Iklan

March 12, 2015, 18:19 WIB
Last Updated 2015-03-13T01:49:32Z
Utama

Dugaan Pelecehan Seksual, Sirait Geram Kedatangan PA ditolak SDH

Komnas PA, Arist Merdeka Sirait saat mengunjungi Sekolah Dian Harapan.(ist)
Jurnal, Manado - Kasus dugaan pelecehan seksual anak di Sekolah Dian Harapan (SDH) Manado, Kelurahan Ranotana, dengan korban siswi Playgroup berumur 3-4 tahun di Playgroup, akhirnya berbuntut panjang. 

Pasalnya, selain berproses hukum di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Subdit Jatanras Direktorat Reskrimum Polda Sulut, kasus ini pun turut bermuara ke Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak (PA) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. 

Buktinya, Kamis (12/3) kemarin, kedua lembaga ini langsung turun lapangan untuk melakukan pengecekan kasus tersebut. Dari pantauan wartawan, sekitar pukul 11.00 Wita, Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait bersama anggota DPD RI Maya Rumantir, didampingi pemerintah Kecamatan dan Kelurahan, tiba di SDH untuk melakukan klarifikasi dengan pihak sekolah. 

Sayangnya, kehadiran Komnas PA dan DPD RI tersebut rupanya tidak dihiraukan pihak sekolah. Bahkan hingga pukul 13.00 Wita, sempat terjadi saling lempar tanggung jawab, dan terkesan pihak sekolah enggan menerima dengan baik kedatangan mereka. 

Sontak saja, situasi tersebut membuat Sirait dan Rumantir geram dan memilih keluar halaman sekolah akibat pertemuan gagal dilakukan. Sirait ketika diwawancarai sejumlah wartawan mengaku kecewa dengan sikap dan sambutan yang diberikan pihak SDH. 

Dengan nada kesal, Sirait menyatakan bahwa pihak sekolah terkesan menolak kedatangan mereka, serta tidak berani memberikan klarifikasi terhadap tuduhan dan sangkaan kasus pelecehan seksual tersebut. 

Ia pun berkesimpulan, SDH tidak mau memberikan keterangan soal sangkaan guru, yang melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap anak balita di sekolah tersebut. “Kami kecewa terhadap pengelola sekolah ini (SDH, red). 

Itikad baik kami dengan Ibu Maya Rumantir, ingin bertemu dengan kepala sekolah tapi ditolak. Itu artinya pihak sekolah menolak kehadiran kami. Hal ini membuat kami kecewa. 

Kekecewaan kami yang kedua adalah, kami tidak dilayani dengan baik. Nah kami mengambil kesimpulan juga bahwa pihak sekolah menutup-nutupi masalah ini,” kesal Sirait, yang didampingi Rumantir di depan pintu masuk SDH. 

Tak hanya itu, selain menyatakan kekesalan tidak diterima dengan baik oleh pihak SDH, Sirait pun mengambil kesimpulan bahwa telah terjadi tindak kekerasan seksual di SDH. Bahkan Sirait menegaskan, pelayanan serta situasi yang ditunjukkan SDH akan berbuntut panjang dan bisa merugikan sekolah itu sendiri. 

“Kami di dalam dibuat seperti bola pingpong. Bahkan wartawan saja sudah bolak balik untuk melakukan peliputan, tapi pihak sekolah ini tetap menolak. Jadi intinya, jika tidak memberikan klarifikasi, maka pihak sekolah pasti dirugikan,” tegasnya, sembari menambahkan bahwa Jumat (13/3) hari ini, pihaknya akan melakukan pengecekan penanganan kasus yang ditangani PPA Polda Sulut. Sementara itu, Kapolda Sulut Brigjen Pol Jimmy Palmer Sinaga SH MHum, melalui Kabid Humas AKBP Wilson Damanik SH, ketika dikonfirmasi terkait rencana kedatangan Komnas PA dan DPD ke Mapolda Sulut mengatakan, pihaknya akan menerima dan siap melakukan pertemuan untuk menyelesaikan kasus dugaan kekerasan seksual di SDH. 

“Tentu kami akan menerima kedatangan mereka,” kata Damanik. Diketahui, RYS alias Renaldo oknum guru seni di SDH Manado diduga telah mencabuli dua siswi Play Group di sekolah tersebut sebut saja Ley (4) dan Dis (3). Renaldo sendiri diringkus tim PPA Polda Sulut, Jumat (13/2) lalu, usai mengajar di sekolah tersebut. Peristiwa tak senonoh itu terungkap pada 30 Januari 2015 silam. 

Awalnya, Ley bersama ibunya sedang menonton televisi di rumah mereka. Tak sengaja, Ley tiba-tiba jatuh dari kasur depan TV, kemudian merengek kesakitan karena paha Ley terbentur disalah satu sudut. Anehnya, Ley mengeluh sakit dibagian kemaluannya. Curiga, ibu Ley langsung memeriksa dan mendapati kemaluan korban memerah. Setelah dibujuk beberapa waktu, Ley akhirnya mengaku jika kemaluannya telah disentuh seorang lelaki. 

“Anak saya bilang ada orang yang menyentuh kemaluannya. Katanya orang itu pakai jari telunjuk. Kata dia sudah lima kali. Saat ditanya ciri - ciri, sosok itu mengarah pada seorang guru di sekolahnya. Peristiwa itu katanya terjadi di toilet sekolah,” kata ibunda Ley. 

Pihak keluarga kemudian ke sekolah, untuk menggali lebih dalam informasi tersebut keesokan harinya 31 Januari. Dibantu seorang guru perempuan, Masha diajak keliling-keliling sekolah. Kala itu Renaldo sedang di tengah lapangan. "Saat itu belum ketahuan. Saat pulang rumah, kami coba menanyakan kembali. Lalu anak saya bilang, sir tadi yang di tengah lapangan," ucapnya. 

Ayah Ley kemudian membawa Renaldo ke rumah mereka, untuk kembali memastikan. Saat tersangka bertemu dengan Ley, ia langsung ketakutan dan enggan melihat tersangka. “Anak saya langsung masuk kamar, enggan melihat orang itu,” ujarnya. 

Pihak keluarga pun langsung melaporkan kasus tersebut ke Polda Sulut, dan langsung mengamankan tersangka. Saat dilakukan pengembangan, Ley lalu menyebut ada teman lainnya juga menjadi korban, yakni Dis. Hasil visum Ley menyebut kemaluannya lecet akibat benda tumpul. Kini tersangka belum ditahan, atas permintaan pihak sekolah. 

Anehnya, setelah ditetapkan tersangka, oknum guru itu justru menghilangkan tanda wajah seperti jenggot, jambang dan kumis. Sayangnya, wajah oknum guru tetap dikenali dengan benar oleh korban, meski sebagian ciri-ciri wajah dihilangkan.(jen)