Iklan

February 6, 2014, 08:17 WIB
Last Updated 2014-02-06T16:17:30Z
Hot

Belajar Dewasa, Gadis Perawan dikirim ke Camp Free Sex

Jakarta,Jurnal-Anak-anak semuda sepuluh tahun dikirim ke kamp-kamp pengujian di Malawi untuk diajarkan bagaimana melakukan hubungan seks, dan dalam beberapa kasus mereka kehilangan keperawanan. Para gadis remaja ini diberitahu oleh keluarga mereka untuk menghadiri sebuah kamp dengan teman-teman mereka. Tetapi ketika mereka tiba, mereka diperlihatkan bagaimana berhubungan seks dan dikatakan mereka harus kehilangan keperawanan mereka sesegera mungkin atau mereka akan menderita penyakit kulit, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Kamis (6/2). Praktik mengerikan ini bukanlah hal baru. Ini adalah sebuah ritual dihormati secara turun temurun dan para gadis dikirim oleh keluarga mereka ke kamp untuk memastikan agar mereka diterima ke dalam komunitas mereka sebagai orang dewasa. Ketika dia berusia sepuluh tahun, Grace dikirim ke sebuah kamp pengujian terletak tidak jauh dari rumahnya di wilayah Golden Village, di mana Grace tinggal bersama neneknya, seperti dikutip CNN. Selama sepekan dia tinggal, Grace mengatakan dia diajarkan tentang menghormati orangtua dan melakukan pekerjaan rumah tangga serta bagaimana berhubungan seks dengan wanita yang memimpin kamp dikenal sebagai wanita pria, atau anamkungwi, yang berarti 'pemimpin kunci'. Dia mengatakan kepada sekelompok wartawan mengunjungi Malawi bersama Yayasan Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa para perempuan ditunjukkan posisi seksual dan mendorong para gadis untuk melakukan 'pembersihan seksual, disebut juga 'kusasa fumbi', yang berarti mereka harus menyingkirkan pengalaman mereka terhadap seks melalui praktik. "Anda harus menari dan ada seorang pria di atas Anda, dan Anda harus membuatnya bahagia," kata Grace. Grace mengatakan dia tidak diberitahu tentang risiko kehamilan, penyakit seks menular, atau bagaimana untuk melindungi dirinya sendiri. Dia juga dilarang menggunakan kondom, meskipun Grace tidak menolak untuk melakukan pembersihan seksual. Joyce Mkandawire, penasihat komunikasi untuk Jaringan Pemberdayaan Perempuan, mengatakan banyak anak-anak perempuan sering tidak diberi pilihan dan kadang-kadang pria dewasa (dikenal sebagai hyena) dipekerjakan oleh para orangtua gadis itu sendiri. "Seekor hyena beraktivitas di malam hari. Demikian juga, para pria hyena ini, mereka datang pada malam hari ke tempat tidur para gadis," jelas Mkandawire. "Para gadis bahkan tidak tahu siapa 'hyena' yang datang untuk berhubungan seks dengan mereka." Malawi, seperti banyak negara di Selatan Afrika lainnya sedang menghadapi krisis AIDS, yang setidaknya telah diidap setengah juta anak-anak sejauh ini. Selama upacara pengujian, banyak perempuan harus melakukan hubungan seks tanpa pelindung dengan seorang pria untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi masa kewanitaan. Tanpa menjalani proses ini, seorang gadis akan dianggap sebagai seorang anak-anak dan karena itu dia tidak bisa menikah. Harriet Chanza dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kepada majalah The Atlantic bahwa di banyak masyarakat agraris, tidak ada istilah masa remaja. "Anda hanya akan dianggap sebagai seorang anak-anak atau orang dewasa." Dia mengatakan beberapa orangtua mungkin benar-benar menginginkan agar putri-putri mereka hamil di usia muda. Malawi menempati posisi ke-10 sebagai negara dengan tingkat pernikahan anak-anak tertinggi di dunia. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 14,2 juta anak perempuan di bawah usia 15 tahun dipaksa menikah saban tahunnya. "Perkawinan anak-anak adalah sebuah pelanggaran mengerikan terkait hak asasi, dan merampas hak gadis-gadis untuk mendapat pendidikan, kesehatan dan prospek jangka panjang," jelas Direktur Eksekutif Dana Penduduk Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA), Babatunde Osotimehin.(mdk)