Komnas PA, Arist Merdeka Sirait saat mengunjungi Sekolah Dian Harapan.(ist) |
Pasalnya,
selain berproses hukum di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Subdit
Jatanras Direktorat Reskrimum Polda Sulut, kasus ini pun turut bermuara ke
Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak (PA) dan Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) RI.
Buktinya, Kamis (12/3) kemarin, kedua lembaga ini langsung turun
lapangan untuk melakukan pengecekan kasus tersebut. Dari pantauan wartawan,
sekitar pukul 11.00 Wita, Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait bersama anggota
DPD RI Maya Rumantir, didampingi pemerintah Kecamatan dan Kelurahan, tiba di
SDH untuk melakukan klarifikasi dengan pihak sekolah.
Sayangnya, kehadiran
Komnas PA dan DPD RI tersebut rupanya tidak dihiraukan pihak sekolah. Bahkan
hingga pukul 13.00 Wita, sempat terjadi saling lempar tanggung jawab, dan
terkesan pihak sekolah enggan menerima dengan baik kedatangan mereka.
Sontak
saja, situasi tersebut membuat Sirait dan Rumantir geram dan memilih keluar
halaman sekolah akibat pertemuan gagal dilakukan. Sirait ketika diwawancarai
sejumlah wartawan mengaku kecewa dengan sikap dan sambutan yang diberikan pihak
SDH.
Dengan nada kesal, Sirait menyatakan bahwa pihak sekolah terkesan menolak
kedatangan mereka, serta tidak berani memberikan klarifikasi terhadap tuduhan
dan sangkaan kasus pelecehan seksual tersebut.
Ia pun berkesimpulan, SDH tidak
mau memberikan keterangan soal sangkaan guru, yang melakukan tindakan kekerasan
seksual terhadap anak balita di sekolah tersebut. “Kami kecewa terhadap
pengelola sekolah ini (SDH, red).
Itikad baik kami dengan Ibu Maya Rumantir,
ingin bertemu dengan kepala sekolah tapi ditolak. Itu artinya pihak sekolah
menolak kehadiran kami. Hal ini membuat kami kecewa.
Kekecewaan kami yang kedua
adalah, kami tidak dilayani dengan baik. Nah kami mengambil kesimpulan juga bahwa
pihak sekolah menutup-nutupi masalah ini,” kesal Sirait, yang didampingi
Rumantir di depan pintu masuk SDH.
Tak hanya itu, selain menyatakan kekesalan
tidak diterima dengan baik oleh pihak SDH, Sirait pun mengambil kesimpulan
bahwa telah terjadi tindak kekerasan seksual di SDH. Bahkan Sirait menegaskan,
pelayanan serta situasi yang ditunjukkan SDH akan berbuntut panjang dan bisa
merugikan sekolah itu sendiri.
“Kami di dalam dibuat seperti bola pingpong.
Bahkan wartawan saja sudah bolak balik untuk melakukan peliputan, tapi pihak
sekolah ini tetap menolak. Jadi intinya, jika tidak memberikan klarifikasi,
maka pihak sekolah pasti dirugikan,” tegasnya, sembari menambahkan bahwa Jumat
(13/3) hari ini, pihaknya akan melakukan pengecekan penanganan kasus yang ditangani
PPA Polda Sulut. Sementara itu, Kapolda Sulut Brigjen Pol Jimmy Palmer Sinaga
SH MHum, melalui Kabid Humas AKBP Wilson Damanik SH, ketika dikonfirmasi
terkait rencana kedatangan Komnas PA dan DPD ke Mapolda Sulut mengatakan,
pihaknya akan menerima dan siap melakukan pertemuan untuk menyelesaikan kasus
dugaan kekerasan seksual di SDH.
“Tentu kami akan menerima kedatangan mereka,”
kata Damanik. Diketahui, RYS alias Renaldo oknum guru seni di SDH Manado diduga
telah mencabuli dua siswi Play Group di sekolah tersebut sebut saja Ley (4) dan
Dis (3). Renaldo sendiri diringkus tim PPA Polda Sulut, Jumat (13/2) lalu, usai
mengajar di sekolah tersebut. Peristiwa tak senonoh itu terungkap pada 30
Januari 2015 silam.
Awalnya, Ley bersama ibunya sedang menonton televisi di
rumah mereka. Tak sengaja, Ley tiba-tiba jatuh dari kasur depan TV, kemudian
merengek kesakitan karena paha Ley terbentur disalah satu sudut. Anehnya, Ley
mengeluh sakit dibagian kemaluannya. Curiga, ibu Ley langsung memeriksa dan
mendapati kemaluan korban memerah. Setelah dibujuk beberapa waktu, Ley akhirnya
mengaku jika kemaluannya telah disentuh seorang lelaki.
“Anak saya bilang ada
orang yang menyentuh kemaluannya. Katanya orang itu pakai jari telunjuk. Kata
dia sudah lima kali. Saat ditanya ciri - ciri, sosok itu mengarah pada seorang
guru di sekolahnya. Peristiwa itu katanya terjadi di toilet sekolah,” kata
ibunda Ley.
Pihak keluarga kemudian ke sekolah, untuk menggali lebih dalam
informasi tersebut keesokan harinya 31 Januari. Dibantu seorang guru perempuan,
Masha diajak keliling-keliling sekolah. Kala itu Renaldo sedang di tengah
lapangan. "Saat itu belum ketahuan. Saat pulang rumah, kami coba
menanyakan kembali. Lalu anak saya bilang, sir tadi yang di tengah
lapangan," ucapnya.
Ayah Ley kemudian membawa Renaldo ke rumah mereka,
untuk kembali memastikan. Saat tersangka bertemu dengan Ley, ia langsung
ketakutan dan enggan melihat tersangka. “Anak saya langsung masuk kamar, enggan
melihat orang itu,” ujarnya.
Pihak keluarga pun langsung melaporkan kasus
tersebut ke Polda Sulut, dan langsung mengamankan tersangka. Saat dilakukan
pengembangan, Ley lalu menyebut ada teman lainnya juga menjadi korban, yakni
Dis. Hasil visum Ley menyebut kemaluannya lecet akibat benda tumpul. Kini
tersangka belum ditahan, atas permintaan pihak sekolah.
Anehnya, setelah
ditetapkan tersangka, oknum guru itu justru menghilangkan tanda wajah seperti
jenggot, jambang dan kumis. Sayangnya, wajah oknum guru tetap dikenali dengan
benar oleh korban, meski sebagian ciri-ciri wajah dihilangkan.(jen)