Iklan

July 17, 2024, 09:20 WIB
Last Updated 2024-07-17T16:20:39Z
DinamikaMitra

Isi Piringku : Tangani Wasting Agar Tidak Stunting


Jurnal,Mitra - Tema dalam Memperingati Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) ke 31 Tahun 2024 adalah: ”Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas”. Keluarga merupakan penentu dan kunci dari kemajuan suatu negara, dan mempunyai peranan penting dalam upaya memantapkan ketahanan nasional dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Karenanya, pemerintah saat ini tengah bekerja keras untuk menyiapkan keluarga Indonesia yang berkualitas dan memiliki daya saing. Dari keluargalah kekuatan dalam pembangunan suatu bangsa akan muncul.


Di Kabupaten Minahasa Tenggara peringatan HARGANAS ke 31 Tahun 2024 akan diperingati pada tanggal 18 – 19 Juli 2024 di Taman Kota Tombatu. Harganas dimaksudkan untuk mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya di Kabupaten Minahasa Tenggara bahwa keluarga diharapkan menjadi sumber yang selalu menghidupkan, memelihara dan memantapkan serta mengarahkan kekuatan tersebut sebagai perisai dalam menghadapi persoalan yang terjadi. Dari keluargalah kekuatan dalam pembangunan suatu bangsa akan muncul, menentukan kualitas sumber daya manusia. Sebagai unit terkecil sebuah bangsa, kalau keluarganya bagus maka negara akan bagus. Jadi, betapa pentingnya suatu keluarga. 

Menyiapkan keluarga yang berkualitas dimulai sejak prenatal (masa sebelum kehamilan), masa kehamilan, dan masa 1000 hari pertama kehidupan manusia. Pemerintah telah mengintervensi terutama perhatian pada remaja putri. Perhatian tersebut dengan memberikan tablet tambah darah untuk memastikan mereka betul-betul sehat dan kelak setelah menikah siap hamil, bimbingan perkawinan bagi calon pengantin, cek kesehatan sebelum menikah, cek HB darah, cek lingkar lengan, dan memberikan gizi untuk ibu dan bayi sampai 1000 hari pertama kehidupan. Dalam keluarga, ibu menjadi inti dari keluarga. Ibu berperan dalam pembentukan akhlak anak-anaknya. Perempuan tiangnya negara. Kalau perempuan terpelihara dan dirawat dengan baik dan bisa berperan dengan baik, maka akan kokoh negara ini.

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) memiliki tanggung jawab besar dalam mengawal semua upaya dan intervensi yang dilakukan dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas dan berdaya saing, serta mengawal upaya dalam percepatan penurunan stunting. Menurut Helny Ratuliu, selaku Kepala Dinas P2KB Kabupaten Mitra, bahwa dari hasil survei kesehatan Indonesia, Kabupaten Minahasa Tenggara mengalami penurunan dari 26 persen, sekarang turun di angka 15 persen. Begitu juga dengan jumlah anak stunting melalui pengukuran di Puskesmas angka balita Stunting di Kabupaten Mitra berkurang,” 

Stunting adalah suatu kondisi dimana anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya sebagai akibat dari masalah gizi kronis yaitu kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama. Kejadian stunting di Indonesia merupakan masalah yang serius dan dapat membahayakan generasi bangsa, dan diperlukan perhatian serta penanganan yang tepat. Dari data hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019, angka kejadian stunting di Indonesia sebesar 27,7%. Berarti bahwa terdapat satu dari empat anak balita sekitar lebih dari delapan juta anak di di Indonesia menderita stunting. Presiden Jokowi menargetkan prevalensi stunting Indonesia di angka 14 persen pada tahun 2024

Dalam jangka pendek, pada kasus stunting akan menyebabkan kegagalan dalam pertumbuhan anak atau balita, mengalami hambatan dalam perkembangan kognitif dan motorik dari anak, dan tinggi badan yang rendah serta gangguan kesehatan lainnya. Sedangkan dalam jangka panjang, akan menyebabkan turunnya kapasitas intelektual atau kecerdasan pada usia dewasa sehingga menyebabkan produktivitas yang rendah.

