Kala itu, Ronaldo yang baru berusia 18 tahun memperkuat PSV Eindhoven.
Klub jawara Belanda itu bertanding dalam laga persahabatan dengan Persma Manado di stadion Klabat pada Juni 1995.
Kedatangan PSV menghebohkan warga Manado.
Mereka berbondong - bondong menuju stadion demi melihat pemain kelas dunia macam Jan Wouters, Ed De Goey, Jaap Stam dan tentu saja Ronaldo.
Ada penonton yang bahkan menginap di stadion demi mendapat tiket.
Euforia Ronaldo nampak ketika tim PSV dengan baju kebanggannya putih merah memasuki lapangan. "Ronaldo, Ronaldo," begitu teriak ribuan penonton.
Sayang, Ronaldo dalam keadaan cedera hingga ia tak bermain dari menit awal.
Seperti sudah diprediksi, Persma yang kala itu baru promosi dan diperkuat oleh pemain seperti Rodrigo Araya, Francis Wewengkang, Jan Kaunang, Maxi Warokka kesulitan mengimbangi PSV.
Kiper Persma Rudi Momot jatuh bangun untuk menyelamatkan gawangnya dari kebobolan.
Alhasil Persma kebobolan 6 gol tanpa balas. Menit 75 suasana jadi gemuruh ketika Ronaldo masuk lapangan.
Begitu mendapat bola, Ronaldo memperagakan goyang sambanya, melewati dua orang lantas menembak ke gawang.
Bola berhasil ditangkap Momot, namun seolah telah terjadi gol, karena sambutan penonton begitu riuh.
Ronaldo agaknya diperintah untuk tidak memaksakan diri.
Namun dia sedikit melawan perintah itu kala bola mampir di kakinya.
Jelang peluit akhir, Ronaldo kembali beraksi. Bola ia kontrol dengan dada, lantas paha, kemudian diopernya ke arah kanan, padahal kepalanya menoleh ke kiri.
Standing ovation diberikan ribuam penonton pada Ronaldo, yang membalas dengan menepuk tangan di atas kepala.
Sejumlah pemain Persma memuji Ronaldo. "Dia luar biasa, licin bagai belut," kata Maxi Warokka.
Setahun kemudian Ronaldo pindah ke Inter Milan dan meniti jalan menuju legenda.(tribunmanado/jurnalmanado)