Nobitho Wowor |
Jurnal,Manado – Nama mempunyai pengertian yang luas. Dengan
nama orang pasti akan mengenal sejarahnya dan dikenang. Orang, tempat sangat
penting diberikan nama sehingga kita bisa mengetahui dan sebagai bahan perenungan
dan kenangan karena mempunyai histori.
Sulut sendiri ada beberapa lokasi yang
mencantumkan nama pahlawan atau nama wilayah lokasi itu sendiri. Misalnya,
Taman Laut Bunaken, Bukit Kasih Kanonang, Universitas Sam Ratulangi. Atau nama
Jalan Robert Wolter Mongisidi dan lain sebagainya.
Namun sayangnya ada yang tidak
menggunakan nama tokoh sulut atau khas minahasa. Padahal banyak tokoh atau
pejuang asli sulut yang layak dikenang dan disematkan namanya sehingga
bermanfaat bagi generasi penerus. Hal ini menjadi perhatian bagi warga yang peduli
tentang budaya sulut.
Salah satu pemerhati budaya
sulut, Nobhito Wowor menyayangkan hal tersebut.
“Banyak tokoh – tokoh sulut yang harus menjadi
perhatian tapi justru diabaikan namanya. Contoh kasus Jembatan Soekarno yang
baru diresmikan, kenapa tidak menggunakan nama tokoh sulut seperti Henk
Ngantung misalnya, mantan Gubernur DKI orang sulut, ” terang Wowor, saat
dimintai tanggapannya, Jumat (29/05/2015).
Begitu juga dengan nama objek
wisata Pantai Surabaya, lanjut Wowor.
“Seharusnya diganti dengan nama
yang masih relevan dengan nama kearifan local sulut khususnya minahasa. Hal
seperti ini harus dikritisi,” pungkas pengurus Kerukunan Keluarga Kawanua (K3)
ini.(man)