Pandangan masyarakat awam bahwa stunting disebabkan oleh kurang gizi atau gizi buruk sudah tidak relevan lagi saat ini. Stunting merupakan akumulasi dari berbagai penyebab yang telah terjadi pada seluruh aspek kehidupan pada individu atau keluarga penderita stunting. Maka dari itu, penanganan stunting di Indonesia saat ini juga telah berfokus pada 2 (dua) intervensi yaitu intervensi spesifik berkaitan langsung dengan kesehatan misalnya asupan makanan, gizi ibu, penyakit, dan intervensi sensitive yaitu intervensi yang tidak berkaitan langsung misalnya saja air minum dan sanitasi, pelayanan gizi dan kesehatan, edukasi, perubahan perilaku dan akses terhadap pangan.

Risiko stunting dapat dikurangi dengan asupan nutrisi yang cukup. Dilansir dari halaman resmi UNICEF, anak membutuhkan sekitar 40 jenis nutrisi berbeda untuk pertumbuhan optimal. Pencegahan stunting terbaik sebaiknya dilakukan pada masa awal kehamilan. Orang tua disarankan untuk mulai menerapkan pola makan seimbang dan gaya hidup sehat sedini mungkin. Dari awal masa kehamilan, pencegahan stunting dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan zat besi dan asam folat untuk ibu.

Di dalam benak saya, tergambar bayangan anak-anak di kampung-kampung yang kaya akan sumber daya alam, tetapi menyimpan ironi. Perhatikan, anak-anak yang seusia, murid-murid sekolah dasar atau anak sekolah menengah pertama tampak kurus. Ini pertanda anak-anak ini mengalami kondisi gizi kurang atau gizi buruk, atau dikenal dengan istilah wasting atau terlalu kurus untuk tinggi badannya.

Di Indonesia, satu dari 12 anak balita mengalami wasting. Sebagai salah satu bentuk kekurangan gizi di kalangan balita, wasting adalah ancaman yang signifikan terhadap kemampuan anak bertahan hidup, bertumbuh, dan berkembang. Ciri anak balita yang berisiko wasting, seperti tampak kurus, hasil pengukuran lingkar lengan atas (LILA) berwarna merah (<11,5 cm) atau kuning (11,5 cm – 12,4 cm), dan ada bengkak pada kedua punggung kaki. 


Sarapan sehat mungkin terdengar asing di telinga. Menu "Isi Piringku" - saran penyajian untuk pola makan sehat dan bergizi seimbang, mungkin dianggap mewah yang sulit dijangkau oleh keluarga. “Isi Piringku" adalah salah satu model kampanye yang menekankan pentingnya mengonsumsi makanan seimbang dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh, terjangkau, kaya gizi dan disesuaikan dengan kondisi di kampung. Sarapan sehat tidak harus sama dengan yang dipertontonkan di televisi. Ada banyak bahan-bahan pangan lokal bergizi yang ada di halaman belakang rumah/kebun atau di pasar sekitar. Dengan kebiasaan makan baru itu, anak-anak menjadi semakin semangat belajar, lebih mudah mengikuti proses pembelajaran dan lebih aktif mengikuti berbagai kegiatan di sekolah atau di gereja. 


Pada 2022, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri - mengeluarkan Keputusan Bersama untuk mengatasi kekurangan gizi, kelebihan gizi dan defisiensi mikronutrien, yang akrab dikenal dengan 'tiga beban gizi ', di kalangan remaja. Ini mewajibkan seluruh sekolah menengah di Indonesia untuk melaksanakan program “tiga beban gizi”. 

Seluruh sekolah yang ikut serta dalam program dan mengikuti pelatihan didorong untuk bisa menyediakan sarapan sehat serta memasukkan pendidikan gizi untuk meningkatkan kesadaran dan mengubah perilaku. Selain itu, sekolah juga dapat melaksanakan program sarapan sehat dengan melibatkan masyarakat sekitar, mempersiapkan makanan yang mengikuti saran "Isi Piringku", sehingga diharapkan dapat menikmati petualangan sehari-hari untuk sarapan, bersama-sama mengupayakan keseimbangan bahan-bahan lokal dan bergizi yang tersedia di kampung masing-masing dan sesuai dengan isi kantong keluarga. 


Penulis 

Ronny Soputan Staf Khusus Bupati Minahasa Tenggara.