![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxh2VdnV8gkVkiULcThFn5-l5PE34EHOulK0QLLBATEqLZqYkYRhE4wNwxnwXKSgUVkKtdZrFFRlX4z5ITZs-d_r2ktJVuAXEp8DgGFyOmCNIIxFYNKAfhFVC-qkOtX9jilPXVE_hQZq9L1_MuOGnzsXkd9qI9UgecrqiluyoaBV8niSaYPg1GPNc6/s400/Jurnal%20Manado%2020220616_112836.jpg)
JurnalManado - Pada awal diskusi publik yang bertajuk Tren dan Tantangan Pileg dan Pilkada Serentak di Sulawesi Utara (Sulut) sebagai penggagas diskusi publik
Direktur Politician Academy, Bonggas Chandra.
Kapolda Sulut, Irjen Pol Setyo Budiyanto sebagai keynote speaker "Mengutip Ketua KPU, sejatinya Pemilu itu konflik yang dilegalkan karena memperebutkan kekuasaan,"
mengajak partai politik (Parpol) dan bakal cslon legislatif (caleg) dapat menciptakan politik sehat di Pemilu 2024 nanti.
Kapolda mengatakan, untuk mewujudkan Pemilu yang sehat maka kontestannya harus berpolitik cercas. "Kontestan harus paham aturan," kata Kapolda.
Dari kacamata keamanan, Kapolda menegaskan, peserta Pemilu dilarang melakukan black campaign, politik uang, isu SARA dan hoax.Selain itu, politik identitas, demo unjuk rasa dan disintegrasi politik.
Sementara itu Ketua KPU Sulut Meidy Y Tinangon dalam diskusi publik memberikan materi terkait pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) dan pemilihan calon legislatif (caleg) 2024 dan pemilu Tahun 2019 lalu waktu itu, proses pemilihan saat pandemi covid 19.
Tinangon.memberikan gambaran yang diantisipasi pada pelaksanaan pemilu Tahun 2024 salah satu contoh yang akan dihadapi adalah menyangkut penyampaian informasi kepada publik, karena saat ini era digital perkembangan media sosial (medsos) yang mendominasi dengan pesat, untuk itu harus disiapkan langkah-langkah mengatasi akan hal itu.
Tinangon menguraikan pelaksanaan Tahun 2019 lalu ada banyak hal yang terjadi banyak kertas suara yang rusak. Karena tingkat partisipasi masyarakat waktu itu tinggi melampaui target nasional. Disamping ada beberapa lokasi yang dilakukan pemilihan ulang atas rekomendasi Bawaslu.
Ditempat yang sama Direktur Politician Academy, Bonggas Chandra. Sebagai penggagas diskusi publik yang di gelar Rabu (29/3/2023) menyampaikan data dan pengalaman dalam.memenangkan kandidat calon gubernur, maupun pemilihan kepada daerah saat Pileg dan Pilkada.Istilah sulit mengalahkan petahana atau incumbent di perhelatan pemilu dinilai hanya mitos saja.
“Kalau baru akan maju di pileg, biasanya berpikir bahwa petahana itu kuat. Atau sulit mengalahkan petahana. Ternyata menurut saya ini hanya mitos,” kata Bonggas kepada wartawan.
Dijelaskannya, hal ini dilihatnya lebih menjadi mitos karena ternyata yang namanya petahana terpilih kembali peluangnya kecil sekali.
“Jika melihat hasil pileg yang lalu di tingkat provinsi (DPRD), hanya 16 petahana yang bertahan dari 45 kursi. Artinya hanya di angka 35,56 persen.
Padahal dianggap petahana itu kuat sekali. Sudah punya gaji, diberikan program, dikasi pokir, dibiayai APBD dan segala macam.
Tapi kok tak bisa di atas 80 persen. Harusnya lebih kaya, 80 persen dan muda terpilih kembali.Tapi ternyata tidak. Di Sulsel saja, di bawah 30 persen,” ucapnya. (tino)