Iklan

February 1, 2014, 21:38 WIB
Last Updated 2014-02-02T05:38:01Z
Hot

Kau Gadai Cintamu Karena Dogma

Tak kusangka pertemuan denganmu antarkan alam pikiranku ke masa itu…..
Pedih, perih kembali terasa…..
Sayang, rindu bercampur aduk kembali hantui kalbu…..
Tak pernah berubah…..
Itulah kata yang terucap saat ku tatap matamu….
Senyum diantara tangisanmu menguak tabir kehidupan yang kau jalani setelah kita berpisah….
Ku tahu…..
Kurasakan….
Tapi ku tak mampu mengobati semuanya…..
Ku tak sanggup hapus kisahmu…..
Memoriku…. Kenapa kau mengingatkan kembali semuanya….
Kenapa kau tak bisa pergi meninggalkan diriku….
Kenapa??? Dan segudang tanya…. Entah….
Masa lalu itu…. Saat pertama kita bertemu, saat ungkapan kata satukan bahasa tubuh kita, dan saat hati terungkap dengan lisan untuk satukan dalam bingkai cinta.
Tapi entah kenapa semuanya harus berakhir hanya karena perbedaan pandangan orang tuamu yang terpatri erat masalah bibit dan bobot.
Dadang seorang pemuda kampong yang hanya mencintai seorang gadis dari kampong yang sama namun harus terpisah karena dogma.
“Ibu tak melarang kalian menjalin hubungan pertemanan, tapi jangan lebih dari itu sebab kalian tidak berjodoh. Ame telah memiliki pasangan hidupnya. Pasangan yang dari keturunan yang sama, jika kamu menyayanginya maka bebaskanlah dia dari belenggu hatimu dadang.” ucapan ibumu bak petir yang menghanguskan hati. Tak sepatah katapun mampu ku jawab. Diam, pedih, perih, tak tau harus berbuat apa. Kaupun kaku, derai air mata yang menetes dipipimu dibalik tirai kau sembunyikan untuk obati kegundahan.
Langkahku lunglai. Kususuri setiap lorong untuk mencari pembenaran dogma dari orang tuamu. Haruskah kita hidup dengan batasan bibit, bebet dan bobot. Benarkah manusia tercipta dengan perbedaan. Benarkah ada perbedaan darah ditubuh kita masin-masing?... kenapa??
Hingga kita bertemu kembali di kota itu, ingin ku peluk, ku dekap dan kucurahkan semua rasa yang telah sekian tahun terpendam.
“Sudah sekian tahun dang, tapi kamu tak berubah masih seperti dulu,” ucapmu.
“Saat itu aku tak bisa berbuat apa-apa,”sambungmu sambil meneteskan air mata.
“ Semua telah berlalu, biarkan berlalu bersama angin, biarkan kisah kita terbang hingga tak lagi terasa dihatiku dan hatimu,” kataku.
Benarkah aku katakan?” betulkah perasaanku. Atau hanya karena keegoisan hatiku menyembunyikan perasaan itu. Kau datang, temuiku dengan segala kerinduan yang kau bawa. Kenapa aku bertindak bodoh padahal ini yang ku harapkan…dirimu…..
“Maafkan aku dang, maafkan semuanya. Dang..tak sedikitpun terhapus dari hatiku tentangmu. Kau telah belenggu hatiku dengan cintamu hingga saat ini aku berdiri didepanmu dan hingga waktu ini tak lagi berputar untukku,” kata-kata terkahirmu sambil kau langkahkan kakimu meninggalkan diriku kembali dalam kesendirian.
Oh… Tuhan kenapa aku hanya terkaku berdiri di sudut jalan dan menatapmu pergi. Kenapa tak kuasa aku mengejarmu. Kenapa aku tak berbuat lebih sebab ku tahu hidupmu hampa tanpa ku. Aku tegar, aku kuat karena hidup adalah pilihan dan inilah pilihanku. Aku ikhlaskan semuanya.(why)
Tulisan ini diangkat dari kisah nyata seseorang.