Tak kusangka pertemuan denganmu antarkan alam pikiranku ke
masa itu…..
Pedih, perih kembali terasa…..
Sayang, rindu bercampur aduk kembali hantui kalbu…..
Tak pernah berubah…..
Itulah kata yang terucap saat ku tatap matamu….
Senyum diantara tangisanmu menguak tabir kehidupan yang kau
jalani setelah kita berpisah….
Ku tahu…..
Kurasakan….
Tapi ku tak mampu mengobati semuanya…..
Ku tak sanggup hapus kisahmu…..
Memoriku…. Kenapa kau mengingatkan kembali semuanya….
Kenapa kau tak bisa pergi meninggalkan diriku….
Kenapa??? Dan segudang tanya…. Entah….
Masa lalu itu…. Saat pertama kita bertemu, saat ungkapan
kata satukan bahasa tubuh kita, dan saat hati terungkap dengan lisan untuk
satukan dalam bingkai cinta.
Tapi entah kenapa semuanya harus berakhir hanya karena
perbedaan pandangan orang tuamu yang terpatri erat masalah bibit dan bobot.
Dadang seorang pemuda kampong yang hanya mencintai seorang
gadis dari kampong yang sama namun harus terpisah karena dogma.
“Ibu tak melarang kalian menjalin hubungan pertemanan, tapi
jangan lebih dari itu sebab kalian tidak berjodoh. Ame telah memiliki pasangan
hidupnya. Pasangan yang dari keturunan yang sama, jika kamu menyayanginya maka
bebaskanlah dia dari belenggu hatimu dadang.” ucapan ibumu bak petir yang menghanguskan
hati. Tak sepatah katapun mampu ku jawab. Diam, pedih, perih, tak tau harus
berbuat apa. Kaupun kaku, derai air mata yang menetes dipipimu dibalik tirai
kau sembunyikan untuk obati kegundahan.
Langkahku lunglai. Kususuri setiap lorong untuk mencari
pembenaran dogma dari orang tuamu. Haruskah kita hidup dengan batasan bibit,
bebet dan bobot. Benarkah manusia tercipta dengan perbedaan. Benarkah ada
perbedaan darah ditubuh kita masin-masing?... kenapa??
Hingga kita bertemu kembali di kota itu, ingin ku peluk, ku
dekap dan kucurahkan semua rasa yang telah sekian tahun terpendam.
“Sudah sekian tahun dang, tapi kamu tak berubah masih
seperti dulu,” ucapmu.
“Saat itu aku tak bisa berbuat apa-apa,”sambungmu sambil
meneteskan air mata.
“ Semua telah berlalu, biarkan berlalu bersama angin,
biarkan kisah kita terbang hingga tak lagi terasa dihatiku dan hatimu,” kataku.
Benarkah aku katakan?” betulkah perasaanku. Atau hanya
karena keegoisan hatiku menyembunyikan perasaan itu. Kau datang, temuiku dengan
segala kerinduan yang kau bawa. Kenapa aku bertindak bodoh padahal ini yang ku
harapkan…dirimu…..
“Maafkan aku dang, maafkan semuanya. Dang..tak sedikitpun
terhapus dari hatiku tentangmu. Kau telah belenggu hatiku dengan cintamu hingga
saat ini aku berdiri didepanmu dan hingga waktu ini tak lagi berputar untukku,”
kata-kata terkahirmu sambil kau langkahkan kakimu meninggalkan diriku kembali
dalam kesendirian.
Oh… Tuhan kenapa aku hanya terkaku berdiri di sudut jalan
dan menatapmu pergi. Kenapa tak kuasa aku mengejarmu. Kenapa aku tak berbuat lebih
sebab ku tahu hidupmu hampa tanpa ku. Aku tegar, aku kuat karena hidup adalah
pilihan dan inilah pilihanku. Aku ikhlaskan semuanya.(why)
Tulisan ini diangkat dari kisah nyata seseorang.