Iklan

January 30, 2021, 21:53 WIB
Last Updated 2021-01-31T05:53:57Z
BitungUtama

Romantika Kerja Korneles Lupa, 34 Tahun Setia Mengawal Mercusuar (2/Habis)


Caption : Bersama isteri Dortji Baramuli, anak Santos dan Miquela 


" Hidup Jauh Dari Keluarga, Acap Diintai Maut demi Keselamatan Orang Banyak… ..."

Jika dihitung jumlah tahun pengabdian dan banyaknya lokasi mercusuar yang dijaga Korneles Lupa, maka jam terbang suami Dortji Baramuli ini terbilang tinggi. 34 tahun dalam dinas berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya, dengan total 16 mercusuar dari 24 yang ada, atau lebih separuh lokasi wahana keselamatan pelayaran laut, telah diakrabi Korneles. 

Kepada media ini, ia mengaku tak mudah menjalankan tugas tersebut, karena kondisi tempat kerja yang selalu boleh dikata ‘terasing’ baik dari keluarga maupun orang kebanyakan. Namun Korneles mengaku, harus selalu siap dengan kenyataan yang ada.

‘’Ini juga sekali lagi menyangkut nyawa orang banyak, jadi memang kami harus selalu siap, mau apa lagi, sudah seperti ini, dan lama-kelamaan saya terbiasa begitupun keluarga’’ akunya.

Perkara jauh dari keluarga ini diakui menjadi tantangan terbesar, karena dengan sendirinya pun, banyak moment penting yang harus dilalui dengan berjauhan.  Baik sedang beracara suka ataupun susah, termasuk sudah membiasakan diri jika di bulan Desember tak berkumpul dengan keluarga. 

Ayah Chris, Jefry, Santos dan Miquela ini mengaku sering tak ber-natal dan tahun baru bersama keluarga. Memang terasa lain, namun dengan mengingat tanggung-jawab yang dipundakkan oleh negara dalam hal ini jawatan kantor tempat ia bekerja, maka berbagai tantangan itu dapat diselamai dan dimaknai. ‘’Syukur isteri, anak-anak semua dapat mengerti, meski memang tak mudah tetapi kami selalu berusaha dapat mengenali keadaan yang ada’’ kata lelaki yang memiliki hoby music dan punya kecakapan dii bidang elektronik ini. 

Berbagai situasi sulit pernah ia rasakan, di antaranya bekerja di pulau tanpa penghuni ini yang dialami di Pondang, Hulawa, Salando, Buang-buang. Pernah sakit dan harus berjuang untuk sembuh, acap kesulitan air bersih dan maksimal survive dengan air hujan. 

‘’Pernah kehabisan  air di tanjung Kandi, harus naik perahu kecil menyusur pantai, pakai katinting  dengan jarak 7-8 kilo, juga pernah tenggelam karena ada tanjung yang berbahaya’’ kisah Korneles.

Komunikasi juga terbatas, menjadi penjaga menara suar, suka duka tak lagi menjadi masalah, meski sering sendiri saat teman-teman pulang satu bulan dua bulan. Korneles mengaku Tuguan paling angker dan paling sulit dijangkau. ‘’ Keselamatan orang banyak, keselamatan pelayaran, dan komit pada tanggung-jawab, selain itu ikut irama hidup dan berserah kepada Tuhan’’ sebutnya. 

Meski terbilang lama dan panjang, namun Korneles tetap dapat mengingat dengan runut, periode waktu kerja di tiap lokasi mercusuar yang ia jaga. Berikut data kronologis pengabdian Korneles; 1986, pemutasian pertama  di Marore perbatasan Filipina, tiga bulan di Marore pindah di Miangas paling ujung utara kepulauan Indonesia. 1987 pindah ke,  baru pindah ke Tuguan Sulawesi Tengah, satu tahun setengah, pindah ke bagian tenggara Luwuk Pulau Buang-buang , ini pulau kecil, ada kenangan indah anak kedua lahir di pulau ini. 1987  sempat Pulau Selando Toli-toli. 

Pindah Ke Bitung 1988  balik lagi ke kantor,namun hanya selang tiga bulan, ditugaskan lagi ke Miangas, dan kemudian balik lagi Talise, agak lama di Talise. Tahun 1989 ke Ambora Talaud, satu tahun di sisni, tahun 1990 ke Palu Mercusuar tanjung Manimbaya, balik ke perbatasan Miangas 1990, ke Leok Tanjung Kandi Buol, ke Kuandang Gorontalo Menara suara Hulawa, 1995. 

1996 balik ke kantor Bitung, 1997 balik lagi Talise Miangas, 1998 ke Batang dua Pulau Mayu Tipure tiga tahun. 2001 ke balik kantor namun di tahun itu juga balik lagi Talise. 2006 balik Bitung,  2007 balik lagi ke Miangas. Dari Miangas ke Talise 2007, sedang 2008 balik ke Bitung. 2009 di Menara suara Matutuang Marore Sangihe, balik Bitung 2010 sempat ke Makalehi. 

Dari Makalehi ke Talise, Baru 2011 pindah ke Mercusuar Kabaruan Talaud. 2012 ke Pulau Tuguan Sulawesi tengah, ke Marore 2012, pindah Bitung 2013. Sempat mengikuti ujian Dinas di Ujung Pandang 2014. Balik Bitung 2014, balik Pulau Marampit  Talaud 2014-2017. 

Kemudian balik Talise 2017-2019, ke Pulau Pondang Gorontalo Timur  Mercusuar Pondang 2019-2020. Ini etape terakhir, karena terhitung 1 Desember 2020, Korneles pension dari masa dinasnya yang panjang. 

Ia mengaku bangga dan puas,  oleh kemurahan Tuhan ia dapat menyiapkan kehidupan di hari tua. Ada rumah yang cukup besar di Bitung, dan empat anak semua dapat sekolah bahkan kuliah. Saat ini ia memilih mendekatkan diri dengan kegiatan rohani, aktif di Jemaat GMIM Genesaret Pateten, khususnya bersama anggota kolom 3. 

‘’Sekarang waktu lebih banyak dengan keluarga dan ikut ibadah-ibadah yang ada di jemaat kami’’ pungkasnya.(***)