Iklan

May 28, 2014, 13:25 WIB
Last Updated 2014-05-28T20:25:46Z
Pendidikan

RISTHA, Budayakan Seni Tari Samrah

Jurnal,Manado- Bagi umat Islam di seluruh belahan bumi ini, peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW merupakan peristiwa yang spektakuler dan menakjubkan, dalam rangka menegakan syiar Islam yang merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang mengaku beriman dan bertakwa pada ALLAH SWT, sekaligus merupakan manifestasi dari kehidupan beragama yang di anut. Dengan pelaksanaan pengamalan dan pemahaman kita terhadap perintah – perintah Allah Swt salah satunya ibadah Shalat yang berhubungan dengan peristiwa yang maha menakjubkan ini. Peristiwa pertama yaitu ISRA dengan pengertian : Allah SWT, memperjalankan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Masjidil Haram Makkah ke Masjidil Agsha di Baitul Magdis Palestina. Sedangkan pengertian MI’RAJ adalah : TANGGA yang dinaiki Nabi Muhammad menuju langit.
Jadi bisa di simpulkan Isra Mi’raj itu adalah : Peristiwa perjalanan kilat Nabi Muhammad SAW, di waktu malam atas Iradat ( kehendak ) dan Kudrad ( kekuasaan ) ALLAH SWT, dari Masjidil Haram di Makah menuju Masjidil Agsha ( Baitul Magdis ) di Palestina. Kemudian diteruskan menuju langit sampai ke Sidhratulmuntaha dan kembali lagi ke Mekah. Seluruhnya di tempuh dalam waktu sepertiga malam. 
Sementara itu, tradisi perayaan hari besar tersebut di beberapa daerah dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu contoh, perayaan Isra Mi’raj yang digelar oleh para Remaja Islam Thuurul Arqam (RISTHA) Kelurahan Banjer Lingkungan VII. Remaja yang terdiri dari para mahasiswa dan pelajar ini memeriahkan perayaan Isra Mi'raj 1435 H dengan menggelar lomba Seni Samrah. Seni yang berasal dari beberapa daerah di Nusantara yang sudah ada sejak abad 18 di Indonesia ini, banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam di masing-masing daerah sehingga warna musiknya pun bernafaskan Islam dengan syair yang juga sudah beragam. Sedangkan untuk sebutan 'Samrah' sendiri ada yang menyebut 'Zapin', 'Zamarah' dan disini dikenal dengan'Samrah'. Syair-syair yang dibawakan beragam, ada yang berpantun, ada juga yang berceritakan tentang riwayat.
Tarian ini tidak membawa tema cerita atau lukisan tertentu tetapi mempunyai susunan gerakan yang pasti. Kostum sebenarnya yang dipakai penari maupun pemusik Samrah, sangat khas yakni: peci, jas dan kain pelekat atau peci, baju sadariah dan celana batik. Sekarang ditambah lagi dengan model baru yang sebenarnya model lama yang disebut Jung Serong (ujungnya serong) yang terdiri dari tutup kepala yang disebut liskol, jas kerah tutup dengan pentolan satu warna dan sepotong kain batik yang dililitkan dibawah jas, dilipat menyerong, ujungnya menyempul kebawah. Akan tetapi seiring dengan perkembangan, beberapa tempat menyesuaikan dengan kondisi serta keadaan di sekitarnya tapi masih tetap bernafaskan islami. 

Pembina dalam bidang Seni Samrah RISTHA, Muhammad Nunu mengatakan kegiatan ini sangat positif dalam membangun rasa percaya diri anak-anak maupun remaja serta melatih, kelincahan. Selain itu dengan adanya  kegiatan-kegiatan sepeti ini diharapkan para remaja, pelajar tidak terlibat dengan konflik-konflik antar anak muda seperti yang pernah heboh belakangan ini, disamping itu ikut melestarikan budaya nusantara. Lomba Seni Samrah ini dijadikan acara tahunan dengan memperebutkan Piala Bergilir. (luq)