Sheraton, Surabaya, Selasa (27/11, 2018).

Cukup banyak bahan ajar yang direfleksikan Maurits Mantiri hingga kemudian dalam kontestasi Pilkada Kota Bitung, berpasangan dengan Hengky Honandar, keduanya ber-SEPAKAT- menjadikan (era) digital sebagai ‘back bond’, pembangunan kota Bitung manakala keduanya terpilih sebagai Walikota dan Wakil Walikota. 

Ada fakta menarik, tekad kuat Maurits mewujudkan Bitung sebagai kota digital  kenyataannya ikut memparalelkan spirit pembangunan gotong royong berbasis kelurahan. Dua anasir dari dua jaman yang berbeda dipadukan, Maurits menggabungkan energi modernis melalui pemanfaatan instrumentasi digital dengan pola tradisional gotong royong berbasis di lokus klasik ; kelurahan.

Persenyawaan yang unik namun strategis,  Maurits membaca dengan cerdas dan akurat saat mengawinkan daya era modern dengan tetap bertumpu pada nilai-nilai yang mentradisi melalui semangat gotong royong. Di sini letak kekuatan program visioner ini, ditambah dengan area garapan yang berpusat di wilayah kelurahan yang selama ini menjadi titik dinamika penduduk kota. 

“Konsep gotong royong sebagai budaya bangsa, menjadi pijakan utama yang harus ditanamkan kepada masyarakat untuk mewujudkan pembangunan yang diinginkan,”. 

BOTTOM UP-TOP DOWN 

Sebagai kota digital, masyarakat Bitung  akan dapat menikmati seluruh pelayanan pemerintahan yang berbasis digital atau online hingga pada tingkat kelurahan. Karenannya  turunan dari kota digital,  program pertama yang diwujudkan sebagai pemimpin daerah adalah, menyediakan 1.000 titik wifi di Bitung, diikuti pembagian fasilitas handphone (HP) Android kepada masyarakat.

(Hingga literasi ini dipublikasi (minggu ketiga November, 2020), program wifi ini telah dimulai berswadaya, bahkan terpasang sampai 162 titik, termasuk  telah menembus daerah blank spot Pinangunian yang selama ini terisolir dari lalulintas internet. Pemasangan titik-titik baru sampai kuota 1000 kelak tercapai, tentu saja program ini tetap di-menej memperhitungkan keseimbangan unit usaha mikro lainnya. 

Sarana telekomunikasi vital tersebut difasilitasi agar masyarakat mudah mengakses seluruh informasi termasuk memenuhi kegiatan belajar secara daring yang kini telah menjadi kebutuhan utama di era digitalisasi. Data di  tim riset Maurits menyebutkan ada sekitar 15.000 dari 63.000 keluarga di Bitung belum memiliki HP Android. ‘’Kebutuhan ini yang akan kami penuhi nanti jika terpilih sebagai pemimpin daerah,” kata Maurits.

Lebih lanjut dari 69 kelurahan di Bitung, tinggal 10   kelurahan yang blank spot atau belum ada jaringan internet. Ada proyeksi membuka komunkasi dengan PT Telkom tentang kemungkinan BUMD bisa terlibat untuk pembangunan tower guna memenuhi koneksi internet yang dibutuhkan.

Analisis potensi dan prospek yang matang sampai pada tersedianya jaringan telekomunikasi yang memadai, skema Kota Digital akan mampu membangun kelurahan hebat dengan konsep kelurahan digital di Bitung, di mana informasi tersedia 24 jam. Dengan fasilitas ini Maurits-Hengky memiliki daya jelajah dan coveran yang lebih luas, lugas serta tuntas, bersifat bottom-up terutama melayani komunikasi informasi dan pengaduan masyarakat baik melalui fasilitas SMS (short message service) dan WhatsApp. 

Di bagian lain skema top down juga dilaksanakan keduanya, dengan fasilitas ini, semua informasi dari pemerintah kota bisa langsung diterima masyarakat, sekaligus menjadi wadah seleksi kebijakan pemerintah kota apakah sudah tepat guna dengan kondisi masyarakat atau tidak. Salah satu ruang menjaga keseimbangan kinerja, ‘atas-bawah, bawah-atas’ dalam pola koordinasi dan pengawasan maka setiap tanggal 3 di setiap bulan akan ada live streaming dengan pemda atau pun dengan semua pejabat yang ada di level pemerintahan. 

