
Jurnal,Pendidikan - Para ilmuwan dari UC Santa Barbara dan Griffith University,
Australia, melakukan penelitian terhadap ekspresi wajah seseorang saat
marah. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa semua orang memiliki
ekspresi wajah yang sama saat marah, mulai dari bibir dan lubang hidung
menipis dan melebar, hingga alis yang turun.
Seperti dilansir oleh Dailymail, 29/8/14, peneliti mengambil gambar
komputerisasi wajah manusia rata-rata dan kemudian mereka membuat wajah
tersebut bermetamorfosis dalam dua cara: Satu foto menunjukkan alis yang
diturunkan, dan yang lainnya alis yang terangkat.
Percobaan diulang satu-per-satu dengan mengubah masing-masing komponen utama lainnya dari wajah marah yang umum, tulang pipi diangkat (seperti membentak), bibir menipis dan mendorong keluar, mulut dibangkitkan (seperti dalam pembangkangan), hidung menyala dan dagu didorong keluar dan ke atas.
Seperti yang diperkirakan, kemunculan ekspresi marah dari salah satu kontraksi otot ini menyebabkan pengamat menilai bahwa orang yang membuat wajah marah secara fisik akan terlihat lebih kuat. Hal ini terjadi untuk mengintimidasi orang lain.
“Ekspresi kemarahan adalah universal, bahkan anak tunanetra yang meraba wajah-wajah marah orang yang berbeda akan mengira mereka orang yang samaini sama,” kata Aaron Sell dari Griffith University, yang memimpin penelitian tersebut.
Ekspresi kemarahan mempekerjakan tujuh kelompok otot yang berbeda dengan cara yang sangat stereotip. Para peneliti berusaha untuk memahami mengapa evolusi kemarahan memilih kontraksi otot tertentu untuk menunjukkan sinyal emosional tersebut.
“Kami berhipotesis bahwa kemarahan membuat wajah berevolusi hingga terlihat spesifik karena memberikan sesuatu yang lebih untuk si pemilik ekspresi tersebut” lanjut Aaron.
Penelitian saat ini adalah bagian dari studi yang lebih besar yaitu meneliti fungsi evolusi kemaraha
Percobaan diulang satu-per-satu dengan mengubah masing-masing komponen utama lainnya dari wajah marah yang umum, tulang pipi diangkat (seperti membentak), bibir menipis dan mendorong keluar, mulut dibangkitkan (seperti dalam pembangkangan), hidung menyala dan dagu didorong keluar dan ke atas.
Seperti yang diperkirakan, kemunculan ekspresi marah dari salah satu kontraksi otot ini menyebabkan pengamat menilai bahwa orang yang membuat wajah marah secara fisik akan terlihat lebih kuat. Hal ini terjadi untuk mengintimidasi orang lain.
“Ekspresi kemarahan adalah universal, bahkan anak tunanetra yang meraba wajah-wajah marah orang yang berbeda akan mengira mereka orang yang samaini sama,” kata Aaron Sell dari Griffith University, yang memimpin penelitian tersebut.
Ekspresi kemarahan mempekerjakan tujuh kelompok otot yang berbeda dengan cara yang sangat stereotip. Para peneliti berusaha untuk memahami mengapa evolusi kemarahan memilih kontraksi otot tertentu untuk menunjukkan sinyal emosional tersebut.
“Kami berhipotesis bahwa kemarahan membuat wajah berevolusi hingga terlihat spesifik karena memberikan sesuatu yang lebih untuk si pemilik ekspresi tersebut” lanjut Aaron.
Penelitian saat ini adalah bagian dari studi yang lebih besar yaitu meneliti fungsi evolusi kemaraha