Iklan

April 18, 2014, 02:45 WIB
Last Updated 2014-04-18T09:45:13Z
Pendidikan

Israel Tolak Bagi Wilayah Dengan Palestina

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry belakangan bolak balik ke Timur Tengah buat menghidupkan kembali perundingan Palestina-Israel. Lagi-lagi upaya kesekian kalinya sekutu istimewa negara Zionis itu mandek.

Kerry mengutak-atik isu paling sensitif dalam sejarah sengketa dua pihak. Dia mengusulkan Yerusalem dibagi dua: sebelah barat untuk Israel dan bagian timur menjadi ibu kota negara Palestina.

Tentu saja gagasan Kerry ini menyengat elite-elite politik Israel. "Israel tidak akan dibagi dua selama saya menjadi perdana menteri," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam wawancara khusus dengan stasiun televisi Channel 2, seperti dilansir surat kabar the Times of Israel awal tahun lalu.

Israel telah mencaplok Yerusalem setelah menang dalam Perang Enam Hari, Juni 1967. Knesset (parlemen Israel) kemudian secara sepihak pada September 1980 mengesahkan Hukum Dasar Yerusalem menyebut Yerusalem adalah ibu kota abadi Israel dan tidak dapat dibagi dua dengan Palestina. Israel bahkan terus memperluas permukiman Yahudi di Yerusalem Timur. Padahal, permukiman Yahudi di Tepi Barat, termasuk di calon ibu kota Palestina, itu melanggar hukum internasional.

Selain soal Yerusalem, ada dua isu besar lain kerap mengganjal pembicaraan damai antara Palestina dan Israel, yakni batas wilayah kedua negara sebelum Perang Enam Hari dan pemulangan pengungsi Palestina.

Palestina menuntut luas wilayah mereka sebelum Perang Eanm hari 1967. itu berarti Israel mesti merelakan seluruh Tepi Barat, termasuk yerusalem, dan Jalur Gaza menjadi wilayah berdaulat Palestina. Palestina juga meminta semua pengungsi dalam peristiwa Nakbah dibolehkan pulang.

Jumlah 700 ribu orang Palestina terusir bersama keturunan mereka saat ini lebih dari lima juta. Bisa dibayangkan kalau mereka boleh balik semua. Israel tadinya didominasi orang Yahudi bakal menjadi minoritas. Persoalan kian rumit jika mereka menuntut harta dan tanah mereka dikembalikan.

Meski terdengar ogah-ogahan, Netanyahu mengajukan tiga syrata buat berdirinya negara Palestina merdeka dan berdaulat, yakni Palestina harus mengakui Israel sebagai negara Yahudi, Palestina harus menghentikan serangan terhadap Israek, dan negara Palestina nantinya tidak boleh memiliki angkatan perang.

Ketiga syarat itu kian menipiskan harapan Palestina bisa terbentuk. Konflik makin kusut dengan ganjalan-ganjalan lain, termasuk pembangunan tembok pemisah di Tepi Barat, blokade atas Gaza, dan perluasan permukiman Yahudi.

Alhasil, bisa dibilang mustahil negara Palestina bisa terwujud. Kalau sudah begini bukan mimpi Mahmud Ahmadinejad bakal menjadi kenyataan. Israel tidak akan terhapus dari peta dunia namun negara Palestina sekadar khayalan.(mdk)