“Di titik ini akan terungkap kondisi riil yang dialami, sehingga sejak awal semaksimal mungkin problem keseharian terdeteksi, dan secepatnya kami dapat melakukan pemetaan solusi’’ papar Maurits. 

Maurits haqul yakin,  pembangunan Kota Bitung dengan konsep ‘Bitung Hebat’, belum cukup mampu memperbaiki kehidupan rakyat Bitung, jika apa yang disebut “Kelurahan Hebat” tidak pernah tercapai dengan baik. “Karena itu, untuk memperbaiki pembangunan Kota Bitung haruslah kembali ke level paling bawah yaitu, membangun kelurahan yang hebat yang mampu eksis di tengah perubahan global,”. 

Konsep ‘Kelurahan Hebat’ dimulai dari menyamakan persepsi tentang pendidikan dengan semangat gotong royong dengan rasa nasionalisme yang tinggi dalam membangun kota Bitung. Instrumentasi ini juga bagian dari strategi mengentaskan kemiskinan, dengan cara masyarakat diberi akses luas mendapat informasi tentang semua perkembangan yang ada, di sini pasti akan terjadi respon yang memberi nilai tambah, di mana setiap pribadi  memiliki kans dan semangat untuk bangkit. 

MERAJUT KERUKUNAN YANG ASPIRATIF 

Bitung yang plural dan majemuk memberi pesan awal perlunya wahana untuk menjaga irama dan interaksi kehidupan warga kota Bitung, dalam bingkai Kota Digital, Maurits-Hengky juga fokus merajut kerukunan antarumat beragama. Selama ini, kata Maurits, tokoh agama lebih banyak berkumpul di level pemerintah kota, yang beragama kristen duduk sendiri dan yang muslim duduk sendiri, tak terpola silaturahmi yang akrab, dan ide serta gagasan untuk kebutuhan masyarakat pun tak tersalur dengan baik sampai ke level bawah.

Ke depan, difasilitasi  pola pertemuan dari level kelurahan, tak perlu ada pertemuan (tokoh agama) di level kota. Di level kelurahan karena jumlahnya sedikit, maka pasti akan terjalin silaturahmi komunikasi yang akrab, dan semua gagasan yang aspiratif akan lebih mudah dan cepat diaktualisasikan. 

Itulah sebabnya, tugas besar yang akan dikerjakan adalah membenahi seluruh perangkat di kelurahan mulai dari pegawainya, administrasi yang mudah dikontrol, serta semua fasilitas yang dibutuhkan untuk mewujudkan kelurahan digital dapat terpenuhi.

Proyeksinya, “Jadi di tingkat agamanya sudah mantap, tingkat komunikasi pemerintah dengan masyarakat mantap, maka kita akan memberikan level kecerdasan melalui televisi online atau melalui streaming di Facebook. Kami sudah pernah mengecek dan memang hampir semua masyarakat saat ini lebih menonton atau melihat FB dari apa yang ada di televisi,” 

USAHA MIKRO, TAK SEKADAR MIKRO

Bahwa usaha mikro tak lagi sekadar mikro, tema ini ikut distimuli Maurits-Hengky, seiring berposes kinerja di kelurahan, secara simultan pemberdayan bidang usaha mikro kecil menengah (UMKM) mulai digarap dengan memberikan ketrampilan dam membuka jaringan konsumen. Di banyak kesempatan saat melakukan observasi di lapangan Maurits telah mulai menyentuh para pelaku, melakukan dialog dan mempublish mereka di medsos pribadi. 

“Masyarakat Bitung banyak yang memiliki usaha rumahan yang prospektif, ada yang membuat roti enak, bakso, kue nugat yang kualitasnya sangat bersaing. Ini semua belum terpublikasi sehingga pemasaran produknya masih begitu lemah. Makanya kami tinggal meminta untuk dibuatkan sistem informasi pemasaran digital yang mudah diakses oleh konsumen,”.

