
Jurnal,Manado-Rencana pembuatan jalur Manado-Tomohon ternyata sudah sejak 2012. Namun disayangkan temrjadi persoalan pembebasan lahan dimana warga sekitar mematok harga terlalu tinggi sehingga dana yang telah dikucurkan lewat APBN dikembalikan lagi ke pusat.
“Harusnya pada waktu itu, ruas jalan diperlebar menjadi 22 meter, namun karena harga lahan dari masyarakat terlalu tinggi sehingga dibatalkan oleh pusat. Sekarang akibatnya masyakrat sendiri yang rasakan. Seharusnya lahan untuk kepentingan umum, harusnya masyarkat anggaplah berderma,” ujar Anggota DPR-RI, Yastie Soeprejo, Rabu (5/02), saat melakukan kunjungan di tinoor.
Kepala Balai Jalan dan Jembatan, Oni Wenur saat ditanyai terkait rencana jalan Manado-Tomohon menjelaskan, jalur tersebut sudah dua tahun diprogramkan untuk pelebaran kapasitas sebab kondisi jalan sekarang ini tidak memenuhi syarat terhadap design, antara lain banyak daerah-daerah yang terlalu pendek jarak tikungan jalan dan perlu ditingkatkan.
Ia mengakui bahwa program tersebut tidak berjalan karena terkendala dengan relokasi lahan. Padahal menurutnya, program tersebut bertujuan untuk menghindari tana longsor.
“Program yang lalu bukan pelebaran tapi untuk dibuat agar terhindar dari bahaya tanah longsor seperti sekarang ini,” papar wenur.
Bukan itu saja, setelah di lakukan penelitian kata Wenur, pada renstra 2015, jalur Manado-Tomohon akan diperpendek. Awalnya dari titik 0-18 Km, nantinya akan menjadi 0-15 Km.
“ini menghemat jarak tempuh 3 Km. Untuk waktu tempuh bisa 10 menit dengan kecepatan 60/km,” jelasnya. Dengan musibah tanah longsor ini maka merupakan moment yang tepat untuk langsung dibuat pelebaran,” tadas wenur.(man)