MEMBENAHI PERANGKAT KELURAHAN

Intinya program kelurahan digital itu sangat realistis diwujdukan, program ini akan mudah berkembang mengingat pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah menyampaikan kesiapan dana sekitar Rp 30 triliun untuk menopang pengembangan kelurahan digital. 

Dan yang menjanjikan bahwa kelurahan digital itu semangat dan coraknya telah dimulai sentuhannya oleh Maurits. “Ini merupakan kesempatan berarti bagi kami, paling tidak sudah memulai dari hari ini,” katanya.

Itulah sebabnya, tugas besar yang akan dikerjakan adalah membenahi seluruh perangkat di kelurahan mulai dari pegawainya, administrasi yang mudah dikontrol, serta semua fasilitas yang dibutuhkan untuk mewujudkan kelurahan digital dapat terpenuhi. 

Termasuk memfungsikan para THL (Tenaga Harian Lepas) sesuai dengan levelitas jenjang pendidikan, kapasitas mereka dikomparasi dengan unit kerja teknis yang ada di kelurahan. Jika kemudian tersampaikan oleh Maurits tentang THL berbasic sarjana, ini bagian dari satu konsep kerja yang harus ditelaah secara utuh dan komprehensif, akan ada desain tentang skema perekrutan dan penempatan. Di sisi yang lain, kebutuhan pemberdayaan SDM kelurahan secara bersamaan akan dilakukan gradual dan berkesinambungan.

SELARAS DARI PUSAT SAMPAI DAERAH

Bahwa kemudian adanya hypotesis tentang efektivitas tata kelola pemerintahan daerah  ikut ditentukan oleh liniernya garis koordinasi dengan pemerintah pusat dan provinsi, pemahaman itu pula yang  ikut didudukkan oleh Maurits-Hengky dalam manajemen taka kelola Bitung kota digital.

Penggaungan visi MM-HH ; Terwujudnya kota Bitung yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkarakter, Berlandaskan Gotong Royong, diakui merupakan penjelmaan dan penyelarasan dari Visi pemerintahan Jokowi Amin yakni ; Terwujudnya Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong royong, dan hasil sinkronisasi dari visi Gubernur-Wakil Gubernur Sulut Olly-Steven, yaitu ; Terwujudnya Sulut yang berdikari dalam ekonomi, berdaulat dalam politik, dan berkepribadian dalam budaya. 

Selaras dari Pusat, Provinsi hingga Kota, pola sinergi ini akan memudahkan menindaklanjuti komunikasi dan koordinasi berjenjang. Akses yang terbuka dari dan ke Pemprov dan Pusat  memberi peluang besar, bagi penggarapan dan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan dalam berbagai dimensi kegiatan. 

GLOBAL ENTITAS LOKAL 

Pada akhirnya kota digital Maurits-Hengky sebuah keniscayaan, satu bangunan dengan corak arsitektur global namun tetap mempertahankan ornamen dan interior entitas lokal yang kuat. Saat era global terus berkelindan, tak ada pilihan lain kecuali melakukan adaptasi dan menyiapkan diri. 

Kota Bitung terletak di beranda pacific yang menghubungkan ke matra internasional, menerima limpahan dampak besar dari berbagai waham dan paham mainstream dunia di mana dunia nyaris tanpa sekat, tanpa batas lagi. Dalam kesadaran dan tanggung jawab sebagai putra daerah, Maurits-Hengky mahfum tentang apa yang semestinya dilakukan di kota Bitung, kota rumah kita bersama.

Rumah yang (akan) dibangun dengan semangat gotong royong, rumah yang memberi ruang besar bagi terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa, dengan perangkat yang berorientasi pada pelayanan berbasis kelurahan,  dengan semua potensi lokalitas yang diberdayakan berjenjang,  tempat di mana usaha rumahan mendapatkan kesempatan menjajakan hasil lebih terbuka, rumah majemuk untuk semua umat, rumah di mana semua terjembatani dengan instrumentasi komunikasi yang efektif-efisien, rumah yang kelak meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan warga.  

Itulah rumah kita, rumah orang Bitung. Salam sehat, salam maju, salam kemenangan. Mau Melayani Hari-Hari. (*)